Jakarta, Prohealth.id – Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Mohammad Adib Khumaidi menyatakan Indonesia memang kekurangan dokter.
“300 fakultas itu sangat berlebihan,” ujar dr. Adib melalui konferensi pers virtual IDI, Senin (5/2/2024).
Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa jumlah ideal dokter adalah 1:1.000 populasi penduduk. Indonesia memiliki penduduk sekitar 270 juta jiwa. Maka, kebutuhan dokter di Indonesia mencapai 270.000 dokter. Dari data tersebut, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan kini, Indonesia baru memiliki 110.000 dokter di seluruh wilayah. Sehingga masih dibutuhkan 160.000 lulusan kedokteran dari 92 fakultas kedokteran. Budi juga memprediksi, butuh waktu 14 tahun untuk mencapai angka tersebut.
Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan Kemenkes mencatat bahwa data Bappenas 2018 menunjukkan bahwa rasio dokter spesialis per 1.000 penduduk tahun 2025 sebesar 0,28 artinya 28 dokter spesialis untuk 100.000 penduduk. Dengan komposisi ketersediaan dokter spesialis saat ini, maka target rasio Dokter Spesialis Penyakit Dalam 3 orang untuk 100.000 penduduk, Spesialis Obstetri dan Ginekologi juga 3 orang untuk 100.000 penduduk.
Kata dr. Adib, yang sebenarnya menjadi masalah tetapi belum tersampaikan dalam persoalan tenaga kesehatan adalah mahalnya biaya pendidikan kedokteran.
“Masyarakat sudah tahu yang jadi masalah dalam pendidikan kedokteran adalah biaya kedokteran yang mahal, yang bisa intervensi adalah negara,” tuturnya.
Artinya, kalau pemerintah melalui presiden yang menjanjikan jika terpilih akan membuka 300 fakultas kedokteran, rencana ini justru tidak strategis. Ia beralasan karena rencana tersebut tidak diikuti aturan yang sesuai dengan kebutuhan. Akibatnya justru akan menciptakan pengangguran intelektual dan profesional dokter yang tidak terserap dalam dunia pekerjaan.
Editor: Irsyan Hasyim
Discussion about this post