Jakarta, Prohealth.id – Berobat ke luar negeri saat ini sudah menjadi salah satu ikhtiar sebagian masyarakat Indonesia untuk sehat. Kemudahan dan kenyamanan serta pelayanan medis yang profesional dan humanis menjadi daya tarik pasien asal Indonesia untuk datang berobat.
Salah satu pilihan populer berobat ke luar negeri adalah Penang, Malaysia, yang sudah terkenal sebagai wisata medis. Veronika (35 tahun) warga Bintaro, Tangerang Selatan, menceritakan pengalaman ke Penang menemani ayahnya menjalani pengobatan kanker di salah satu rumah sakit.
Veronika mengaku puas dengan diagnosis dokter terhadap ayahnya. Ia pun mengapresiasi metode pengobatan serta pelayanan administrasi yang ramah dan sangat membantu. Walaupun ayahnya wafat saat menjalani perawatan, tetapi Veronika merasakan pengalaman yang berkesan dan tidak kecewa harus merogoh kocek dalam-dalam demi biaya pengobatan dan transportasi yang tidak sedikit.
Veronika bercerita, layanan kesehatan tidak hanya terhadap pasien, tetapi juga keluarga pasien yang menemani. Saat menemani ayah yang dirawat inap, ia pun dapat istirahat dengan cukup di hotel yang dikelola pihak rumah sakit.
“Sebab keluarga pasien diberikan prioritas untuk menginap di hotel dan harganya pun terjangkau. Karena letak hotel yang dekat dengan rumah sakit maka saya bisa bolak-balik memantau kondisi ayah sehingga saya tidak perlu khawatir berlebihan,” jelas Veronika kepada Prohealth.id, Selasa (8/4/2025).
Memang awalnya ayah mengalami diare hebat lalu diberikan obat saat berobat di salah satu rumah sakit. Selang beberapa lama, kondisi kesehatan ayahnya makin menurun.
“Sudah periksa ke berbagai dokter dan rumah sakit, periksa laboratorium ini dan itu tetapi hasilnya tidak memuaskan. Justru kondisi kesehatan ayah saya semakin menurun,” kenang Veronika saat ditemui di Jakarta untuk menceritakan pengalaman berobat di Penang.
Atas anjuran kerabat dan kawan, Veronika beserta keluarga membawa ayah berobat di salah satu rumah sakit di Penang. Penanganan dokter yang dirasakan berbeda. Diagnosisnya pun dirasakan lebih tepat.
“Dari hasil pemeriksaan itu, diketahui bahwa ayah saya mengalami kanker yang dipicu konsumsi obat yang berlebihan,” ujarnya.
Tak hanya itu, dokter yang mengobati juga sangat friendly dan sangat terbuka untuk berdiskusi dengan keluarga pasien. Hal ini yang tidak dirasakan Veronika saat menemani ayahnya berobat rumah sakit di Jakarta.
Sejak saat itu, Veronika kerap menyarankan kepada keluarga maupun koleganya di Jakarta untuk berobat di Penang ketika mengalami gangguan kesehatan yang serius. Bahkan meskipun hanya medical check up, mengingat hasilnya yang memuaskan dan standar pelayanan yang memudahkan.
Kualitas layanan kesehatan
Peneliti Komunikasi Pariwisata Universitas Padjadjaran, Trie Damayanti mengungkapkan penyebab daya tarik pasien asal Indonesia berobat ke Penang dipicu layanan medis yang berkualitas. Selain itu juga ketersediaan dokter spesialis untuk semua jenis penyakit dan adanya peralatan kesehatan yang canggih untuk menangani pasien yang berkunjung ke rumah sakit mereka. Apalagi, terdapat strategi promosi pariwisata kesehatan yang insentif dilakukan pemerintah Malaysia.
