Prohealth
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Profil
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Opini
  • Infografis
No Result
View All Result
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Profil
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Opini
  • Infografis
No Result
View All Result
Prohealth
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Profil
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Opini
  • Infografis

Akses Layanan Kesehatan Terstandar Dibutuhkan Semua Perempuan

Sumber stressor pada perempuan itu bisa akibat lingkungan, penyakit, bencana alam, atau kekerasan seksual.

by Ignatius Dwiana
Sunday, 31 March 2024
A A
Menyoal Masa Kehamilan dan Nifas untuk Kesehatan Ibu

Ilustrasi depresi pada ibu pasca melahirkan (ANTARA/Shutterstock)

Jakarta, Prohealth.id – Perempuan dengan gangguan mental membutuhkan obat-obat psikofarmaka untuk menunjang kesehatannya. Namun obat-obat psikofarmaka ini dikhawatirkan mempunyai efek samping. Hal ini dapat berdampak pada ibu dan kandungannya juga bisa dialami bayi setelah lahir.

 

BacaJuga

Perempuan dalam Jebakan Rokok Elektrik

Awali Self Love, Sadar Kesehatan Saat Red Days

Namun data keamanan terkait itu belum terlalu banyak karena ibu hamil sering tidak dimasukkan ke dalam penelitian. Situasi ini menyebabkan para perempuan membutuhkan patokan guna memilih obat.

 

“Jadi laporan-laporan kasus itu yang digunakan sebagai data efek samping obat pada perempuan,” kata neuropsikiatri Nurmiati Amir.

 

“Kadang-kadang sudah pulih gangguan jiwanya tetapi ketika hamil terjadi ketidakseimbangan hormonal sehingga kambuh kembali gangguan jiwanya.”

 

Dia menjelaskan penyebab gangguan mental bisa mempengaruhi struktur dan fungsi otak akibat beratnya stressor. “Sumber stressor pada perempuan itu bisa akibat lingkungan, penyakit, bencana alam, atau kekerasan seksual. Kalau stres itu menetap dan kronik maka bisa menimbulkan gangguan imun dan produksi protein itu berkurang sehingga tubuh tidak mampu melawan penyakit.”

 

Berbagai gangguan bisa terjadi. Gangguan fisik yang sering menyertai stressor yakni tukak lambung, darah tinggi, sakit kepala, gangguan haid, atau bentuk gangguan fisik lainnya. Sedangkan gangguan jiwa seperti mudah lupa, konsentrasi buruk, stres, kecemasan, depresi, adiksi, hingga skizofrenia maupun bipolar.

 

Hal ini disampaikan Nurmiati Amir dalam webinar “Obat Psikiatri dan Pengaruhnya Terhadap Hak Reproduksi Perempuan Dengan Disabilitas Mental” yang diselenggarakan Perhimpunan Jiwa Sehat pada bulan Maret.

 

Dia menyebutkan pula obat-obat psikofarmaka untuk skizofrenia tidak tunggal dan disarankan tidak diberikan pada perempuan hamil terutama pada trimester satu. Karena ketidakseimbangan hormon lebih sering terjadi di awal kehamilan.   

Namun ada kabar gembira. Obat-obat anti psikotik generasi kedua tidak begitu berisiko. Misalnya olanzapin dan krozapin. Sedangkan psikiater Hervita Diatri menekankan akses layanan kesehatan yang terstandar bagi semua perempuan. Karena perempuan berdasarkan referensi terkait kesehatan jiwa dinyatakan rentan mengalami masalah dan gangguan. Bahkan angkanya terbilang besar.

 

Ada satu dari lima perempuan mengalami depresi dan cemas. Gagasan mengakhiri hidup dua kali lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Demensia lebih sering dialami perempuan terlebih ketika situasi hormonal turun pada waktu menopause. Serta gangguan stress pasca trauma dua kali lipat dibandingkan laki-laki.

 

Perempuan juga rentan mengalami kekerasan. Seringkali menjadi populasi yang sering terabaikan saat kondisi darurat terutama pada waktu situasi bencana. Ketika kondisi hamil dan pasca melahirkan ada 5,3 persen hingga 19,8 persen perempuan bisa memiliki gangguan mulai dari depresi, kecemasan, hingga bipolar. “Jadi kerentanan itu memang ada. Baik perempuan usia subur maupun yang hamil dan melahirkan,” ucap Hervita.

 

Dia turut menerangkan perempuan hamil yang menghentikan terapi anti depresannya menjadi mengalami kekambuhan sebesar 68 persen. Belum lagi setiap kali persalinan. Angka kekambuhan tinggi pada gangguan bipolar sama seperti pada depresi dan psikosis. Bahkan tidak dalam kondisi sedang kambuh pun pasca melahirkan angkanya bisa meningkat hingga 46 persen.

 

Terkait itu maka Hervita mengingatkan agar para perempuan tetap menjalani proses terapi dengan optimal ketika mengalami masalah kesehatan jiwa. Manfaat obat-obat psikofarmaka harus lebih diutamakan di samping adanya risiko. “Sebagai contoh tentang antidepresan. Kita punya banyak anti depresan yang aman sebenarnya.”

 

Hanya saja ketersediaan obat aman tersebut belum tentu ada di semua fasilitas kesehatan. Terutama fasilitas kesehatan primer. Di sisi lain konsumsi obat saja tetapi tanpa dukungan faktor lainnya akan sulit. Seperti faktor lingkungan, sosial, maupun gizi. Karena gizi sangat dibutuhkan ibu hamil untuk membawa obat itu ke seluruh tubuh. “Sekali lagi ini bukan cuma terkait dengan obat semata,” kata  Hervita.

 

Editor: Irsyan Hasyim

 

 

Bagikan:
Tags: depresilayanan kesehatanperempuanstress

Discussion about this post

https://www.youtube.com/watch?v=ZF-vfVos47A
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

© 2024 Prohealth.id | Sajian Informasi yang Bergizi dan Peduli.

No Result
View All Result
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Profil
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Opini
  • Infografis

© 2024 Prohealth.id | Sajian Informasi yang Bergizi dan Peduli.