Industri rokok elektronik mengembangkan bisnisnya sambil menggandeng figur publik. Belum lama ini, grup musik Slank ikut berjualan cairan perasa aroma rokok elektronik alias liquid vape.
Produk ini bisnis lanjutan setelah Slank berjualan kopi. Slank terpincut untuk kolaborasi, karena nama besar perusahaan rokok elektronik yang mengajak bermitra. “Kalau kerja bareng maunya sama yang jagoannya,” kata vokalis Slank, Kaka saat peluncuran produk tersebut yang dibarengi konser virtual, Kamis, 9 September 2021 lalu.
Slank pun ikut membuat desain produk, logo, kemasan. “Bisnis liquid ini, Slank terjun karena bisa menjadi merchandise item (barang dagangan),” kata Ivanka, pemain bas Slank. Dia berharap kelak bisnis liquid vape ini makin membesar. “Nanti ini bisa jadi bahan bisnis teman-teman (Slankers),” ujarnya.
Uniknya, seluruh personel Slank sudah lama berhenti merokok tembakau. Pemberitaan mengenai itu sudah banyak di media massa, salah satunya di Kompas.com. Berita itu berjudul Kini Personel Slank Bebas Asap Rokok yang tayang pada 10 Maret 2017.
Penabuh drum Slank, Bimbim, pernah menyuarakan kampanye anti-rokok, sebagaimana diberitakan oleh Liputan6.com. Berita itu berjudul Bimbim Dukung Anak Kampanye Perangi Rokok yang terbit pada 18 Maret 2015. Bimbim ikut membantu kegiatan anaknya berkampanye memerangi rokok. Demi mendukung anaknya, Bimbim memakai pun membeli baju kaus bertuliskan #antismoking Smoking Kills. Desain baju itu buatan anaknya.
Pengajar ilmu komunikasi Universitas Indonesia, Nina Mutmainnah memandang, bukan hal mengejutkan ketika figur publik ikut bermitra dengan industri rokok elektronik. “Memang itu strategi komunikasi untuk masuk dalam gaya hidup,” katanya, kepada Prohealth.id.
Nina menjelaskan, industri rokok elektronik sebenarnya menerapkan teknik pemasaran lama. Tapi, ucap dia, cara promosi diubah untuk mengikuti tren kekinian. Siasat itu juga sambil membenturkan konteks yang bertentangan. “Contohnya, Slank itu kan sudah meninggalkan (kebiasaan) merokok (tembakau),” ujarnya.
Konteks itu dibuat untuk mengesankan rokok elektronik tak memiliki efek nikotin yang sama dengan tembakau. “Orang kan tahu gaya hidup Slank sekarang tanpa rokok tembakau,” katanya.
Nina mengatakan, strategi yang dipakai oleh industri rokok elektronik itu cenderung membuat bias pemahaman. “Sebab, rokok elektronik ini sering dikatakan untuk berhenti merokok yang konvensional (tembakau),” ujarnya.
PEMASARAN MELALUI IDOLA
Sosok idola pun dipakai untuk memopulerkan produk rokok elektronik. Figur bukan lagi sebagai model. Tapi dikemas menjadi paket inti untuk pemasaran. “Dibuat (untuk menjadi) branding (merek), endorser (penyokong), influencer (pemengaruh). Intinya makin variatif strateginya terintegrasi,” ucap Nina.
Nina juga mengamati, tokoh populer pebisnis makin digandrungi remaja. “Tokoh wiraswasta muda mulai muncul,” katanya. Pesohor inilah yang dekat dengan gaya hidup anak-anak muda.
Jika menelusuri pemberitaan, memang ada pebisnis muda kondang yang belakangan ikut berjualan liquid vape, yakni Gilang Widya Pramana. Dia juga dikenal sebagai Juragan 99 dengan bisnisnya di bidang transportasi darat dan perawatan kulit (skincare). Berita Liputan6.com memberitakan peluncuran bisnis baru Juragan 99 itu, berjudul Gilang Widya Pramana Luncurkan Liquid Vape Terbaru dengan Cita Rasa Unik, tayang pada 19 Juli 2021.
