Magelang, Prohealth.id – Turunnya harga tembakau ditambah dengan gagal panen akibat musim kemarau basah sekitar tahun 2012-2013 memotivasi petani tembakau di Desa Candisari, Windusari, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah untuk segera mencari solusi.
Istanto, salah satu petani asal Desa Candisari kemudian mencari alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan mencari komoditas tanaman lain yang bisa dibudidayakan sepanjang tahun, biaya produksi murah, perawaan mudah, dan lebih menguntungkan dibandingkan tembakau serta pasar bersifat bebas. Pilihan jatuh pada ubi jalar dari Cilembu, berdasarkan saran dari Dinas Pertanian setempat.
“Apalagi kami mencari yang saat itu bibitnya murah, bibit ubi cukup murah,” ujar Istanto saat mendampingi peserta field trip kegiatan Indonesian Conference on Tobacco or Health (ICTOH) ke-8 di Magelang, 1 Juni 2023 lalu.
Sejak tahun 2013, ubi jalar tipe tersebut mulai dibudidayakan Istanto di sela-sela tanaman tembakaunya. Usaha Istanto tersebut membuahkan hasil yang lebih bagus dibandingkan tembakau. Dengan luas lahan yang sama untuk budidaya tembakau, ternyata ubi jalar lebih menguntungkan 6-7 kali lipat. Sejak saat itu Istanto menyadari bahwa tanaman tembakau bukan merupakan satu-satunya komoditas yang dapat diandalkan. Para petani di sekitarnya pun kemudian mengikuti jejak Istato dan semakin inovatif dengan mengeksplor tanaman-tanaman lain yang dapat memberikan keuntungan lebih.
Saat ini, di wilayah Kecamatan Windusari yang terdiri dari 20 desa hampir tidak ditemukan lagi tanaman tembakau yang dibudidayakan, karena hampir seluruh petani telah beralih ke komoditas lain terutama tanaman pangan yang lebih menguntungkan seperti kopi yang dibudidayakan di ketinggian di atas 1000 mdpl, dan hortikultura (sayuran hijau, cabe, bawang putih, bawang merah, padi, dan jagung) di ketinggian 800-1000 mdpl, serta ubi jalar di ketinggian 600-700 mdpl. Istanto menyebutkan ada 12 desa di Kecamatan Windusari yang mengikuti pola tanam dan panen setiap hari seperti yang dia lakukan. Bahkan, peralihan ini dilakukan para petani tanpa adanya paksaan dari siapapun. Ia lebih banyak berperan membantu memberikan saran terkait cara tanam dan lokasi ideal untuk tanaman ubi madusari.
Muhammadiyah Tobacco Control Centre Universitas Muhammadiyah Magelang (MTCC Unimma), sekitar tahun 2018 membantu mengoptimalkan upaya yang telah dilakukan para petani di Kecamatan Windusari tersebut, antara lain dengan melakukan pelatihan dan pendampingan untuk pengembangan usaha yang telah dirintis, mencarikan jejaring dengan pihak lain untuk memperoleh bantuan peralatan, serta memfasilitasi untuk pemasaran produk. Salah satunya dengan mengajak para peserta ICTOH ke-8 yang dilaksanakan di Kota Magelang pada tanggal 1 Juni 2023 yang lalu.
“Awalnya memang saya mulai panen, lalu nanti si A mau minta bibit, kita berikan. Lalu B mau buat juga, dapat bibit dari hasil yang didapatkan si A. Dengan begitu akhirnya terbentuk pola panen yang baik,” tutur Istanto.
Istanto bersyukur karena sejak alih tanam, ketahanan pangan di desa terjamin apalagi model diversifikasi tanaman seperti yang kini dilakukan terbukti membuat petani selalu untung sepanjang waktu. Dengan metode ini, tidak lagi ada istilah ‘panen raya’, sebaliknya setiap hari bisa menjadi momen panen sesuai dengan masa perkembangan tiap-tiap tanaman tersebut.
“Jadi kini tidak ada lagi menunggu panen raya. Setiap hari, petani di sini bisa memanen,” ungkap Istanto sembari menjelaskan jenis-jenis tanaman di lahan pertanian Desa Candisari.
Usai field trip, peserta diajak oleh Istanto untuk meninjau proses seleksi hasil panen, pengolahan ubi madusari menjadi snack, hingga proses packaging. Proses pengolahan ubi madusari ini memberdayakan para ibu rumah tangga dan pemuda dari Desa Candisari.
Giat ekonomi dari panen ubi hingga proses industri usaha kecil mikro menengah (UMKM) terbukti membantu tidak hanya taraf ekonomi masyarakat, tetapi juga kualitas pendidikan anak-anak dari desa Candisari.
“Anak-anak dari desa kami pun sekolahnya lancar, banyak yang kini bisa dibiayai masuk perguruan tinggi. Banyak juga yang diterima dan melanjutkan sekolah di UNIMMA,” kata Istanto.
Ketua MTCC UNIMMA Retno Rusdjijati menambahkan di sela-sela diskusi bersama peserta field trip bahwa kegiatan kunjungan ke lokasi pertanian Desa Candisari merupakan bukti kalau alih tanam tembakau secara nyata berkontribusi positif pada kehidupan masyarakat. Dampak baik ini tercermin dari keuntungan yang lebih tinggi dari hasil yang telah diperoleh petani dibandingkan dengan tembakau.
ICTOH sendiri merupakan momentum dalam rangka memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) tahun 2023 yang mengangkat tema “We Need Food Not Tobacco”. Untuk itu, Tobacco Control Support Center Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (TCSC IAKMI) berkolaborasi dengan MTCC Universitas Muhammadiyah Magelang.
Prosesi ICTOH ke-8 diselenggarakan di Puri Asri Hotel, dihadiri para akademisi, peneliti, dan praktisi pengendalian tembakau untuk kesehatan masyarakat.
Tak lupa, ICTOH juga mengundang sejumlah pejabat pemangku kebijakan daerah se-Jawa Tengah. Para bupati dan walikota dari beberapa wilayah di Jawa Tengah tersebut akan membagikan pengalaman mereka dalam merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR).
Penulis: Irsyan Hasyim & Gloria FK Lawi
Discussion about this post