Jakarta, Prohealth .id- Tanggal 10 Mei diperingati sebagai Hari Lupus Sedunia (World Lupus Day). Peringatan ini telah diadakan sejak 14 tahun yang lalu. Peringatan diadakan dengan tujuan tidak hanya untuk mengingatkan bahaya dari penyakit lupus. Melainkan juga untuk mengedukasi para penyandang lupus yang biasa disebut odapus (orang dengan lupus) dan masyarakat awam supaya mereka lebih peduli (aware) terhadap salah satu penyakit kronis yang menyerang kekebalan tubuh penyandangnya.
Dalam rangka ini, pada Sabtu 11 Mei 2024, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM Divisi Alergi Imunologi Klinik menyelenggarakan webinar melalui Zoom mengenai penyakit lupus. Acara dengan narasumber tunggal dr. Anshari Saifuddin Siregar, SpPD, K-AI yang bertema Yuk Kenali Lupus Lebih Dalam berupa pemaparan materi dan sharing dari para penyintas lupus serta tanya jawab mengenai penyakit ini.
Lupus Sebagai Salah Satu Penyakit Autoimun
Dalam webinar tersebut, dokter Anshari membuka materi dengan pemaparan tentang penyakit autoimun. “Penyakit yang menyerang atau menghalangi benda asing yang masuk ke dalam tubuh kita ataupun mikroorganisme yang masuk ke tubuh kita, kuman-kuman, virus, bakteri tersebut malah sistem imun kita menyerang organ-orgam dalam tubuh kita sendiri. Jadi (penyakit autoimun) dia mengenali ya sekalian salah mengenali dan salah satunya lupus,” kata Anshari.
Sebenarnya penyakit autoimun, lanjut Anshari, banyak sekali. Lebih dari 100 tipe penyakit atau penyakit autoimun yang diketahui. Selain itu juga berbeda-beda manifestasinya. Ia memaparkan ada penyakit autoimun yang menyerang otak, ada penyakit autoimun yang menyerang kelenjar tiroid, otot, kulit, paru-paru, saluran pencernaan, darah. Misalnya multiple sclerosis. Ada juga yang menyerang kelenjar tiroid atau tiroiditis.
Lupus merupakan salah satu penyakit autoimun yang bisa menyerang berbagai macam organ yang ada. Bukan hanya menyerang sendi dan kulit. Lupus bersama 4 penyakit autoimun lainnya (Sjogreens Syndrome, Rheumatoid Arthritis, dll) termasuk dalam 5 penyakit autoimun yang tersering diderita.
Mengenali Gejala Lupus
Untuk menegakkan diagnosis lupus maka kita perlu mengenali gejala-gejalanya. Apa saja gejala dari penyakit lupus? Dikatakan oleh dr Anshari, mungkin sebagian dari kita (penyandang lupus) pernah mengalaminya. Seperti persendian terasa sakit, sariawan yang berulang tidak sembuh-sembuh, ruam kemerahan di pipi, demam berulang, rambut rontok yang parah, lelah dan lemas, kulit sensitif matahari. Kalau buang air kecil ada protein dan busa kecil-kecil.
“Kalau bapak atau ibu mengalami 4 gejala di atas dan sifatnya kronik, berulang. Bapak atau ibu bisa curiga itu lupus dan perlu pemeriksaan lebih kanjut,” kata dokter alumni FKUI ini.
Selain gejala, perlu juga mengenali faktor risiko penyebab lupus. Yang pertama adalah faktor genetik. Dokter Anshari lalu mencontohkan dengan penyakit diabetes. “Jadi bapak ibu sekalian, lupus itu mirip diabetes. Ini juga bisa diturunkan. Kalau ibu bapaknya atau mungkin kakek nenek di atas yaitu pernah ada (pernah lupus) maka anak keturunannya juga ada risiko terkena penyakit autoimun,” katanya.
Namun, sambungnya, penyakit autoimun ini tidak serta merta pasti muncul. “Ya jadi harus ada pencetusnya walaupun mungkin dia ada faktor keturunan,” infonya. Ya pokoknya harus ada yang mencetuskannya. Apa saja yang mencetuskannya? Yakni faktor gaya hidup yang tidak sehat. ‘Lingkungan ini misalnya adalah polusi,” kata dia mencontohkan.
Kemudian dia mencontohkan di Jakarta polusinya luar biasa dari asap mobil dan sebagiannya. “Pencemaran kimiawi di pabrik ataupun dari bahan yang sehari-hari kita pakai.” katanya.
Gaya hidup tidak sehat seperti makan fast food, kurang olahraga, berat badan berlebih (obesitas), sering memakan makanan Ultra Processeed Food (UPF) atau makanan dalam kemasan kaleng atau yang mengandung bahan-bahan pengawet. “Nah gaya hidup tidak sehat itu akhirnya dapat mencetuskan seseorang yang ada kerentanan autoimun di dalam tubuhnya itu menjadi bermanifesti bergejala ya. Oke jadi (autoimunnya) yang harusnya tidak bangun,” ucapnya.
Meskipun telah bergejala, tetap orang yang mengalami harus mendapat diagnosis dari dokter. Tidak boleh mendiagnosis sendiri. Dokter akan melakukan anamnesis wawancara. “Jadi dokter akan mewawancarai bapak ibu secara lengkap ya, kemudian akan dilakukan pemeriksaan secara lengkap, kemudian akan dilakukan pemeriksaan penunjang yang menegakkan penyakit autoimun lupus ini secara pasti ya,” jelasnya.
Pencegahan Lupus
Bagaimana cara pencegahan untuk lupus ini? Ditekankan olehnya tentu kita harus menjalani gaya hidup sehat, misalnya menjaga berat badan, makan makanan sehat, seimbang olahraga teratur, istirahat yang cukup. Mediterranean diet merupakan pola makan yang disarankan untuk penyandang lupus dimana lebih memfokuskan pada menu yang kaya biji-bijian, buah, sayuran, daging putih berupa ayam dan seafood.
Bagaimana pengobatannya jika sudah meminum obat dan menerapkan gaya hidup sehat, apakah penyakit lupus ini akan sembuh? Jawabnya bukan ya dan tidak. “Penyakit lupus itu adalah penyakit kronis sehingga target pengobatannya adalah remisi atau terkontrol. Bukan hilang atau sembuh,” infonya. Lantas ia menjelaskan lebih lanjut bahwa lupusnya akan tetap menetap di dalam tubuh penyandangnya tapi dia bisa dikontrol. “Lupus itu tidak akan hilang dalam tubuh kita tapi dia bisa dibuat remisi atau terkontrol,” kata dokter Anshari.
Dia akhir pemaparannya dia mengatakan bahwa orang yang hidup dengan lupus, bisa hidup layaknya orang normal. Mereka juga bisa hamil dengan catatan, kondisi lupusnya telah remisi minimal 6 bulan. Prinsipnya terkontrol tadi. “Nanti kontrolnya dengan apa? Bisa dengan obat ataupun dengan gaya hidup,” katanya. Ia berpesan terpenting rajin minum obat dan ia berpesan supaya tidak lepas obat atau mengurangi dosis sendiri.
Editor: Irsyan Hasyim
Discussion about this post