Jakarta, Prohealth.id – Vaksin berfungsi dengan memasukkan antigen bakteri atau virus yang dilemahkan atau dinonaktifkan sehingga memicu respons imun di tubuh manusia.
Namun sampai saat ini ada sejumlah faktor penolakan atas vaksinasi. Terutama vaksinasi untuk COVID-19. Adanya hoaks mengenai COVID-19 menjadi salah satu faktor penolakan vaksinasi.
Seperti yang tertuang dalam “Factors in Rejecting Covid-19 Vaccine in Indonesia: A Systematic Review” di Jurnal Promkes Volume 12 Nomor S 11 Tahun 2024. Dari situs Universitas Airlangga mengutip jurnal tersebut yang menyatakan bahwa “alasan masyarakat enggan untuk melakukan vaksinasi COVID-19 karena adanya hoaks yang beredar”.
Hoaks dan konspirasi misalnya COVID-19 adalah penyakit yang sengaja ada untuk memaksa orang melakukan vaksinasi demi kepentingan tertentu. Lalu ada teori konspirasi bahwa media terlalu melebih-lebihkan bahaya COVID-19, dan menduga pemerintah menggunakan pandemi COVID-19 sebagai salah satu bentuk kekuasaan, dan lainnya.
Situasi ini mengakibatkan masyarakat menjadi cemas dan enggan untuk melakukan vaksinasi. Sebagai akibatnya, hoaks tersebut menjadi lebih berbahaya daripada COVID-19 itu sendiri. Padahal vaksinasi ini menjadi solusi. Sayangnya, hoaks malah menghambat kelancaran vaksinasi.
Persepsi Masyarakat
Faktanya memang masih adanya keterbatasan pemahaman masyarakat terhadap vaksinasi COVID-19 yang sebagian besar berakar pada skeptisisme masyarakat terhadap keamanan dan kemanjurannya.
Fenomena ini mungkin akibat kurangnya kesadaran responden terhadap kerentanan mereka sehingga tidak melakukan vaksinasi. Di samping keengganan individu yang menganggap dirinya sensitif atau rentan terhadap COVID-19 untuk menjalani vaksinasi karena kurangnya pengetahuan tentang potensi risiko terkait dengan penyakit tersebut.
Rendahnya kerentanan terhadap penularan COVID-19 akibat kurangnya pemahaman mengenai virus tersebut meskipun penularan COVID-19 berlangsung sangat cepat.
Keraguan Atas Vaksin
Ketidakpastian dan kekhawatiran lazim terjadi saat menghadapi pengalaman baru. Temuan penelitian tersebut menunjukkan bahwa enam penelitian telah mengidentifikasi beberapa elemen yang menimbulkan keraguan dan kekhawatiran terkait efektivitas, potensi efek samping, keamanan, dan standar halal vaksin COVID-19.
Kehalalan vaksin ini menjadi tantangan di tengah masyarakat Muslim Indonesia yang mensyaratkan pemakaian produk harus teruji dan bersertifikat halal.
Di sisi lain pengaruh orang terdekat turut berkontribusi. Keraguan terus disebarluaskan orang terdekat hingga menjadi sebuah komunitas dan aksi penolakan vaksinasi. Kurangnya edukasi terkait vaksinasi COVID-19 ini menjadi salah satu faktor pendorong penolakan vaksinasi berantai melalui orang terdekat. Akibatnya, langkah preventif penyebaran COVID-19 banyak mendapatkan tantangan dalam realisasinya.
Keseluruhan hal tersebut merupakan poin penting dalam penolakan vaksinasi oleh masyarakat akibat dukungan keluarga dan orang terdekat. Ini sejalan dengan implementasi Teori Tindakan Beralasan yang mendorong subjektivitas seseorang. Sehingga, determinan kehendak bertindak seseorang berdasarkan kepercayaan dia yang bersumber dari persetujuan dan pengalaman individu lainnya.
Terkait hal tersebut maka harapannya pemerintah bisa memberikan edukasi dan sosialisasi mengenai vaksinasi COVID-19 kepada masyarakat. Saran ini agar masyarakat dapat memahami pentingnya vaksinasi dan agar tidak terpengaruh oleh informasi yang tidak benar mengenai vaksinasi COVID-19.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post