Surabaya, Prohealth.id – Gigitan hewan dapat terjadi kapan pun dan dimana pun. Baik saat berada di rumah, lingkungan sekitar, maupun ketika traveling.
TTidak hanya dari hewan liar saja, gigitan bisa berasal dari hewan peliharaan yang tidak sepenuhnya jinak. Ini tak terkecuali seperti hewan; kucing, anjing, hamster, otter, dan hewan terdomestikasi lain. Tak mengenal artis, pawang, ataupun orang biasa. Pasien yang membiarkan gigitan tanpa penanganan berpotensi terinfeksi seperti potensi rabies, tetanus, sepsis, hingga komplikasi.
Dosen Kedokteran FIKKIA, dr. Kurnia Alisaputri, SpPD, mengatakan risiko manusia mengalami gigitan hewan semakin meningkat. Interaksi yang semakin intens dengan berbagai jenis hewan sekitar memerlukan kehati-hatian. Baik itu sekitar rumah maupun saat melakukan traveling.
Ia menyebut, jangan sampai Anda mengabaikan luka itu hanya sekedar tergigit hewan tertentu. Sebab, tidak seorang pun mengetahui keberadaan agen zoonosis dari kejadian itu. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui langkah penanganan yang tepat guna mencegah infeksi dan komplikasi serius.
“Kita tidak tahu jenis kuman yang hidup pada hewan penggigit. Khawatirnya terdapat infeksi zoonosis yang tertransmisi pada korban gigitan,” katanya melalui siaran pers, Kamis (6/3/2025).
Langkah pertama setelah gigitan hewan adalah segera mencuci luka dengan air mengalir. Bila memungkinkan tambahkan sabun saat proses irigasi. Pembersihan bertujuan untuk menghilangkan kuman yang terbawa air liur hewan maupun lokasi luka terbuka yang menyebabkan infeksi. Berikan antiseptik non korosif pada luka seperti iodine agar membunuh kuman.
“Selama pembersihan pasien dapat membuka area luka tusuk bekas gigitan sambil melakukan irigasi. Hal tersebut agar agen patogen dapat ikut keluar dari area luka,” jelas sang Dokter Spesialis Penyakit Dalam RSUD Blambangan Banyuwangi itu.
Ia menyarankan, segeralah pergi ke pelayanan kesehatan terdekat setelah proses pembersihan luka secara mandiri. Bila mengalami luka robek yang luas tutuplah luka dengan kain bersih agar menghindari kontaminasi sekunder selama perjalanan.
Golden time penanganan luka akibat gigitan hewan adalah tiga jam. Hasil riset menunjukkan hampir 100 persen penanganan luka dalam rentang waktu tersebut dapat menghambat infeksi. Terkhusus gigitan ular, waktu penanganan harus segera mungkin dilakukan pasca tergigit.
Dalam rentang waktu tersebut, dokter akan mengevaluasi kondisi luka dan menentukan kebutuhan vaksin antidot bisa, anti rabies, atau suntikan imunoglobulin rabies. Terutama jika gigitan berasal dari hewan yang berisiko menularkan rabies.
Ia mengatakan, injeksi anti rabies dapat diberikan selama dua kali pada hari ke 0 dan 3 bila pasien telah mendapatkan vaksinasi rabies sebelumnya.
“Sedangkan jika belum, pasien akan mendapatkan injeksi pada hari ke 0, 3, 7, 14, dan hari ke 28 khusus pasien immunosuppressant,” katanya.
Dalam menghindari kemungkinan tersebut, dr. Kurnia menghimbau agar pemilik hewan dapat memastikan injeksi vaksin rabies. Terutama, pada hewan peliharaannya dan orang-orang yang berprofesi dengan risiko tinggi terpapar penyakit zoonosis seperti virus rabies.
Hindari hewan berisiko tinggi dan preventif dengan vaksin jika mengunjungi kawasan endemik rabies saat melakukan traveling. Perjalanan aman dan sehat akan membuat liburan semakin menyenangkan.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post