Jakarta, Prohealth.id – Pertemuan tiga hari digelar guna membahas kerjasama pengembangan anak-anak bertalenta khusus atau disabilitas intelektual.
Para peserta datang dari 27 negara anggota Special Olympics Kawasan Asia Pasifik guna mengikuti Konferensi Kepemimpinan Regional (RLC) di Jakarta Barat mulai Jumat, 3 November 2023.
Special Olympics merupakan organisasi olahraga untuk anak-anak dan orang dewasa penyandang disabilitas intelektual yang menyediakan pelatihan dan aktivitas sepanjang tahun untuk 5 juta peserta dan mitra olahraga terpadu di 172 negara.
Program Special Olympics di kawasan Asia Pasifik kini diikuti oleh 2,1 juta atlit. Tujuan gerakan ini adalah mempromosikan inklusi, sikap menghormati, dan menjunjung martabat disabilitas intelektual lewat olahraga. Pemerintah Indonesia mendukung sepenuhnya kegiatan ini melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Di samping itu anak-anak bertalenta khusus yang tergabung Special Olympics Indonesia akan menampilkan keragaman budaya lewat sejumlah pertunjukan karya seni dalam acara Cultural Nite pada Sabtu 4 November 2023 lalu.
Ketua Umum Special Olympics Indonesia Warsito Ellwein mengatakan kegiatan ini merupakan kesempatan kita menunjukkan kepada negara-negara lain bahwa Indonesia serius menangani anak-anak bertalenta khusus.
Dia mengharapkan pertemuan ini membuka kesempatan kerjasama lebih jauh di sejumlah kegiatan. “Tidak saja pada kompetisi olah raga namun juga soal kepemimpinan atlet, program keluarga, dan lainya,” ujarnya dikutip dari pers rilis yang diterima Prohealth.id, Minggu (5/11/2023).
Di samping itu CEO Special Olympics International Mary Davies menyebutkan dampak besar pandemi COVID-19 bagi anak-anak disabilitas intelektual.
Jutaan anak sebelumnya aktif bergabung mengikuti program Special Olympics International tetapi menghilang saat ini. Pelbagai alasan membuat mereka tidak bisa aktif lagi terutama akibat kesulitan ekonomi.
Sebagian anak saat ini dalam kondisi sakit tak memungkinkan untuk berpartisipasi sedangkan yang lain mesti pergi ke daerah-daerah lain guna mengikuti keluarga mereka yang kesulitan.
Peristiwa ini terjadi di seluruh dunia dan atlit-atlit Special Olympics di Asia Pasifik terdampak lebih ketimbang rekan-rekannya di kawasan dunia yang lain. Hal ini diungkapkan Mary Davies di sela-sela hari pertama RLC.
Special Olympics kehilangan banyak orang. Baik atlit maupun partner. Tetapi situasi ini akan bisa kembali dipulihkan.
Pandemi COVID-19 juga mendorong tranformasi digital menjadi lebih cepat sehingga anak-anak disabilitas intelektual menjadi terbiasa dengan dunia internet.
“Teknologi internet sangat membantu kami dalam berupaya agar program tetap berlangsung selama masa pandemi,” ujar Mary.
Sebelum pandemi datang, tepatnya pada 2019, jumlah atlit Special Olympics di kawasan Asia Pasifik diperkirakan berkurang hingga 80 persen.
Dia yakin hal tersebut akan terwujud karena ada dua faktor pendukung. Pertama, kepemimpinan yang tangguh di kawasan ini. Berikutnya adalah kesadaran publik yang makin meningkat akan keberadaan disabilitas intelektual.
“Saya pribadi optimistis pada 2026 kami sudah bisa kembali lagi,” pungkas Mary.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post