Baru dua pekan lalu, tepatnya 21 November 2024, Muhammad Fuad Baradja berbicara dengan berapi-api soal pentingnya larangan rokok di sebuah diskusi di Jakarta. Siapa yang menyangka, hari ini, Jumat (6/12), justru kabar duka datang darinya.
Fuad Bardja, aktivis sekaligus Pengurus Komnas Pengendalian Tembakau (PT) Muhammad Fuad Baradja meninggal dunia pukul 14.00 WIB di Bekasi, Jawa Barat.
Selama hidupnya, Fuad melakukan lompatan yang cukup ekstrem, dari perokok berat menjadi penentang keras tembakau bernikotin. Bahkan dia konsisten menjadi pengkampanye anti rokok hingga menjelang akhir hayatnya.
Fuad mulai mengkampanyekan anti nikotin saat ia naik daun sebagai aktor dalam sinetron Jin dan Jun sekitar tahun 1997.
Campaigner Komnas PT Sarah Muthiah Widad mengatakan titik balik Fuad dari pencinta menjadi pembenci rokok adalah saat ia harus berkali-kali ke rumah sakit.
“Beliau batuk-batuk tidak berhenti lebih dari satu bulan. Beliau ke dokter, tapi enggak ditanya sakitnya apa. Akhirnya beberapa kali dia ke rumah sakit, ditanya oleh dokternya, ‘merokok ya?’,” ungkap Sarah.
Cerita itu dia dapatkan langsung dari Fuad dan hasil membaca buku-buku karyanya. Ada tiga buku soal rokok yang ditulis Fuad, yaitu ‘LOVE YOUR LIFE: Lebih Memahami Perilaku Rokok’, ‘TWO THUMBS UP!’ dan ‘Hari Gini Masih Ngerokok…Apa kata Dunia?’
Sejak saat itu, Fuad konsisten bicara soal bahaya merokok. Meskipun sibuk syuting, kata Sarah, Fuad masih menyempatkan diri untuk mengedukasi anti rokok ke sekolah-sekolah, terutama SD.
“Kenapa SD? karena beliau itu mengamati angka perokok anak-anak banyak di SMP. Nah, dia ingin preventif agar anak-anak tidak merokok harus disosialisasikan sejak SD,” ujar Sarah.
Fuad sangat menaruh perhatian khusus terkait bahaya rokok, terutama untuk anak-anak. Saat itu teknologi belum semaju sekarang, tapi Fuad mau bersusah payah mencari informasi terkait itu.
“Beliau bertanya-tanya ‘kenapa ya banyak anak Indonesia yang merokok’,” ujar Sarah.
“Akhirnya beliau itu nemuin koran ada lembaga yang fokus untuk isu pengendalian konsumsi rokok. Terus beliau benar benar cari kontaknya,” lanjutnya.
Berbekal informasi dari koran, Fuad mencari lembaga yang fokus mengkampanyekan anti rokok. Ada satu yang menarik perhatiannya, Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok (LM-3).
Satu per satu buku nomor telepon disapunya. Sampai akhirnya dia menemukan kontak lembaga swadaya masyarakat itu.
“Kalau dulu kan ada buku-buku nomor telepon. Dia cari, dapet,” kata Sarah.
Fuad banyak ingin tahu. Obrolan Fuad dengan orang-orang di LM-3 semakin intens hingga akhirnya ia bergabung dengan lembaga tersebut.
“Dia ingin tau sebesar apa sih permasalahan rokok itu. Beliau ngobrol sama pegiat pengendalian tembakau. lalu beliau join,” tuturnya.
Setelah bergabung di LM-3, Fuad melanjutkan aktivisme nya dia Komnas PT.
Terapis Taubat Rokok
Fuad tak sekadar menjadi pengkampanye anti tokok. Dia juga membantu banyak orang lewat konsultasi dan terapis ‘taubat rokok’.
Dia membuka klinik terapi berhenti merokok NEW LIFE. (SEFT). Sudah banyak orang berdatangan datang ke sana demi bisa berhenti mengonsumsi zat adiktif itu.
Dia juga sering ‘kelayaban’ ke berbagai daerah untuk praktik terapis. “Bahkan dia pernah ketemu sama nelayan-nelayan yang mau berhenti merokok,” ungkap Sarah.
Fuad menggunakan metode terapi emotional freedom technique. Metode tersebut pertama kali muncul di Amerika. Dengan menerapkan metode ini, Fuad mendapat kepercayaan dari Kementerian Kesehatan untuk membantu program Upaya Berhenti Merokok (UBM).
Sepanjang mengenal Fuad, Sarah melihat pria itu selalu memanfaatkan momen apapun untuk menyampaikan peringatan terkait rokok.
“Beliau itu masyaAllah ya kalau ada agenda di manapun, beliau selalu ngomong. Beliau itu bener-bener concern banget sama bahaya rokok buat anak,” ucapnya.
Tak mengherankan jika Fuad Baradja mendapat penghargaan dari Kementerian Kesehatan pada Hari Tanpa Tembakau Se-Dunia 2000 atas dedikasinya terhadap kampanye anti nikotin. Dia juga mendapat penghargaan dari Badan Keshatan Dunia (WHO) di Hari Tanpa Tembakau Se-Dunia pada 2021.
Siapa yang berani tak sepakat jika Fuad mendapatkan penghargaan tersebut?
Penulis: Ningsih
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post