Pada 20 Maret 2023 lalu, PT Etana Biotechnologies Indonesia (Etana), salah satu perusahaan biofarmasi Indonesia yang berdiri pada tahun 2014 mendapatkan investasi putaran baru yang dipimpin oleh DEG diikuti oleh Yunfeng Capital, HighLight Capital, dan East Ventures.
Berdasarkan siaran pers yang diterima Prohealth.id, pendanaan putaran ini akan digunakan untuk lebih memperkuat pipeline dan portfolio perusahaan di bidang onkologi untuk menjadi produsen bahan baku obat biologi. Etana berniat membangun kapasitas produksi dengan kandungan lokal yang tinggi dan teknologi tinggi untuk mammalian cell sebagai bahan obat monoclonal antibodies. Saat ini, Etana berfokus pada produksi biofarmasi lokal untuk platform mRNA, protein, dan monoclonal antibodies.
Prohealth.id mencatat, nilai tambah Etana adalah sebagai perusahaan farmasi di Asia Tenggara yang memiliki teknologi mRNA. Asal tahu saja, teknologi mRNA merupakan platform pengembangan vaksin yang fleksibel sehingga dapat merespon dengan cepat kebutuhan akan produk biofarmasi yang inovatif dan fleksibel untuk penyakit kanker, vaksin dan lainnya. Untuk pengembangan vaksin baru dengan teknologi mRNA, hanya dibutuhkan waktu singkat yaitu kurang lebih dalam waktu dua bulan produk vaksin tersebut dikembangkan dan siap masuk ke Fase Uji Klinik.
Nathan Tirtana, Presiden Direktur Etana menjelaskan, Etana sebagai startup biofarmasi Indonesia, tengah berupaya untuk menyediakan produk biofarmasi berkualitas tinggi, terjangkau dan inovatif untuk melayani pasien di Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara.
“Kami akan menggunakan dukungan yang diperoleh dari investor untuk mengembangkan kemampuan produksi biofarmasi lokal dimana hal ini sejalan dengan kebijakan yang digaungkan oleh pemerintah Indonesia,” jelas Nathan.
Ia juga menjamin bahwa Etana berupaya untuk mengatasi tantangan akan penyakit kanker dan penyakit yang mengancam jiwa lainnya di pasar Asia Tenggara termasuk vaksin. “Kami yakin produk biologi ini dapat memberikan pengobatan yang lebih baik dalam meningkatkan kesehatan masyarakat,” ujarnya.
Monika Beck, anggota Dewan Manajemen DEG menambahkan, sebagai lembaga pembiayaan yang berkembang, DEG berkomitmen pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) PBB. Salah satunya meningkatkan pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, melalui kerjasama dengan Etana, DEG berupaya membantu masyarakat di negara berkembang untuk mendapatkan akses yang mudah terhadap obat-obatan biologi dan vaksin MRNA yang berkualitas tinggi.
Sementara itu Managing Director Yunfeng Fund Dr. Huang Xiao menerangkan, semakin berkembangnya industri obat inovatif di Cina, tak heran jika ada keinginan untuk berkembang bersamaan dengan permintaan pasar Asia Tenggara akan produk obat biologis yang unggul. Ia menyebut, Etana sebagai perusahaan biofarmasi terkemuka di Asia Tenggara memiliki kemampuan produksi vaksin, kemampuan klinis dan registrasi, serta memiliki tenaga pemasaran yang kuat.
“Kami percaya dengan kepemimpinan Nathan yang memiliki visi untuk menjadi perusahaan biofarmasi dan vaksin terkemuka di Asia Tenggara,” katanya.
Tim Investasi HighLight Capital (HLC) juga menyebut bahwa komitmen pendanaan ini selaras dengan semangat perusahaan menambah investasi awal di tahun 2022 dengan mendukung Etana. Pasalnya, pihak HCL mempertimbangkan kemampuan Etana dalam memproduksi dan memasarkan produk biofarmasi inovatif di Indonesia YANG diterima dengan baik oleh perusahaan biofarmasi di Cina, termasuk beberapa perusahaan portofolio HLC. Tak heran jika akhirnya HLC berkomitmen untuk memperluas jaringan untuk memajukan pengembangan Etana.
