Peningkatan kasus diabetes melitus pada anak, disertai dengan pemahaman yang minim tentang skrining, deteksi, pencegahan dini, dan penanganannya menjadi suatu hal yang memprihatinkan. Meskipun bukan penyakit menular, diabetes melitus dapat menyebabkan berbagai komplikasi dan gangguan pada tumbuh kembang anak.
Ketua Badan Pertimbangan Pengurus Pusat IDAI Prof. Aman B. Pulungan mengatakan banyak orang tua tidak menyadari pemeriksaan kesehatan dibutuhkan untuk mencegah risiko diabetes pada anak, meskipun pengelolaan diabetes pada anak dan remaja sudah digaungkan melalui kontrol glikemik dan kontrol metabolik.
”Masih banyak orang tua yang belum sadar bahwa diabetes juga dapat menyerang anak. Berdasarkan data global, rata-rata usia anak yang terkena diabetes melitus adalah lima tahun hingga sembilan tahun dan 10 tahun hingga 14 tahun. Namun, tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada usia di luar itu,” kata Aman melalui siaran pers dari Prodia yang diterima di Jakarta, Minggu (30/4/2023).
Untuk menghindari risiko buruk, peran orang tua sangat penting dalam memperhatikan kondisi kesehatan anak dengan mendeteksi gejala diabetes yang paling umum. Gejala diabetes yang umum terjadi adalah poliuri, peningkatan frekuensi buang air kecil dengan volume banyak; polidipsi, lebih sering merasakan haus dan ingin minum sebanyak-banyaknya; dan polifagi, peningkatan nafsu makan tetapi tidak disertai stamina.
Aman juga meminta orang tua memperhatikan kandungan gula dalam makanan yang dikonsumsi anak. Untuk mencegah anak terkena diabetes melitus, pastikan anak tidak mengonsumsi gula melebihi anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Kementerian Kesehatan menganjurkan konsumsi gula per orang per hari adalah 10 persen dari total energi 220 kilokalori atau setara dengan empat sendok makan atau 50 gram per orang per hari.
“Jangan tunggu sakit, Lebih pekalah terhadap kesehatan anak, periksakan Kesehatan bula gejala seringan mungkin terjadi, serta sediakan lingkungan dan makanan yang sehat untuk anak,” tutur Aman.
Direktur Utama Prodia Dewi Muliaty mengatakan diabetes melitus pada anak dan remaja karena kecenderungan kebiasaan mengonsumsi makanan manis dan tidak bergizi. Hal itu perlu menjadi perhatian bersama untuk mencegah kasus diabetes prematur pada anak dan remaja.
“Diabetes biasanya terjadi pada orang berusia 40 tahun ke atas. Namun, beberapa tahun belakangan ditemukan banyak kasus yang terjadi pada anak dan remaja yang sedang masa pertumbuhan,” katanya.
Direktur Business and Marketing Prodia Indriyanti Rafi Sukmawati mengatakan perlu penguatan edukasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang arti penting langkah preventif diabetes melitus agar tidak terjadi pada anak.
Discussion about this post