Jakarta, Prohealth.id – Kementerian Kesehatan menemukan tiga kasus lumpuh layuh akut atau acute flaccid paralysis (AFP) akibat virus polio tipe dua pada akhir 2023.
Satu kasus ada di Jawa Tengah dan dua kasus berlokasi di Jawa Timur pada 4 Januari 2024 lalu. Para epidemiolog masih melakukan penyelidikan guna merespon penemuan kasus polio tersebut.
Direktur Pascasarjana Universitas YARSI Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama menyatakan dari laman Global Polio Eradicaton Initiative (GPEI). Pembentukan GPEI bertujuan untuk eradikasi polio di dunia.
Saat ini GPEI mendapat dukungan dari beberapa organisasi dunia. Sebut saja di antaranya; World Health Organization (WHO), United Nations Children’s Fund (UNICEF), dan Rotary International. Organisasi lain yang mendukung adalah; Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, Bill & Melinda Gates Foundation, dan GAVI the vaccine alliance.
Laman GPEI mengungkapkan per 3 Januari 2024 lalu, ada beberapa kasus serupa di seluruh dunia dalam seminggu terakhir. Di Pakistan, ada empat sampel lingkungan positif wild polio virus (WPV). Republik Demokratik Kongo mencatatkan dua kasus cVDPV1, satu kasus cVDPV2 dan satu sampel lingkungan positif cVDPV2.
Daerah Guinea ada 10 kasus cVDPV2, lalu di Madagaskar ada satu kasus cVDPV1 dan satu sampel lingkungan positif cVDPV1. Sementara di Mali terdata tiga kasus cVDPV2, Nigeria ada satu kasus cVDPV2.
Lalu di Sudan Selatan ada satu kasus cVDPV2, dan di Tanzania ada satu kasus cVDPV2. Dalam laman GPEI juga tercantum Indonesia pernah melaporkan empat cVDPV kasus pada tahun 2023 dan dua kasus di tahun 2022.
“Dalam waktu tidak lama maka kasus di Jawa Tengah dan Jawa Timur akan dilaporkan pula ke WHO. Sehingga akan tercatat dalam data dunia seperti negara-negara di atas,” ujar Prof. Yoga melalui pesan singkat kepada Prohealth.id pada Kamis (11/1/2024).
Guru Besar Departemen Imu Kesehatan Anak FK Universitas Airlangga Prof. Dr. dr. Ismoedijanto, DTM&H, Sp.A(K) mengungkapkan alasan lain. Penyebab aktivasi polio tipe 2 menurut Prof. Ismoedijanto karena masih banyak orang tua yang tidak menuntaskan imunisasi polio pada anak-anaknya.
“Banyak orang yang mengira empat kali imunisasi ini sudah cukup. Padahal anak masih memerlukan dua kali suntikan vaksinasi lagi (IPV),” kata Prof. Ismoedijanto.
Discussion about this post