Willson Cuaca, selaku Co-Founder dan Managing Partner East Ventures juga menambahkan, keterlibatan pendanaan untuk Etana sebenarnya tak lepas dari pengalaman pandemic COVID-19 yang menunjukkan sistem kesehatan Indonesia yang masih lemah, sehingga mendesak semua pemangku kepentingan dalam ekosistem untuk menghadirkan solusi yang cepat dan inovatif untuk mengatasi krisis. Ia menilai berbagai produk inovatif Etana, termasuk vaksin, obat kanker, dan produk biologis lainnya, telah berkontribusi dalam memperkuat ketahanan sistem kesehatan nasional, dan kami senang mendukung Etana.
“Kami yakin Etana unggul dalam menghadirkan produk biofarmasi berkualitas tinggi, terjangkau, dan inovatif di Asia Tenggara, bersama dengan East Ventures mengambil peran aktif dalam memberdayakan industri ini lebih jauh,” ungkap Wilson.
Asal tahu saja, Etana memproduksi vaksin Covid-19 dengan platform mRNA, vaksin ini telah mendapatkan Emergency Use Authorization (EUA) dari Badan Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia (BPOM), ketetapan halal dari LPOM Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan sertifikat halal dari Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kementerian Agama RI.
Etana akan memproduksi bevacizumab biosimilar, obat antibodi monoklonal anti-VEGF rekombinan manusia untuk pasien kanker di Indonesia. Produk itu sendiri telah memenuhi standar keamanan dan khasiat obat yang ditetapkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia pada Juni 2022, baik dari segi kualitas produk maupun proses produksi.
Selain itu, Etana juga memproduksi Erythropoietin (EPO) yang dibutuhkan dalam pengobatan dialisis. Selanjutnya, perusahaan berencana mengembangkan platform adenovirus untuk produksi vaksin. Produksi tersebut ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan rencananya akan diekspor ke pasar ASEAN dan beberapa negara lainnya.
Lika-liku pendanaan untuk sektor kesehatan
Investasi untuk bidang kesehatan memang bukan hal baru di Indonesia. Prohealth.id mencatat pada Januari 2023, salah satu start-up Brand builder kesehatan dan kebugaran yang berbasis di Singapura, Evo Commerce mengumumkan penyelesaian putaran pendanaan Pra-Seri A sebesar US$2 juta, yang dipimpin oleh GSR Ventures.
Kesuksesan ini mendorong putaran pendanaan selanjutnya turut melibatkan investor utama termasuk 33 Capital, JJ Chai, Co-founder dan CEO Rainforest, Hiro Kiga, Co-founder Wallex, Emile Etienne, Co-founder BrideStory, termasuk investor pada putaran sebelumnya, East Ventures.
Pendanaan ini melanjutkan keberhasilan perusahaan pada putaran pendanaan awal (seed) sebesar US$ 600.000 yang dipimpin oleh East Ventures pada Oktober 2022, dengan partisipasi angel investor seperti Aaron Tan, Founder Carro, Joel Leong, Founder ShopBack, Mohandass Kalaichelvan, Founder Spenmo, dan Jonathan Tan, Founderi Prism+.
Oleh karenanya, penerimaan dana baru ini akan digunakan untuk eksekusi rencana ekspansi global, memperkuat e-commerce dan kanal online, serta meningkatkan kapabilitas manufaktur dan R&D dari berbagai kategori produk baru.
David Yin, Partner GSR Ventures mengatakan, bahwa sektor kesehatan dan kebugaran memang telah tumbuh secara eksponensial selama pandemi, dengan pasar yang diperkirakan akan mencapai US$ 6,75 triliun pada tahun 2030. Produk-produk yang didukung penelitian milik Evo Commerce dan pendekatan yang berpusat pada pelanggan akan membantu mentransformasikan industri kesehatan dan kebugaran dengan memenuhi kebutuhan pelanggan yang terus berkembang.