Oleh sebab itu, Nina menganggap penting pemerintah segera merevisi Peraturan Pemerintah 109 Tahun 2012. Aturan itu tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan. Jika peraturan itu direvisi, maka akan memperkecil ruang gerak promosi rokok apa pun di ruang digital. “Peraturan sekarang kan ruang digital masih bebas banget,” ujarnya.
PANDANGAN ANAK MUDA DAN KEKOSONGAN ATURAN
Menurut Beladenta Amalia, peneliti doktoral dari Tobacco Control Unit, Bellvitge Biomedical Research Catalan Institute of Oncology University de Barcelona, Spanyol, merebaknya produk rokok elektronik di pasaran adalah tanda kurangnya pemahaman publik terhadap jenis dan efek dari produk tembakau elektronik.
Dia menerangkan rokok elektronik yang menggunakan liquid maupun non liquid semuanya mengandung nikotin, sekecil apapun label persentasenya. Padahal, nikotin jelas adalah kandungan zat adiktif. Beladenta mengambil contoh, produk ICOS meski memberi klaim tembakau dipanaskan, produk ini tetap punya kandungan nikotin dan campuran bahan kimia lain yang berdampak pada kesehatan tubuh.
“Rokok elektrik ini ada bahan metal yang tercampur juga nanti pada asapnya, akan mempengaruhi kesehatan paru-paru,” jelas Beladenta dalam IG Live Komnas Pengendalian Tembakau beberapa waktu yang lalu.
Dengan kandungan nikotin yang memberi efek kecanduan, akhirnya, para perokok elektronik ini akhirnya bisa beralih ke rokok konvensional. Apalagi, rokok konvensional di Indonesia harganya masih sangat murah dan sangat terjangkau uang jajan anak dan remaja. Pada akhirnya, dia berkesimpulan bahwa rokok elektronik hanyalah pintu masuk menambah calon perokok muda di Indonesia.
“Pelaku rokok elektronik dan rokok konvensional ini sama dengan target pasar mereka anak muda. Jadi tidak ada bukti sampai saat ini bahwaa rokok elektronik itu menurunkan prevalensi perokok konvensional,” tutur Beladenta.
Dia menjelaskan pengaturan rokok elektronik di luar Indonesia sangat variatif, meski demikian jauh lebih ketat dari Indonesia. Saat ini di Indonesia aturannya hanya terikat pajak pada cairannya. Sementara di Singapura, Thailand, dan India, bahkan melarang iklan rokok elektronik. Mereka juga banyak punya aturan, melarang penjualan anak di bawah 18 tahun, atau hanya dijual terbatas di ritel khusus produk tembakau dengan izin khusus.
“Di Eropa pun termasuk Spanyol di bawah Uni Eropa ada aturan bersama, setiap negara harus patuh tentang tembakau dan salah satunya soal rokok elektronik. Salah satunya adalah komponen apa saja diizinkan dalam produk tersebut,” jelas Beladenta.
Hal ini juga terkonfirmasi dalam data Global Tobacco Index 2020, Indonesia duduk pada peringkat ke 82 dari 100 negara di dunia dalam intervensi industri terhadap kebijakan pengendalian tembakau. Indonesia mendapat rapor merah duduk pada peringkat dua terburuk di dunia, karena dinilai menjadi negara yang lemah akibat industri rokok yang sangat mudah mengatur dan ikur campur dalam regulasi pengendalian rokok.
Selain dampak kesehatan, Rahyang Nusantara selaku Koordinator Nasional Gerakan Diet Kantong Plastik menambahkan ada banyak efek rokok elektronik terhadap lingkungan hidup. Sebagai aktivis lingkungan hidup, dia tak menampik bahwa generasi muda terutama aktivis lingkungan hidup banyak yang merokok baik dengan rokok konvensional ataupun rokok elektronik.
Hal ini menambah rentetan catatan bahwa jalan yang ditempuh untuk mengendalikan rokok elektronik masih panjang. Apalagi, keterlibatan public figure di Indonesia sebagai contoh dan teladan anak muda, juga ikut mempopulerkan produk candu tersebut.
Penulis: Bram Setiawan
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post