Jakarta, Prohealth.id- Peneliti Pusat Riset Komputasi (PRK) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Muhammad Fakhruddin menekankan pentingnya integrasi data, untuk memperoleh pemahaman yang lebih lengkap tentang dinamika penyebaran penyakit. Berbagai jenis data yang dimaksud, seperti data epidemiologi, lingkungan, sosial, dan demografis. “Dengan memadukan berbagai sumber data, para peneliti dapat mengidentifikasi pola-pola penyebaran penyakit dengan lebih baik,” kata Fakhruddin, pada Webinar Kolokium bidang Matematika Biologi dan Dinamika Lingkungan, Rabu, 27 Maret 2024.
Integrasi data juga memungkinkan pengembangan model epidemiologi yang lebih komprehensif. Model-model ini dapat mencakup berbagai aspek penting, seperti pola penyebaran penyakit, faktor risiko, dampak lingkungan, dan sosial.
“Tujuannya adalah untuk memberdayakan pengambil keputusan, serta mengumpulkan dan mengolah data secara lebih efektif dengan memberikan bukti yang berguna dan akurat,” kata dia.
Menurut Fakhruddin, integrasi data memungkinkan para peneliti untuk mendalami pemahaman tentang faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan penyakit tertentu. Seperti kepadatan populasi, kondisi lingkungan, perilaku manusia, dan faktor sosial ekonomi. Dengan memahami secara holistik dinamika penyakit, model-model epidemiologi yang terintegrasi memungkinkan perancangan intervensi yang lebih efektif. Misalnya, strategi vaksinasi, kampanye penyuluhan, pengendalian vektor, atau strategi karantina.
“Integrasi data dengan model epidemiologi ini mendukung pengambilan keputusan yang lebih baik dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit. Keputusan berbasis data dapat dilakukan dengan lebih percaya diri, membantu pemerintah dan lembaga kesehatan untuk merespons secara cepat dan efisien terhadap ancaman kesehatan masyarakat,” katanya.
Sebagai informasi, epidemiologi adalah studi yang mempelajari distribusi dan determinan penyakit dan keadaan kesehatan pada populasi. Serta penerapannya untuk pengendalian masalah-masalah kesehatan. Surveilans kesehatan masyarakat diperlukan dalam proses pengumpulan, analisis, dan interpretasi data secara sistematis dan berkelanjutan, serta terintegrasi dengan unit yang bertanggung jawab untuk mencegah dan mengendalikan penyakit.
“Kegiatan surveilans diharapkan dapat mengukur apa yang terjadi dalam populasi, sehingga berguna baik untuk mengukur kebutuhan intervensi, maupun untuk mengukur secara langsung dampak intervensi,” katanya.
Kepala PRK BRIN Rifki Sadikin menyebut, perlunya pemahaman terhadap pemodelan dan simulasi dengan menggunakan “bahasa” matematika, baik untuk dinamika populasi maupun pemodelan epidemiologi kedepannya. Pihaknya saat ini memiliki beberapa kelompok riset, salah satunya kelompok riset matematika biologi dan dinamika lingkungan.
“Tentunya kami sadar di PRK, untuk jumlah periset pada bidang tertentu, misalnya matematika biologi masih sedikit. Kalau kita bilang, masa kritikalnya belum tercapai,” ungkap Rifki.
“Sehingga, kami mendorong agar ada kolaborasi dengan perguruan tinggi, terutama dalam hal ini dengan ITB,” kata dia menambahkan.
Dikatakan Rifki, kolokium ini juga digunakan untuk mengenalkan kelompok riset yang ada di PRK. Ada juga kelompok riset bioinformatika dan kimia komputasi, kelompok riset matematika komputasi dan terapan, kelompok riset fisika komputasional, dan kelompok riset matematika kombinatorika.
“Kita butuh kolaborasi, karena masing-masing dari kami juga memiliki keahliannya. Kedepannya, kita dapat berkolaborasi untuk menghasilkan produk riset yang dapat bersaing di ranah global,” tutur Rifki.
“Saya kira nanti ada hal-hal yang bisa dimanfaatkan dari kegiatan riset matematika biologi dan dinamika lingkungan ini. Mudah-mudahan ada realisasi kolaborasi riset yang lebih riil,” kata dia menambahkan.
Editor: Irsyan Hasyim
Discussion about this post