Jakarta, Prohealth.id – Dilansir dari laporan A Global Tobacco Industry Watchdog (2021), perusahaan rokok secara signifikan mengendalikan desain produk dan rantai pasokan yang bertanggung-jawab atas kerusakan biota laut dan penggundulan hutan.
Laporan tersebut menyebutkan substansi racun lingkungan merembes dari puntung rokok selama proses dekomposisi yang memakan waktu puluhan tahun1,2 yang merusak biota laut.
Selanjutnya adalah kerusakan ekosistem. Laporan itu menyebut budidaya tembakau berkontribusi sebesar 5 persen terhadap kerusakan hutan global. Kondisi ini diperparah karena tidak memungkinkan peremajaan tanah atau perbaikan komponen ekosistem pertanian lainnya. Tak hanya itu, laporan ini juga memerinci bahwa penggundulan hutan global ini bahkan bisa sampai dengan 30 persen apalagi di negara penanam tembakau.
“Ada kerusakan 200.000 hektar biomassa kayu setiap tahun,” seperti yang dikutip Prohealth.id, Selasa (3/8/2021).
Selain pembakaran dan penggundulan hutan, akibat penanaman tembakau para petani akan menyalakan api dari kayu bakar, yang diambil dari hutan tetangga, untuk “mengasapi” daun tembakau. Hal ini mengakibatkan erosi tanah dan habisnya sumberdaya kayu.
Ada pula temuan terkait penebangan pohon, termasuk pohon karet dan pohon asli, yang menyebabkan penggundulan hutan sekaligus pengalihan aliran air setempat, dari perenial atau sepanjang tahun secara alami, menjadi musiman, sehingga mengakibatkan kelangkaan air.
“Produksi korek api untuk menyalakan rokok juga menghancurkan pohon,” terangnya.
POLUSI AIR DAN UDARA BAGI KESEHATAN
Penggunaan agrokimia menyebabkan keracunan dan polusi air, HAL INI dibuktikan dengan ditemukannya residu agrokimia di badan air yang berdekatan dengan komunitas perkebunan tembakau, yang menyebabkan dampak kerugian amat parah terhadap sistem hidrologi dan endapan di lahan basah, wilayah riparian alias wilayah daratan yang mengelilingi aliran air, dan tebing-tebing curam.
Dampak lain akibat penanaman tembakau adalah karena tembakau termasuk salah satu dari 10 tanaman budi daya yang paling banyak membutuhkan pupuk. Salah satu dari sekian banyak pestisida yang digunakan adalah Chloropicrin, yang merupakan bahan beracun yang merusak paru-paru dan berbahaya untuk ikan serta organisme lain.
Laporan ini juga menyatakan, pemakaian plastik dan bahan kimia dalam filter rokok sangat berpengaruh buruk terhadap biota laut dan kesehatan air, diperparah dengan fakta bahwa puntung rokok adalah benda yang paling banyak dibuang di seluruh muka bumi.
Limbah bahan kimia seperti arsenik, timbal, dan etil fenol merembes dari puntung rokok ke badan air akhirnya merusak biota air dan kualitas air minum. Sementara itu, pemantik rokok yang biasanya bersifat sekali pakai, membutuhkan plastik, logam dan gas butan.
“Rokok elektrik dan perlengkapannya menggunakan baterai dan bahan lain yang berbahaya dan tidak terbio-degradasi,” tulisnya.
Laporan ini juga menyoroti desain rokok anti padam yang rentan mengakibatkan kebakaran. Hal ini dikarenakan rokok adalah penyebab utama kebakaran tak disengaja, termasuk kebakaran hutan. Pasalnya sekitar 8 sampai 10 persen kebakaran di US disebabkan oleh rokok.
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post