Jakarta, Prohealth.id – Perilaku kejahatan remaja diduga merupakan akibat dari proses belajar yang salah dalam menghadapi tren yang ada di lingkungan.
Ketua Satgas Remaja Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Rodman Tarigan, SpA (K), M.Kes mengatakan IDAI sangat prihatin terhadap maraknya remaja yang menjadi pelaku kejahatan. Ini menandakan perlu ada upaya serius yang melibatkan banyak pihak untuk mencegah remaja berbuat kejahatan dengan menjaga kesehatan mental remaja serta menciptakan lingkungan yang sehat di keluarga maupun di lingkungan sosial.
Ia menjelaskan, remaja merupakan masa transisi dari anak menuju dewasa yang ditandai dengan banyak perubahan fisik, mental, intelektual dan sosial sehingga diperlukan stimulasi perkembangan yang mampu menguatkan kendali diri remaja dalam berbagai aspek.
“Sudah menjadi tanggung jawab dari orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara untuk membimbing agar remaja dapat tumbuh menjadi manusia yang dewasa, cakap, dan berguna serta bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan masyarakat di kemudian hari,” jelas dr Rodman Tarigan, SpA (K), M.Kes dalam webinar bertema Mendidik Remaja yang Kuat secara Mental dan Sosial, yang diselenggarakan IDAI, Senin (28/8/2023).
Menurut dr. Rodman, remaja perlu mendapat pendampingan sehingga ketika ada perubahan perilaku dapat terdeteksi lebih awal. Tak ada salahnya, seorang remaja ditanyakan apakah merasa nyaman saat berada di dalam keluarga, sekolah, maupun lingkungan permainan. Sebab, perubahan perilaku remaja dipicu ketidaknyamanan terhadap lingkungan keluarga dan sosial. Hal ini merupakan gejala awal terjadinya gangguan mental pada remaja.
“Kesehatan mental bagi remaja sangat penting karena mempengaruhi kualitas hidup mereka. Kondisi mental yang sehat memungkinkan seorang remaja untuk menghadapi kehidupan yang banyak tekanan, menyadari kemampuan mereka, dapat bekerja dan belajar dengan baik, dan berkontribusi dalam masyarakat,” ungkap dr Rodman.
Kunci kesehatan mental remaja, lanjut dr Rodman, dipengaruhi dari empat faktor yaitu perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan genetik. Faktor perilaku dan lingkungan menjadi penyumbang terbesar dengan masing-masing 30 persen dan 40 persen. Sedangkan pelayanan kesehatan 20 persen dan genetik 10 persen. Dengan demikian perlu edukasi kepada orang tua untuk menjaga anaknya dengan memberikan contoh perilaku yang baik.
Hal yang harus dilakukan orang tua jika anak mengalami permasalahan kesehatan mental adalah responsif terhadap gejala, mendengarkan, mencari bantuan profesional ketika tidak mampu menangani gejala, memberikan dukungan, mengarahkan perhatian remaja pada hal produktif dan arah yang positif. Oleh karena itu, peran orang tua khususnya ayah sangat penting karena remaja butuh model seorang ayah yang mengajarkan tanggung jawab, keberanian, dan kepemimpinan.
“Ayah juga berperan ketika remaja berada masa kritis karena dapat menjadi pelindung dan penyedia, motivator, partner yang kompeten, pemberi kasih sayang dan pembimbingan,” jelas dr. Rodman.
Tentunya peran ibu, lanjut dr. Rodman, tetap diperlukan dalam menjaga kesehatan mental remaja. Namun peran ayah perlu ditekankan karena selama ini figur ibu selalu ditonjolkan dalam mendidik remaja padahal peran ayah juga sangat penting.
Ketua Pengurus Pusat IDAI dr Piprim Basarah Yunarso, SpA (K) mengingatkan orang tua harus menyeimbangkan antara peran membantu dan membiarkan remaja dengan persoalan yang dihadapinya. Membantu yang berlebihan sangat tidak baik bagi perkembagan mental remaja karena akan menimbulkan ketergantungan dan sulit mengambil keputusan. Sebaliknya membiarkan remaja dengan persoalannya juga tidak mendidik karena orang tua menjadi tidak peduli dan acuh terhadap remaja.
“Orang tua harus menjadi partner remaja dan membangun kepercayaan sehingga terjadi kedekatan antara remaja dengan orang tua. Dengan demikian, remaja mau menceritakan semua permasalahannya kepada orang tua. Orang tua juga tidak cukup memberikan bekal fisik seperti memberikan makanan sehat dan bergizi, sekolah yang berkualitas, tetapi juga berikan bekal jiwa dan mental kepada remaja dengan kegiatan positif yang mengasah kepekaan sosial, pola pikir dalam menghadapi tantangan kehidupan,” ungkap dr Piprim.
Discussion about this post