Perpaduan tersebut mendorong minat orang Indonesia untuk datang berobat ke Malaysia khususnya Penang meningkat. Terlebih lagi, di Indonesia masih kekurangan dokter spesialis. Terutama untuk wilayah Sumatera sehingga banyak warga negara Indonesia yang mencari dokter spesialis ke negara tetangga. Kondisi makin parah karena belum banyak rumah sakit yang memiliki alat kesehatan yang canggih untuk dapat mendiagnosis pasien.
Trie Damayanti membuat penelitian terhadap 96 orang responden di Pulau Sumatera dan Jawa untuk mengungkapkan alasan dan motivasi warga Indonesia berobat di Malaysia. Penelitian ini menemukan bahwa kemampuan dokter spesialis Malaysia untuk menyampaikan informasi kepada pasien secara akurat menjadi faktor pendorong berobatnya warga Indonesia ke Malaysia. Hal ini makin kuat dengan kemampuan pengelola rumah sakit di Malaysia dalam memberikan pelayanan kesehatan yang profesional dan administrasi yang ringkas.
“Profesionalisme ditunjukkan dengan berbagai layanan yang tidak hanya mencakup layanan kesehatan, tetapi juga hal-hal lain seperti keramahtamahan dan kemudahan akses informasi yang diinginkan. Kondisi tersebut membuat layanan kesehatan di Malaysia memiliki kredibilitas yang tinggi di mata orang Indonesia,” tegas Trie.
Temuan ini sudah dipublikasikan dalam Jurnal Kajian Komunikasi Volume 9, Nomor 2, Tahun 2021. Selain Trie, terdapat tiga orang peneliti lain yang terlibat yaitu Susane Dida dan Dadang Rahmat Hidayat dari Universitas Padjadjaran, serta Sung Kyum Cho dari Chungnam National University, Daejeon, Korea Selatan.
Trie mengungkapkan bahwa temuan lain dalam penelitian tersebut adalah Malaysia sangat serius mengembangkan wisata medis dengan membentuk Malaysia Healthcare Travel Council (MHTC) yang berfungsi sebagai regulator dalam pembuatan peraturan dan kebijakan pemerintah termasuk strategi promosi wisata medis ke negara-negara target wisatawan.
MHTC bahkan menetapkan beberapa standar yang harus diikuti oleh rumah sakit di Malaysia yang menjadi anggota MHTC. Data tahun 2019, jumlah rumah sakit yang berada di bawah naungan MHTC mencapai 73 rumah sakit dari lebih 200 rumah sakit yang ada di Malaysia.
MHTC juga menetapkan standar kualifikasi rumah sakit yang meliputi: kompetensi dokter, pelayanan sampai dengan harga atau biaya yang ditawarkan kepada pasien asing. Bagi peneliti, ungkap Trie, pemberian standar kualifikasi ini merupakan dimensi normatif yang kemudian ditafsirkan oleh pasien atau keluarga pasien dari Indonesia untuk membangun citra positif terhadap wisata medis. Hal ini juga membuat Malaysia memiliki integritas yang tinggi dalam mengembangkan wisata medis.
Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Mohammad Adib Khumaidi mengakui banyak orang Indonesia yang berobat ke Malaysia. Setelah diidentifikasi, faktor penyebabnya berkaitan dengan akses kepada fasilitas kesehatan dan rumah sakit yang ditopang dengan transportasi.
Adib mencontohkan murahnya tiket pesawat ke Malaysia sehingga warga Aceh dan Medan lebih suka terbang ke Penang, Malaysia, untuk berobat karena lebih murah tiketnya daripada harus ke Jakarta. Faktor lainnya, ada kebijakan negara yang mendukung wisata medis. Pemerintah Malaysia sudah lebih dari 10 mengembangkan wisata medis dan langsung di bawah kendali Kementerian Keuangan Malaysia. Dengan demikian, ada kebijakan bebas pajak mulai dari penggunaan alat kesehatan hingga tarif pelayanan rumah sakit serta dukungan pemerintah Malaysia mempromosikan rumah sakit unggulannya.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post