Depok, Prohealth.id – Mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Dini Kurniawati, bersama tim dari Thinkwell, LLC/USAID Health Financing Activity merekomendasikan kebijakan terkait “Potensi Penghematan Biaya Skrining Calon Pengantin (catin) terhadap Penurunan Penyakit”.
Upaya skrining ini bermanfaat untuk mencegah penularan penyakit pada pasangan pengantin maupun janin.
Dini menyatakan di Indonesia, skrining pada catin baru ada di DKI Jakarta sejak 2017. Oleh karena itu, jika Kementerian Kesehatan ingin mengimplementasikan skrining catin ke seluruh Indonesia, perlu formula perhitungan pada kebutuhan anggaran pemerintah.
“Selain itu juga bagaimana potensi penghematannya jika kebijakan ini diimplementasikan,” kata Dini melalui siaran pers, Sabtu (4/1/2024).
Formula penghitungan oleh Dini bersama tim melalui proyeksi jumlah pengantin dalam lima tahun ke depan. Lalu menghitung biaya satuan dari tiap komponen pemeriksaan serta angka inflasi. Adapun paket manfaat skrining terdiri atas tiga skenario.
Pertama, Paket Minimal, meliputi pemeriksaan fisik dan jiwa, biaya admisi, serta hemoglobin. Paket Moderat mencakup Paket Minimal dengan tambah pemeriksaan HIV, sifilis, hepatitis B, TBC, diabetes mellitus, dan hipertensi. Sementara, Paket Komprehensif meliputi Paket Moderat dengan pemeriksaan cenarioia. Formulasi tersebut dengan ataupun tanpa memperhitungkan kepesertaan JKN catin.
Menurut Dini, pembahasan tentang pembiayaan penting, meski belum banyak catin yang melakukannya. Untuk itu, mereka melakukan perhitungan dari target catin dikali dengan biaya satuan pemeriksaan.
Pada tahun 2025 dalam setahun, pada asumsi 1 total angka kebutuhan sekitar 44–256 miliar dan pada asumsi 2 sekitar 26–238 miliar. Setelah perhitungan tersebut, cek perbandingan dengan beban anggaran dalam satu tahun dari beberapa penyakit yang telah teridentifikasi sebelumnya. Hasilnya ternyata jauh lebih rendah daripada beban anggaran sebelumnya.
Menurut Dini, hal ini bisa terlaksana sesuai asumsi atau skenario dari Kemenkes. Dalam jangka panjang, ia berharap ini dapat menghasilkan penghematan pada dana jaminan sosial.
“Selain itu pemerintah tetap memantau pemanfaatannya dari pelaksanaan skrining. Serta melihat dampaknya terhadap penurunan di semua penyakit hingga bagaimana penghematan biayanya,” ujar Dini.
Berkat rekomendasi kebijakan tersebut, Dini selaku mahasiswa S2 Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, menjuarai kompetisi “Rekomendasi Kebijakan Kesehatan (SiBijaKs) Award 2024”.
SiBijaKs Awards 2024 merupakan kompetensi penulisan rekomendasi kebijakan kesehatan. Penyelenggaranya adalah; Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kementerian Kesehatan RI, dengan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 sebagai sumber data utama. Bentuk rekomendasi berupa risalah kebijakan (policy brief) yang fokus pada isu kebijakan tertentu serta menawarkan alternatif solusi.
Ia dan tim juga melakukan presentasi di depan para eselon 1 di Kemenkes untuk melakukan tindak lanjut terkait rekomendasi kebijakan bersama Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat dan Direktorat Usia Produktif dan Lanjut Usia yang merupakan penanggung jawab pelaksanaan skrining. Dini berharap, hal ini bermanfaat bagi Kemenkes dalam pengambilan kebijakan berdasarkan evidence based yang ada.
Dengan adanya kebijakan ini, Dini berharap ada penurunan prevalensi penyakit menular dan tidak menular, serta prevalensi penyakit akibat keturunan. Selain itu, kebijakan ini juga harapannya dapat mendukung keberhasilan kehamilan dan berkontribusi pada generasi yang sehat. Serta penurunan pada angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
Atas prestasi Dini bersama tim, Dekan FKM UI, Prof. dr. Mondastri Korib Sudaryo, MS. DSc. memberikan apresiasi. Ia menilai, sebagai akademisi kesehatan masyarakat, salah satu tugasnya adalah menyumbangkan buah pikir dan gagasan yang bernas untuk memperbaiki dan menyelesaikan permasalahan kesehatan di negeri kita tercinta.
“Sejak berdirinya di tahun 1965, FKM UI, telah menyediakan “kepala dan punggungnya” untuk turut memikul dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan kesehatan di Indonesia.”
Sebagai mahasiswa S2 IKM, bagian dari keluarga besar FKM UI, Dini Kurniawati, bersama tim dari Thinkwell, LLC/USAID telah berperan nyata melalui kajian, formulasi dan rekomendasi kebijakan kesehatan yang relevan, konkrit dan berdampak yang menuai penghargaan yang sangat membanggakan.
Prof. Mondastri berharap, rekomendasi-rekomendasi kebijakan kesehatan yang relevan, konkrit dan berdampak akan terus lahir secara berkesinambungan oleh sivitas akademika dan alumni FKM UI.
“Secara khusus dan tentunya UI secara keseluruhan, untuk Indonesia yang sehat sejahtera,” ujar Prof. Mondastri.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post