Jakarta, Prohealth.id – Zoonosis atau penyakit menular antara manusia dan hewan, maupun sebaliknya tengah mengancam manusia di seluruh dunia. Apalagi jika indikator masalah dalam ekosistem lingkungan hidup khususnya keamanan pangan tidak terdeteksi.
Menurut Gyanendra Gongal selaku Senior Public Health Officer World Health Organization (WHO) Regional Office South-East Asia pemicu penyakit pada manusia sebenarnya banyak yang berasal dari makanan sehari-hari. Dia mengambil contoh, makanan olahan atau makanan dalam kemasan misalnya kerap mengandung; toksik (racun), atau penyebab alergen, bakteri makanan, dan sebagainya. Masalah-masalah keamanan pangan ini setidaknya bisa teridentifikasi dalam empat jenis yakni; masalah biologis, masalah alergi, masalah yang diakibatkan dari fisik pangan, atau masalah yang diakibatkan oleh dampak bahan kimia.
Ia juga tak menutup mata bahwa sekalipun makanan olahan atau makanan dalam kemasan memiliki catatan komponen di badan produk, sayangnya kerap kali tidak teridentifikasi dengan baik oleh konsumen. Sebut saja contohnya komposisi garam dalam makanan kemasan. Selain itu, penting bagi konsumen mengetahui bahan yang mengandung potensi alergi pada tubuh.
Tantangan keamanan pangan di dunia saat ini menurut Gyanendra Gongal karena adanya infeksi pada hewan. Oleh karenanya, inisiatif kesehatan masyarakat harus memperhatikan dan menjamin kesehatan lingkungan termasuk kesehatan hewan. Selain itu, kesehatan masyarakat juga harus menjaga asupan makanan atau pangan yang sehat bagi hewan.
“Makanan yang sudah terkontaminasi biasanya berbau tidak sedap, dan rasanya tidak normal,” ungkapnya.
Dalam kesempatan memberikan workshop daring untuk awak media di Indonesia, Gyanendra Gongal menjelaskan pemahaman tentang keamanan pangan juga tidak bisa lepas dari persoalan perubahan iklim yang sedang terjadi.
“Dampak dari perubahan iklim bisa jadi lebih banyak terlihat terutama karena mencemari sumber pangan meski dalam dosis atau kadar yang kecil,” tuturnya.
Penggunaan pestisida berlebih atau secara berganti-gantian juga bisa menyebabkan peningkatan bahaya terhadap jaminan kualitas tanaman pangan. Oleh karenanya, resistensi patogen bisa menyebabkan dampak ekstra pada masalah kesehatan hewan jika tak diatasi sejak dini.
Untuk itu, Gyanendra menawarkan metode One Health sebagai pendekatan untuk menjamin kesehatan dan keamanan pangan. Adapun tiga hal utama dalam penerapan One Health yakni keamanan manusia dan masyarakat (society), keamanan produksi pangan, dan keamanan lingkungan (environment).
Ia juga menambahkan untuk menjaga konsistensi dari strategi One Health, diperlukan kemampuan komunikasi risiko untuk keamanan pangan. Salah satunya adalah dengan terus mengevaluasi kasus-kasus penyakit zoonosis, termasuk pengalaman zoonosis yang menyebabkan pandemi seperti Covid-19.
“Penting untuk membangun kapasitas masyarakat dalam memahami informasi kesehatan, keamanan pangan, ketidakpastian dari penelitian ilmiah yang terus berkembang. Sebab kesimpangsiuran informasi sains kerap disebabkan oleh informasi yang terlalu banyak, terlalu sedikit, maupun informasi yang timpang tindih,” pesan Gyanendra.
Senior Animal Health and Production Officer for Asia and the Pacific di Food and Agriculture Organization (FAO) Scott Newman menyatakan pentingnya menjaga ketersediaan pangan sehat untuk mencegah penularan penyakit zoonosis, antara manusia ke hewan dan sebaliknya. Dia pun menilai pendekatan One Health merupakan metode yang tepat untuk menjaga keberlanjutan keamanan pangan dan kesehatan manusia secara global.
“Kita harus menjamin keberlanjutan (sustainability) produksi pangan, dengan mempromosikan produk pangan ramah bagi iklim, ramah ekologis, dan berbasis lingkungan hidup, serta efisien dan aman sesuai metode biosecurity dan preventif serta kontrol atas penyakit,” kata Scott.
Sementara itu, Delfy Gochez selaku Data Management Officer, antimicrobial resistance, and Veterinary Products Department, World Organisation for Animal Health (WOAH) menyatakan antimikroba biasa digunakan untuk menjaga hewan dari infeksi penyakit menular. Meski demikian, penggunaan antimikroba harus digunakan dengan hati-hati dan tepat. Jika tidak, sangat mungkin antimikroba tersebut justru memberi risiko negatif bagi hewan dan lingkungannya.
Sementara itu Dr. Tara Singh Bam, selaku Regional Director for Asia Pacific dari International Union Against Tuberculosis and Lung Disease alias The Union menambahkan bahwa One Health sebagai metode kesehatan masyarakat global adalah pendekatan yang akan mewujudkan lingkungan masyarakat atau kota yang sehat dan memiliki ketahanan terhadap penyakit.
“Satu-satunya cara untuk menghalau pandemi masa depan adalah dengan melihat manusia, hewan, tanaman, dan kesehatan lingkungan sebagai satu kesatuan yang diutamakan dalam One Health,” jelas Tara.
Ia juga menegaskan ketahanan kesehatan global merupakan misi untuk menjaga bumi yang sehat dan aman bagi manusia. Untuk itu diperlukan peningkatan kualitas dan kekuatan ketahanan sistem kesehatan, memperkuat masyarakat dan komunitas melalui implementasi One Health.
“Terutama dengan melibatkan peran multi sektor untuk penerapan One Health secara universal dan membangun kesehatan global. Tujuannya membangun dunia yang kita inginkan. Masa depan yang sehat untuk semua,” terang Tara.
Discussion about this post