Jakarta, Prohealth.id – Secara global, selama 28 hari dari mulai 23 Oktober 2023 sampai 19 November 2023, ada 104 negara yang melaporkan kasus baru Covid-19. Bahkan, sebanyak 43 negara melaporkan kematian akibat Covid-19.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, dr. Maxi Rein Rondonuwu kembali mengingatkan masyarakat untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan (prokes) menyusul peningkatan kembali kasus COVID-19 dalam beberapa pekan terakhir.
Kenaikan kasus Covid-19 ini dibuktikan dengan tingkat keterisian rumah sakit saat ini sebesar 0.06% dan angka kematian 0-3 kasus per hari.
Adapun enaikan kasus ini didominasi oleh subvarian Omicron XBB 1.5 yang juga menjadi penyebab gelombang infeksi COVID-19 di Eropa dan Amerika Serikat. Selain varian XBB Indonesia juga sudah mendeteksi adanya subvarian EG2 dan EG5. Meskipun ada kenaikan, namun kasus ini masih jauh kebih rendah dibandingkan saat pandemi yang mencapai 50.000 sampai 400.000 kasus per minggu.
Menurut dr. Maxi saat ini bagu masyarakat yang merasa sakit, mewajibkan diri sendiri pakai masker, cuci tangan pakai sabun, menjaga imunitas dengan konsumsi makanan bergizi seimbang.
“Jangan lupa kemudian jaga jarak, apalagi kalau sedang sakit agar tidak menularkan,” kata dr. Maxi dalam konferensi pers virtual, Rabu (6/12/2023).
Selain itu, dr. Maxi mengingatkan agar masyarakat perlu waspada apabila mengalami gejala penyakit yang mengarah pada COVID-19, yakni batuk, pilek, demam dan gangguan pernapasan, agar segera melakukan pemeriksaan antigen.
“Dengan naiknya ini, siapa yang punya gejala sebaiknya dilakukan testing rapid antigen dan dilaporkan dan tentu dengan kesadaran melakukan isolasi mandiri kalau gejala ringan, kalau berat ke rumah sakit,” tuturnya.
Selain disiplin prokes, ia juga mendorong masyarakat terutama kelompok rentan agar menyegerakan vaksinasi COVID-19 baik dosis lengkap maupun booster.
“Lakukan vaksinasi booster, sampai akhir tahun masih gratis untuk seluruh masyarakat. Tahun depan, hanya untuk kelompok rentan seperti lansia dan orang dengan penyakit penyerta serta immunocompromised (orang yang memiliki masalah dengan sistem imun),” jelasnya.
Menurut Prof. Dr. dr. Erlina Burhan, SpP(K), MSc yang merupakan Ketua Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menilai kenaikan kasus Covid-19 yang cukup signifikan khususnya di negara tetangga yaitu Singapura dan Malaysia disebabkan oleh banyak faktor. Pertama, mobilisasi yang tinggi karena kegiatan kumpul bersama keluarga, liburan, maupun perjalanan antar kota dan negara. Kedua, fungsi dari vaksin booster SARS-CoV-2 mulai menurun, demikian pula antibodi terhadap SARS-CoV-2 juga menurun.
Selain itu, kata dr. Erlina, ada beberapa jenis keparahan yang bisa menyebabkan penularan Covid-19 menjadi lebih mudah. Misalnya saja; kekebalan yang rendah umumnya dialami oleh lansia, orang dengan komorbid yang tidka terkontrol, maupun orang dengan kondisi imunokompromis seperti kanker, autoimun, dan HIV.
“Maka di Indonesia juga terjadi kenaikan dalam dua bulan terakhir. Mobilisasi lintas negara yang tinggi saat liburan. Turis Singapura, Malaysia, China, ke Indonesia. Penduduk Indonesia juga berlibur ke luar negeri khususnya Singapura,” terang dr. Erlina.
Ia tak menampik bahwa angka vaksinasi booster yang masih rendah di Indonesia ikut memicu kenaikan kasus. Apalagi, penegakan protokol kesehatan makin longgar di Indonesia.
Untuk itu, dr. Erlina menyebutkan sejumlah pencegahan yang harus dilakukan.
Pertama, menerapkan pola hidup sehat. Kedua, makan dengan nutrisi yang seimbang. Ketiga, cuci tangan dengan air mengalir dan sabun. Keempat, vaksinasi booster Covid-19. Kelima, menggunakan masker saat keramaian dan perjalanan. Keenam, membatasi waktu berada di ruangan tertutup dan ramai.
Discussion about this post