Jakarta, Prohealth.id – Selama Ramadan, minuman manis sering menjadi pilihan utama berbuka puasa karena konon mampu mengembalikan energi dengan cepat.
Namun, konsumsi gula dalam minuman manis secara berlebihan tanpa kontrol dapat berdampak negatif bagi kesehatan.
Berdasarkan pengamatan Profesor Ilmu Gizi Pangan IPB University, Prof. Budi Setiawan, pada bulan Ramadan khususnya saat berbuka puasa, ada kecenderungan untuk mengonsumsi makanan atau minuman manis.
“Selain sebagai sumber energi, kecenderungan mengonsumsi makanan atau minuman manis saat berbuka bertujuan untuk segera mengembalikan kadar gula darah yang menurun selama berpuasa,” ungkapnya melalui siaran pers, Senin (17/3/2025).
Lanjutnya, makanan dan minuman manis juga memberikan rasa puas dan bahagia. Ini karena adanya peningkatan produksi hormon serotonin akibat asupan karbohidrat dan gula.
Prof. Budi menuturkan, gula termasuk bahan yang konsumsinya harus dibatasi karena berada di puncak piramida gizi seimbang. Menurut peraturan tentang konsumsi gula, garam, dan lemak (GGL), batas harian gula adalah 50 gram atau setara dengan 4 sendok makan.
“Konsumsi apapun kalau berlebihan tentu saja tidak baik, makanya pedomannya adalah gizi seimbang,” tegas dia.
Menurut Prof Budi, mengonsumsi minuman manis saat berbuka dan sahur secara berlebihan pastinya tidak bisa memenuhi gizi seimbang. Di samping itu, akan ada kecenderungan perut terasa penuh sehingga mengurangi ruang untuk makanan sehat seperti sayur, buah, dan sumber protein yang dibutuhkan tubuh.
Tambah Prof Budi, konsumsi gula berlebih akan meningkatkan risiko karies atau kerusakan gigi. Tingginya konsumsi gula juga bisa berakibat asupan energi jadi berlebih sehingga bisa menaikkan berat badan.
Ia mengingatkan, untuk penderita Diabetes Mellitus (DM), kadar gulanya harus dalam kadar terjaga. Konsumsi gula berlebih dalam tubuh pada gilirannya dapat meningkatkan kadar trigliserida dalam darah yang berisiko bagi penderita penyakit jantung.
“Bisa juga terjadi gangguan pencernaan akibat meningkatnya asam lambung,” jelasnya.
Sebagai alternatif, Prof Budi menawarkan beberapa alternatif pengganti minuman manis yang lebih menyehatkan. Antara lain air kelapa muda dan jus buah atau sayur.
“Yang harus lebih mendapat perhatian, jus buah atau sayur bisa jadi tidak sehat kalau ada tambahan gula yang juga berlebihan,” tambahnya.
Selain itu, ia juga menyarankan buah manis yang lebih sehat, seperti kurma, baik kurma segar (ruthob) maupun kurma kering.
“Akan tetapi, tentu saja tidak boleh berlebihan, cukup satu atau tiga butir saja,” imbuh Prof Budi.
Asal tahu saja, Prof. Dr. Ir. Budi Setiawan, MS, adalah akademisi dan pakar di bidang gizi masyarakat. Ia punya pengalaman panjang di dunia pendidikan dan organisasi profesi. Prof. Budi menyelesaikan pendidikan di IPB dan meraih gelar Ph.D. dalam Human Nutrition dari University of Nebraska, Lincoln, USA.
Saat ini, Prof. Budi merupakan dosen di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (Fema) IPB. Ia pun sedang menjabat sebagai Kepala Pusat Kajian Gender dan Anak. Selain itu, ia memiliki pengalaman sebagai Ketua Program Studi, Ketua Departemen, serta Auditor Internal IPB. Dalam bidang organisasi, Prof. Budi aktif sebagai Ketua Umum AIPGI (2025-2030). Ia juga pernah menjabat sebagai Sekretaris Umum AIPGI (2014-2024). Saat ini, Prof. Budi masih terlibat dalam berbagai peran strategis di PERSAGI, Pergizi Pangan, dan LAMPT-Kes.
Keahliannya dalam gizi dan ketahanan pangan tercermin dari kontribusinya dalam akreditasi pendidikan serta penilaian mutu akademik di berbagai institusi di Indonesia.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post