TIMESINDONESIA, SEMARANG – Sampah puntung rokok merupakan barang berbahaya yang tidak hanya mengakibatkan berbagai masalah kesehatan, tetapi juga permasalahan lingkungan. Dalam beberapa tahun terakhir, muncul inisiatif untuk mengolah puntung rokok menjadi barang yang lebih ramah lingkungan, namun pengerjaannya dinilai sulit dan mahal. Karena berbagai persoalan terkait konsumsi rokok, desakan agar konsumen berhenti merokok semakin besar.
Sepintas, tidak ada yang aneh dengan asbak yang tergeletak di atas meja di ruang workshop Parongpong, sebuah perusahaan pengolah limbah di Bandung, Jawa Barat. Bentuknya bulat seperti asbak pada umumnya, dan teksturnya keras seperti terbuat dari olahan tanah dan semen. Namun asbak itu sebenarnya terbuat dari ratusan batang puntung rokok yang diolah sedemikian rupa sehingga menjadi produk bernilai guna seperti itu.
“Dari puntung rokok hingga menjadi asbak itu melalui proses yang panjang,” kata Founder Parongpong, Rendy Aditya Wachid, dalam sebuah wawancara pada pertengahan Juli. “Tidak mudah dan murah mengolah sampah puntung rokok menjadi barang jadi.”
Proses pertama adalah mengumpulkan sebanyak-banyaknya sampah puntung rokok.
“Kami tidak menerima sampah langsung dari customer,” kata Rendy. Hal ini untuk menghindari persepsi masyarakat bahwa upaya yang dilakukan Parompong adalah solusi instan terkait persoalan sampah puntung akibat tingginya konsumsi rokok. “Untuk memecahkan persoalan sampah puntung rokok, sebaiknya orang ya tetap harus berhenti merokok,” katanya.
Selengkapnya karya fellowship dapat dibaca melalui: Parongpong dan Puntung Rokok
Sumber: TIMES INDONESIA
Penulis: Dhani Setiawan
Discussion about this post