Jakarta, Prohealth.id – Layanan kesehatan primer umumnya melakukan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) tanpa mengesampingkan pengobatan (kuratif).
Untuk itu, Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) akan menyelenggarakan festival kesehatan Primary Health Care Festival atau PHC Fest pada Sabtu, 27 Mei hingga Jumat, 2 Juni 2023 di M Bloc Space, Jakarta Selatan, DKI Jakarta.
PHC Fest menyajikan berbagai kegiatan, mulai dari talkshow, lokakarya, peluncuran buku intervensi PUSPA di Jawa Barat, screening film dokumenter tentang kader kesehatan Dari Rumah ke Rumah, hingga pertunjukan stand up comedy.
Diah Satyani Saminarsih, Founder dan CEO CISDI mengatakan, PHC Fest merupakan fase awal rangkaian kegiatan menuju perhelatan akbar bertajuk Primary Health Care Forum (PHC Forum) pada November mendatang. Dengan mengusung tema “Aku, Kita, Sehat”, Diah menyatakan bahwa CISDI ingin mengajak masyarakat, khususnya anak muda yang berdomisili di Jabodetabek, untuk mengisi akhir pekan bersama PHC Fest. Dalam konteks sistem kesehatan, primary health care atau layanan kesehatan primer merupakan layanan kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat. Contohnya puskesmas maupun klinik pratama.
“Sebagai lembaga yang mengkampanyekan pentingnya penguatan sistem kesehatan, melalui PHC Fest kami ingin mengenalkan pentingnya layanan kesehatan primer terjangkau dan berkualitas kepada kalangan muda,” ungkap Diah, melalui siaran pers yang diterima pada Jumat (26/5/2023).
Rangkaian kegiatan utama PHC Fest terencana pada Sabtu dan Minggu, 27-28 Mei 2023. Agenda hari pertama terdiri atas bincang Sehat Itu Mudah & Murah dan demo meracik jamu bersama Suwe Ora Jamu. Sore harinya ada peluncuran dan bedah buku Mekar PUSPA di Tengah Pandemi yang mengundang penulis senior Mardiyah Chamim, perwakilan Kementerian Kesehatan, dan Pejabat Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Buku ini mengupas tentang perjalanan program besutan CISDI untuk penguatan puskesmas selama masa pandemi COVID-19 di Jawa Barat.
Agenda hari kedua terdiri atas diskusi publik seputar pengendalian tembakau bertajuk Open Voice Jakarta (OVJ): Kita Butuh Makanan Pokok, Bukan Rokok, acara bincang Mengubah Perspektif Kesehatan Lewat Seni, pemutaran perdana dan diskusi film dokumenter produksi CISDI berjudul Dari Rumah ke Rumah, serta ditutup dengan penampilan stand-up comedy oleh Boah Sartika.
“Di samping melalui berbagai program, diskusi dan lokakarya, kami turut mempromosikan layanan kesehatan primer melalui film Dari Rumah ke Rumah. Film ini menceritakan perjuangan kader kesehatan dan puskesmas setempat dalam memfasilitasi akses kesehatan bagi warga sekitar,” kata Diah Saminarsih.
Dalam PHC Fest juga akan terselenggara side event pameran fotografi tentang kader kesehatan Asih itu Hening: Kerja Kesehatan yang Tak Kasat Mata pada 27 Mei hingga 2 Juni 2023, kolase pandangan dan harapan bagi kesehatan Indonesia berkolaborasi dengan seniman Ika Vantiani, serta instalasi Tobacco Control (TC) Link yang membawa pengunjung menyusuri perjalanan advokasi cukai tembakau melalui instalasi ala pesawat terbang.
Melalui PHC Fest, CISDI mengajak pengunjung merasakan langsung bagaimana idealnya pelayanan kesehatan dasar berjalan. CISDI menghadirkan Puskesmas Kaget, yaitu konsultasi kesehatan gratis berbentuk skrining kesehatan dasar dalam beberapa booth yang berkolaborasi dengan berbagai komunitas.
Puskesmas Kaget ini merupakan replikasi dari berbagai jenis layanan kesehatan dasar yang seharusnya ada di fasilitas kesehatan primer, baik puskesmas maupun klinik pratama/swasta. PHC Fest diharapkan bisa menyedot perhatian sebanyak mungkin kaum muda, khususnya di Jakarta dan sekitarnya.
“CISDI terus berkomitmen mendekatkan layanan kesehatan primer berkualitas kepada masyarakat. Penyelenggaraan PHC Fest adalah peluang terbaik kami untuk mewujudkan hal tersebut. Oleh karena itu, kami mengundang, baik masyarakat umum maupun rekan media, untuk hadir di acara tersebut,” tutup Diah.
Mengenal layanan kesehatan primer
Secara terpisah, dalam sebuah diskusi yang digelar oleh Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, dijelaskan oleh para dokter tentang urgensi Kedokteran Keluarga Layanan Primer. Alasannya, layanan kesehatan primer kerap dianggap sebelah mata dan jarang diakses masyarakat karena kondisi kesehatan yang terlanjur parah. Ada juga indikasi ketidakjelasan jenjang karir kedokteran layanan primer.
Menurut Ketua Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia, dr. Isti Ilmiati Fujiati, spesialisasi kedokteran dalam mewujudkan layanan kesehatan harus berjalan dengan optimal dan berjenjang. Ia menegaskan, kedokteran keluarga layanan primer sangat penting karena sangat berfokus pada upaya preventif (pencegahan) dan promotive ketimbang kuratif, atau mengobati. Menurut dr. Isti, rerata penyakit berbahaya, menular dan tidak menular diakibatkan oleh preventif yang rendah. Sebut saja misalnya; kanker, jantung, dan tuberkulosis.
“Untuk itu penting spesialisasi kedokteran keluarga. Sayangnya jenjang karir sekolah layanan primer memang kerap dianggap kurang jelas,” tutur dr. Isti.
Kemampuan layanan kesehatan primer padahal bisa membantu deteksi dini terhadap penyakit kronis. Untuk itu, dengan pemahaman terhadap layanan kesehatan primer, masyarakat dianjurkan bisa mengakses pembagian layanan kesehatan sesuai peruntukan.
“Misalnya, bertahap dari kesehatan primer, rujukan, barulah pengobatan yaitu ke rumah sakit. Layanan kesehatan primer memasang paradigma hidup sehat dalam hidup sehari-hari. Paradigma pembangunan harus soal kesehatan, lingkungan, dan masyarakat,” tuturnya.
Discussion about this post