Upaya melindungi biodiversitas punya banyak tujuan. Misalnya, membantu menjaga keseimbangan alam, mendukung kesehatan manusia, dan memastikan keberlanjutan ekonomi dan sosial di masa depan.
Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna mengungkap pentingnya pemahaman stakeholders mengenai strategi dan rencana aksi dalam pengelolaan biodiversitas Indonesia.
“Tujuan lainnya adalah untuk meningkatkan kesadaran semua pihak agar dapat turut serta dalam upaya pelestarian. Terutama spesies yang terancam punah,” ungkapnya dalam seminar dan pelatihan bertajuk Peran Multipihak dalam Pelestarian Biodiversitas Indonesia, Selasa (14/5/2024) lalu.
Dalam jurnal Biological Review pada awal 2022, saat ini dunia mengalami kepunahan massal keenam akibat ulah manusia.
“Ancaman ini semakin nyata dengan meningkatnya tingkat kepunahan spesies secara drastis,” kata dia.
Tingkat kepunahan spesies, kata Dolly meningkat secara drastis, sebuah ancaman yang semakin nyata. Ia menyatakan, para peneliti mengandalkan data dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) yang mencatat spesies yang terancam punah.
“Mereka lebih memperhatikan spesies vertebrata karena ketersediaan data yang lebih melimpah,” bebernya.
Dolly menyebut, dari sekitar 5.400 generasi dan 34.600 spesies, peneliti menyimpulkan bahwa dalam 500 tahun terakhir, sekitar 73 generasi telah mengalami kepunahan, mayoritas di antaranya terjadi dalam dua abad terakhir.
“Estimasi menyebutkan bahwa kepunahan semacam itu seharusnya membutuhkan waktu ribuan tahun, bukan ratusan tahun seperti yang terjadi saat ini,” jelasnya.
Kepunahan massal spesies ini, kata Dolly disebabkan oleh sejumlah faktor, termasuk perusakan habitat, perubahan iklim, eksploitasi berlebihan, polusi, dan invasi spesies.
“Saat ini, lebih dari 44.000 spesies terancam punah, mencakup 28 persen dari total 157.100 spesies yang terdaftar dalam daftar merah konservasi global,” ujar dia.
Dolly mengungkap, pemerintah Indonesia, sejak tahun 2023, telah mengambil langkah untuk mengatasi masalah ini. Melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas, mereka sedang menyusun Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP) pasca COP15 CBD.
Dokumen ini dirancang untuk menyelaraskan upaya pengelolaan keanekaragaman hayati nasional dengan target global.
“IBSAP diharapkan dapat menjadi panduan bagi pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya dalam menjaga keanekaragaman hayati secara berkelanjutan menuju Indonesia Emas 2045,” jelas Dolly.
Pada kesempatan yang sama, Ketua I-SER FMIPA Universitas Indonesia, Prof. Jatna Supriatna, Ph.D, menyoroti pentingnya kolaborasi tri-sektor dari akademisi, pemerintah, dan sektor privat dalam pelestarian biodiversitas.
“Upaya-upaya ini termasuk pengembangan ekowisata untuk mengamati spesies kharismatik dan penelitian yang lebih mendalam tentang pemanfaatan hayati Indonesia,” ujarnya.
Dosen Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University dan Co-Chair IUCN Indonesia Species Specialist Group (IdSSG), Prof. Dr. Mirza D. Kusrini juga menjelaskan bahwa IdSSG bertujuan untuk mengkoordinasikan para ahli di seluruh Indonesia dalam mendukung upaya pelestarian.
“IdSSG juga fokus pada pengembangan kebijakan berdasarkan bukti ilmiah,” ucapnya.
Seminar nasional secara daring berlokasi di Auditorium Lantai 3 Gedung Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan di Bogor. Sementara daring melalui aplikasi Zoom dan live streaming YouTube Belantara Foundation. Acara ini dalam rangka Belantara Learning Series Eps.10
Sejumlah pihak yang mendukung adalah; PT. Sharp Electronics Indonesia dan Taman Impian Jaya Ancol. Ikut juga berkolaborasi dengan IUCN Indonesia Species Specialist Group (IdSSG) dan KupuKita. Kegiatan pun melibatkan enam universitas sebagai kolaborator yang menyelenggarakan “nonton dan diskusi bareng” BLS Eps.10 bagi mahasiswa dan dosen di masing-masing universitas.
Enam universitas tersebut adalah Universitas Pakuan, Universitas Riau, Universitas Andalas, Universitas Syiah Kuala, Universitas Tanjungpura, dan Universitas Nusa Bangsa. Kali ini ini, Belantara Foundation bersinergi dengan Prodi Manajemen Lingkungan Sekolah Pascasarjana. Kolaborasi juga dengan Prodi Biologi Fakultas MIPA, dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Pakuan. Lebih dari 1.220 peserta berpartisipasi aktif dalam kegiatan hibrida tersebut.
BLS Eps.10 secara khusus bertujuan mendukung World Species Congress dari IUCN program Reverse The Red pada 15 Mei 2024 secara virtual. Lalu Hari Keanekaragaman Hayati Internasional 2024 setiap 22 Mei.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post