Jakarta, Prohealth.id – Risiko zoonosis masih mengintai konsumen karena standar kesehatan dan kesejahteraan hewan masih rendah.
Bertepatan dengan peringatan Hari Zoonosis Sedunia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menggelar media briefing dengan mengundang Konsultan Pakar dan Assesor Bidang Kesejahteraan Hewan, Drh.R.D.Wiwiek Bagja, sebagai narasumber utama.
Zoonosis, yang dikenal sebagai penyakit menular dari hewan ke manusia, merupakan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat global. Penyakit-penyakit seperti flu burung, virus Nipah, SARS-CoV-2 (penyebab COVID-19), dan banyak lainnya telah menunjukkan potensi yang mengerikan untuk menyebar dari hewan ke manusia.
YLKI mendesak agar perhatian diberikan pada kesejahteraan hewan ternak sebagai upaya yang krusial dalam mencegah zoonosis. Adapun standar kesejahteraan hewan ternak yang rendah, termasuk praktek-praktek intensif dan pencegahan yang tidak memadai terhadap penyakit, dapat memberikan lingkungan yang ideal bagi perkembangan dan penyebaran penyakit zoonosis.
“Zoonosis akan mempengaruhi sistem pangan kita yang sudah rentan, hampir 80 persen asupan protein berasal dari hewan, oleh karena itu kita harus mendorong upaya penerapan standard kesejahteraan hewan yang tinggi untuk dapat mencegah timbulnya zoonosis tersebut”, kata Sri Wahyuni, Sekretaris YLKI, pada 14 Juli 2023.
Drh.R.D. Wiwiek Bagja membenarkan karena kesejahteraan hewan ternak yang buruk dapat menciptakan lingkungan yang rentan terhadap penyakit menular. “Praktek-praktek intensif, penggunaan antibiotik secara berlebihan, dan kondisi hidup yang tidak memadai pada hewan ternak dapat menyebabkan penyebaran penyakit dan mutasi yang berbahaya yang menimbulkan potensi bencana baru yaitu Bakteri Kebal Antibiotik,”, jelasnya.
Dalam rangka mengatasi risiko zoonosis, YLKI menekankan pentingnya penerapan standard kesejahteraan hewan ternak yang tinggi termasuk yang tercantum dalam PP No 95/2012 Tentang Kesehatan Veteriner dan Kesejahteraan Hewan.
Sejumlah langkah-langkah yang dianjurkan cukup banyak. Pertama, meningkatkan persyaratan kandang dan kondisi hidup hewan ternak.
Kedua, membatasi penggunaan antibiotik pada hewan ternak dan mengadopsi praktik pengobatan yang bertanggung jawab.
Ketiga, memastikan kebersihan dan keamanan dalam rantai pasokan pangan, termasuk pengolahan yang tepat dan pemantauan penyakit yang efektif.
Keempat, mendorong praktik peternakan berkelanjutan yang mempromosikan keseimbangan ekologi dan kesehatan hewan ternak. Pelaku usaha bidang pangan dan produsen daging serta bahan pangan hewani memiliki peran penting dalam mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan standar kesejahteraan hewan ternak.
Adopsi praktik yang lebih baik, seperti memberikan lingkungan hidup yang sehat, mengurangi stres, memberikan akses ke air bersih dan pakan berkualitas, serta mengurangi penggunaan antibiotik secara berlebihan, dapat membantu memperbaiki kondisi kesejahteraan hewan dan mengurangi risiko zoonosis.
Selain itu, pemerintah juga harus terlibat aktif dalam mendukung peningkatan standar kesejahteraan hewan ternak melalui pengawasan, regulasi, dan penyuluhan kepada peternak. Pemantauan yang ketat terhadap praktik pemeliharaan hewan dan penegakan hukum yang tegas terhadap praktik yang melanggar standar kesejahteraan hewan ternak perlu dilakukan untuk melindungi masyarakat dari risiko zoonosis.
“Meningkatkan standar kesejahteraan hewan ternak adalah investasi jangka panjang dalam kesehatan manusia dan lingkungan. Dengan adopsi praktik yang lebih baik dalam industri pertanian, kita dapat mengurangi risiko penularan penyakit zoonosis dan melindungi konsumen secara keseluruhan” papar Sri Wahyuni.
YLKI juga mendorong pemerintah, industri peternakan, dan masyarakat untuk bekerja sama dalam melindungi kesehatan manusia dan mengurangi risiko zoonosis. Langkah-langkah pencegahan yang proaktif dan tanggung jawab terhadap kesejahteraan hewan ternak dapat membantu mengurangi ancaman yang dihadapi oleh masyarakat global.
“Kami akan terus berkomitmen untuk terus mengadvokasi standard kesejahteraan hewan ternak yang tinggi dan bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan untuk mencapai tujuan bersama dalam meminimalkan risiko zoonosis” pungkas Sri Wahyuni.
Discussion about this post