Jakarta, Prohealth.id, — Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menyampaikan belasungkawa sedalam-dalamnya atas hilangnya nyawa di kedua pihak yang berkonflik, namun khususnya bagi para profesional medis yang kehilangan nyawa saat memberikan layanan penyelamatan nyawa kepada masyarakat.
Sebagai organisasi profesi medis, PB IDI berkomitmen untuk menyebarkan informasi tentang pentingnya perawatan medis yang etis, serta tujuan perdamaian dunia dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan universal.
World Medical Association (WMA) atau Asosiasi Medis Dunia beserta Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengeluarkan seruan mendesak kepada semua pihak yang berkonflik untuk:
Mematuhi norma-norma Hukum Humaniter Internasional (IHL) untuk tidak menyerang fasilitas medis dan kendaraan tenaga kesehatan, serta melindungi tenaga kesehatan.
Petugas kesehatan harus diberikan sumber daya yang mereka perlukan untuk merawat semua pasien dengan penuh kasih sayang dan sesuai dengan nilai etika profesi dan netralitas medis. Koridor kemanusiaan harus digunakan untuk memastikan pengiriman pasokan medis penting dan bantuan kemanusiaan lainnya ke Jalur Gaza dengan aman.
World Medical Association (WMA) atau Asosiasi Medis Dunia dan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia mengajukan permohonan yang kuat kepada kedua belah pihak untuk menyelamatkan warga sipil, rumah sakit, dan layanan penting lainnya.
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, DR. Dr. Moh. Adib Khumaidi, SpOT mengutuk keras serangan terhadap fasilitas kesehatan dan tenaga medis serta meminta semua pihak untuk memastikan bahwa tenaga medis dan tenaga kesehatan tidak menjadi sasaran dan diberikan akses yang aman untuk merawat korban yang terluka.
“Sebagai dokter, kami mempunyai kewajiban etik untuk menempatkan keselamatan pasien dan komunitas masyarakat sipil diatas segalanya,” tegas Dr Adib dikutip dari siaran pers yang diterima Prohealth.id, Rabu (1/11/2023).
Sebelumnya, WHO memberikan pernyataan menyikapi sistem kesehatan yang lumpuh akibat konflik di Palestina-Israel.
Pengiriman bantuan dari PBB menuju jalur Gaza sangat dibutuhkan karena saat ini semua masyarakat sipil terutama anak-anak dan Perempuan menjadi korban dari penyerangan Israel di Palestina. Selain itu, 1.6 juta orang di Gaza saat ini mengalami masa krisis pemenuhan hak asasi mereka, kondisi kerentanan ini paling terdampak bagi anak-anak, perempuan, lansia, dan ibu hamil.
Dengan banyaknya infrastruktur yang rusak akibat kekerasan, bom, krisis atas alat kesehatan, bahan pangan, air, sanitasi, dan sistem listrik tak terhindarkan. Produksi air hanya mencapai kapasitas 5 persen dari normal level. Semua kelompok masyarakat membutuhkan perlindungan, makanan, air, dan jaminan kesehatan. WHO pun meminta agar sumber daya yang mendukung fasilitas kesehatan jangan sampai terhalang hingga kegiatan pengobatan menjadi terhambat.
WHO pun meminta relawan medis dan relawan kemanusiaan untuk menjamin suplai alat kesehatan guna menjamin keberlangsungan layanan kesehatan. Hal ini mengingat keterisian untuk ruang pengobatan di rumah sakit (bed occupancy) sudah mencapai lebih dari 150 persen.
Penulis: Irsyan Hasyim dan Gloria FK Lawi
Discussion about this post