Jakarta, Prohealth.id – Pernah merasa dilema untuk melepas kucing ke alam liar? Satu sisi, merasa tidak lagi memungkinkan untuk merawat, tapi di sisi lain, hati nurani menyimpan rasa bersalah untuk melepasnya.
Bertepatan dengan International Cat Day atau Hari Kucing Sedunia setiap 8 Agustus, praktik melepaskan kucing peliharaan ke alam liar ternyata bukan solusi yang tepat.
Akademisi IPB University, drh. Tetty Barunawati Siagian menyebut tindakan tersebut dapat menimbulkan berbagai dampak negatif jangka Panjang. Baik bagi hewan, manusia, maupun lingkungan.
Dalam wawancara tertulis ke redaksi IPB Today (6/8/2025), drh. Tetty menegaskan bahwa melepasliarkan kucing tanpa steril dan pengawasan, malah dapat menyebabkan ledakan populasi.
“Over populasi kucing berpotensi menimbulkan krisis kesejahteraan hewan. Ini karena keterbatasan makanan, tempat tinggal, dan perhatian. Akibatnya, kucing menjadi kelaparan, kurus, dan sakit,” ujar dosen Program Studi Paramedik Veteriner, Sekolah Vokasi IPB University ini. Ia juga mengungkapkan bahwa kucing peliharaan yang dilepasliarkan dapat memicu konflik sosial. Kucing-kucing ini sering kali masuk ke rumah warga, buang kotoran sembarangan, dan menimbulkan suara bising saat musim kawin.

Hal ini berpotensi mengganggu kenyamanan masyarakat dan memicu tindakan kekerasan terhadap hewan. Dampak lain yang menjadi perhatian adalah peningkatan risiko penyakit zoonosis.
“Kucing liar bisa menjadi sumber pencemaran karena buang air sembarangan dan berpotensi menularkan penyakit ke manusia,” jelasnya.
Tetty juga menyoroti pencemaran lingkungan akibat polusi bau serta gangguan terhadap satwa liar. Kucing yang hidup bebas berpotensi memangsa burung, reptil, dan serangga yang penting bagi keseimbangan ekosistem.
Selain itu, meningkatnya jumlah kucing liar menimbulkan beban finansial bagi pemerintah dan komunitas pencinta hewan. Salah satunya akibat peningkatan biaya publik dan shelter. Untuk itu, emerintah dan komunitas harus mengeluarkan banyak dana untuk penanganan populasi kucing liar tersebut. Namun, ini tetap tidak akan selesai apabila sumber masalahnya tidak selesai.
“Selain itu, shelter hewan dan relawan kewalahan menangani rescue dan sterilisasi kucing,” tambahnya.
Menurutnya, tindakan melepasliarkan kucing bukan bentuk kebebasan, melainkan awal dari siklus penderitaan baru. Ia menegaskan jika pemilik tidak bertanggung jawab, mereka bukan membebaskan hewan peliharaannya, tetapi menciptakan masalah baru. Masalah ini menjadi kondiisi yang justru tak berkesudahan dalam jangka panjang.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post