“Seperti yang ditunjukkan oleh pertumbuhan dan ketahanan mereka yang kuat selama pandemi, mereka menangani konsumen yang menginginkan produk yang transparan, mudah dipahami, berkualitas tinggi, dan mudah diakses,” ungkapnya.
Sementara itu Roy Ang selaku Co-Founder dan CEO Evo Commerce menambahkan dengan pendanaan baru awal 2023, Evo Commerce akan meningkatkan produk yang berkualitas terbaik dengan harga terjangkau ke pasar dengan pengalaman pelanggan yang semakin baik. Pendanaan baru ini akan digunakan untuk memperluas kemampuan R&D dan manufaktur, memperluas jangkauan produk kesehatan dan kebugaran, dan menskalakan bisnis lokal secara global.
“Kami berharap untuk terus tumbuh sebesar sepuluh kali lipat pada tahun 2023, dan pada saat yang bersamaan mempertahankan profitabilitas dengan ekspektasi untuk meluncurkan beberapa produk di tahun mendatang,” tegasnya.
Pada tahun 2022, perusahaan ini telah mencatat peningkatan pendapatan topline sebesar 12 kali lipat dan telah mengumpulkan pendanaan sebesar US$2,5 juta hingga saat ini, menggerakkan upaya terkait R&D, pembuatan prototipe dan pengujian, serta upaya membangun brand.
Seperti Evo Commerce, Medigo, salah satu platform telehealth yang berbasis di Vietnam yang menyediakan layanan pengresepan dan pengiriman obat on-demand, telah berhasil mengumpulkan US$2 juta dalam putaran pendanaan seri A yang dipimpin oleh East Ventures, dengan partisipasi dari Pavilion Capital dan Touchstone Partners.
Dalam dokumen resmi yang diterima Prohealth.id, dengan pendanaan tersebut, Medigo berencana memperkuat layanannya dan mengembangkan ekosistem layanan kesehatan di Vietnam.
Ha Le, CEO dan Co-founder Medigo, mengungkapkan syukur atas peran utama East Ventures dalam putaran penggalangan dana ini. Sebagai salah satu perusahaan modal ventura terkemuka di Asia Tenggara dan dunia, East Ventures telah mendukung lebih dari 250 perusahaan teknologi.
“Investasi East Ventures merupakan bukti kuat akan kepercayaan terhadap visi, model bisnis, dan arah tujuan dari Medigo. Kami sangat menghargai kepercayaan dan komitmen yang telah East Ventures dan investor lainnya berikan kepada kami; kami bersemangat untuk dapat terus bekerja sama dengan mereka dalam meningkatkan bisnis kami,” kata Ha.
Sedangkan Koh Wai Kit, Managing Partner di East Ventures menambahkan bahwa teknologi digital dapat meningkatkan aksesibilitas dan keterjangkauan layanan kesehatan berkualitas. Pihaknya pun turut senang dengan misi Medigo untuk merevolusi apotek dan layanan kesehatan di Vietnam.
“Kami menyambut Medigo ke dalam ekosistem East Ventures dan berharap bisa terus berkolaborasi untuk mendorong inovasi layanan kesehatan,” katanya.
Platform Medigo menghubungkan para pelanggan dengan apotek terpercaya dan terdekat, menyediakan layanan pengiriman obat sesuai permintaan.
Aplikasi Medigo membantu masyarakat menemukan apotek berlisensi terdekat dan memesan obat secara instan. Dengan menawarkan layanan kesehatan yang nyaman, cepat, dan hemat biaya bagi para pengguna, aplikasi Medigo saat ini memiliki 500.000 pengguna aktif dan 1.000 mitra farmasi di seluruh Vietnam.
Modal baru ini akan memungkinkan Medigo mengembangkan ekosistem layanan kesehatan yang mencakup konsultasi dokter jarak jauh, pengiriman obat secara instan 24/7, dan layanan pengujian di rumah (home testing).
Layanan konsultasi dokter jarak jauh di Medigo dilakukan di platform online untuk berkonsultasi dengan para dokter terkemuka dan membantu para pelanggan menerima saran tentang masalah kesehatan di mana pun mereka berada. Layanan pengiriman obat secara instan 24/7 dari platform Medigo membantu memastikan bahwa para pelanggan menerima obat mereka secepat mungkin dalam waktu 20 menit bahkan pada saat yang mendesak sekalipun.
Layanan home testing juga memungkinkan para pelanggan untuk melakukan berbagai tes kesehatan, seperti tes darah, tes urine (urinalisis), dan tes kehamilan, dengan nyaman tanpa keluar rumah. Platform ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesehatan mental dan fisik masyarakat dengan mengoptimalkan operasional melalui transformasi digital.
Jemput bola kebutuhan pemerintah
Dalam catatan Prohealth.id, East Ventures, sebagai venture capital sebenarnya terbuka pada seluruh sektor (sector-agnostic) dan telah mendukung lebih dari 250 perusahaan di Asia Tenggara.
Uniknya, pada 2022 lalu dalam rangka menyasar sektor kesehatan East Venture mendukung peluncuran Biomedical & Genome Science Initiative (BGSi) yang merupakan inisiatif dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Tujuannya sebagai upaya menghadirkan layanan pengobatan presisi bagi masyarakat.
BGSi merupakan program inisiatif nasional pertama yang dibuat oleh Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, guna mengembangkan pengobatan yang lebih tepat bagi masyarakat melalui penggunaan teknologi pengumpulan informasi genetik (genom) dari manusia maupun patogen seperti virus dan bakteri atau bisa disebut dengan whole genome sequencing (WGS). Sebelumnya, metode WGS sendiri telah dimanfaatkan dan berperan penting dalam penanggulangan COVID-19 di Indonesia.
Dalam peluncuran tahun lalu, Budi menyatakan bahwa teknologi ini sangat penting untuk kesehatan masyarakat di masa depan. Pasalnya, melalui bioteknologi genome sequensing ini, kemampuan untuk mengidentifikasi sumber penyakit dan mengobatinya akan sangat pasti dan personal.
“Bagusnya kita tahu secara pasti diagnosis dan treatment-nya. Contohnya sakit batuk, walaupun gejalanya sama namun di setiap orang sakitnya bisa berbeda-beda. Dengan adanya BGSi ini, kita bisa identifikasi lebih cepat sakitnya apa, sehingga bisa segera kita obati,” ujar Budi.
Melalui BGSi, metode WGS akan dimanfaatkan untuk penelitian pengembangan pengobatan pada enam kategori penyakit utama lainnya, yaitu: kanker, penyakit menular, penyakit otak dan neurodegeneratif, penyakit metabolik, gangguan genetik, dan penuaan. Dalam implementasinya, BGSi dilaksanakan di tujuh rumah sakit vertikal yaitu RSUPN RSCM, RS Pusat Otak Nasional (RS PON), RSPI Sulianto Saroso, RSUP Persahabatan, RS Kanker Dharmais, RSUP Sardjito, hingga RS Prof I.G.N.G. Ngoerah.
Menteri Koordinator Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, ikut membenarkan bahwa inovasi kesehatan tersebut merupakan hasil kunjungan pemerintah Indonesia ke Tiongkok pada 2021, dan hasil kerjasama dengan Beijing Genomic Institute, hingga akhirnya mulai kita implementasikan di Indonesia per 2022.
“Tapi kerja sama itupun kita kembangkan dengan negara lain seperti Abu Dhabi dengan G42 maupun Amerika Serikat dengan US Davis University,” kata Luhut.
Sebelumnya East Ventures telah mendanai portofolio healthtech-nya, lain sebut saja Nalagenetics dan Nusantics. Keduanya telah menciptakan inovasi dalam bidang biotek, mulai dari penelitian pada adverse drug reaction, solusi kecantikan, dan juga dalam membuat COVID-19 test kit lokal pertama.
Discussion about this post