Jakarta, Prohealth.id – Gerakan Pulih Kembali menjadi sarana dan solusi berdonasi untuk para perokok yang ingin berhenti merokok maupun bagi non perokok yang ingin membantu penangana Covid-19.
Gerakan ini diinisiasi oleh para pemuda yang mewakili tiga organisasi peduli pengendalian tembakau, yakni Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI), Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS-UI), dan Komite Nasional Pengendalian Tembakau (Komnas PT). Berbagai konten kreatif dan penjelasan mengenai gerakan “pulih kembali” juga tersedia pada https://www.pulihkembali.org.
Iman Mahaputra Zein, perwakilan dari CISDI menerangkan, sudah setahun lebih Covid-19 dan di Indonesia sempat mengalami kondisi yang sangat parah. Buktinya, pada Juli 2021 lalu masyarakat khususnya di wilayah Jawa mengalami krisis tabung oksigen untuk membantu pengobatan pasien Covid19 yang parah.
Belum lepas dari ingatan pula, Imam menegaskan bahwa Indonesia juga masih berkutat dengan berbagai permasalahan kesehatan lain yaitu epidemi rokok. Jumlah perokok dewasa di Indonesia masih sangat tinggi yakni 62,9 persen, sementara perokok anak usia 10-18 tahun juga terus meningkat dari 7,2 persen di 2013 menjadi 9,1 persen pada 2018 mengacu dari Riskesdas, 2018.
Para pakar kesehatan pun mengingatkan bahwa kebiasaan merokok berisiko meningkatkan keparahan kesakitan karena Covid-19, belum lagi kebiasaan merokok yang dianggap normal di Indonesia menyebabkan penyakit-penyakit ‘katastropik’ yang menjadi komorbid Covid-19. Dapat dikatakan, tingginya konsumsi tembakau di Indonesia berkontribusi dalam memperparah situasi Covid-19 di Indonesia saat ini.
Untuk itu, Imam menegaskan bahwa upaya menekan konsumsi rokok saat ini dapat menjadi bagian dari upaya pengurangan risiko kesakitan dan fatalitas penyakit Covid-19 yang virusnya mungkin masih terus bermutasi dengan berbagai varian di masa depan. Selain itu, mengurangi konsumsi rokok juga akan berdampak positif pada pengeluaran rumah tangga, yang dapat dialokasikan untuk hal lain yang lebih bermanfaat, termasuk membantu mereka yang sedang berjuang di tengah keterpurukan ekonomi akibat pandemi COVID-19.
“Untuk itu, CISDI, PKJS-UI, dan Komnas PT menginisiasikan sebuah gerakan yang bertajuk “Pulih Kembali: Sisihkan Uang yang Kamu Bakar untuk Mereka yang Sedang Berjuang,” tegasnya.
Iman pun menyampaikan pulih kembali adalah sebuah gerakan akar rumput (grassroot) yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan kerugian yang ditimbulkan oleh konsumsi produk tembakau di masa pandemi Covid-19.
“Kami ingin mengajak masyarakat untuk mendonasikan uang yang biasa digunakan untuk membeli rokok agar dapat lebih bermanfaat jika dialokasikan untuk hal lain yang lebih berguna. Jika diibaratkan, satu orang sehari merokok dengan harga Rp30.000 per bungkus, dan ada 100 orang yang berhenti merokok dalam sehari, jika ditotal hanya bisa membantu satu orang membeli tabung oksigen seharga Rp3 juta yang dapat bertahan hanya selama satu jam,” terangnya.
Perwakilan dari Komnas Pengendalian Tembakau, Manik Marganamahendra pun menambahkan soal kekhawatiran terhadap konsumsi rokok masyarakat saat ini. Tingginya risiko terkena Covid-19 akibat merokok dan dampaknya terhadap ekonomi rumah tangga tidak membuat para perokok mengurangi konsumsinya.
Hasil penelitian Komnas PT menunjukkan sebanyak 49,8 persen responden yang merokok mengaku memiliki pengeluaran tetap untuk membeli rokok selama pandemi Covid-19. Selanjutnya 13,1 persen responden perokok bahkan mengaku pengeluaran untuk membeli rokok meningkat.
“Mayoritas dari mereka, yaitu 77,14 persen, merupakan responden dengan penghasilan kurang dari Rp5 juta. Sebanyak 9,8 persen berpenghasilan di bawah Rp2 juta dan 17,8 persen berpenghasilan Rp2 juta hingga Rp5 juta,” jelas Manik.
Manik menilai kondisi ini sangat dipengaruhi oleh harga rokok yang murah dan terjangkau. Ditambah rokok masih dapat dibeli secara batangan/ketengan.
Renny Nurhasana, salah satu peneliti dari PKJS-UI menyatakan bahwa gerakan “Pulih Kembali” ini mengajak mereka untuk mengalokasikan uang
rokok untuk hal yang lebih bermanfaat. Dia menyebut, jikalau saat ini mereka bisa mengalokasikan uang rokok untuk hal yang lebih baik, apalagi nanti ketika harga rokok tidak terjangkau.
“Untuk itu, kenaikan cukai hasil tembakau (CHT) yang dibarengi penyederhanaan struktur tarif CHT adalah salah satu alat pengendali yang efektif untuk mengurangi konsumsi rokok. Selain itu, masyarakat dapat menggunakan uangnya untuk hal yang lebih berguna”, tambah Dr. Renny.
Saat ini sudah ada tiga influencer muda juga turut mendukung gerakan “Pulih Kembali” dan menyampaikan keresahannya mengenai harga rokok yang masih mudah dijangkau, di antaranya Rinaldi Nur Ibrahim, Felicia Putri Tjiasaka, dan Andhika Sudarman.
Rinaldi selaku CEO Youth Ranger Indonesia menyampaikan bahwa salah satu penyebab masyarakat bisa merokok adalah harga yang murah. Rinaldi menyetujui bahwa jika cukai rokok dinaikkan, maka dapat menurunkan konsumsi rokok.
Hal ini diperkuat dengan pernyataan Felicia Putri selaku Founder Ternak Uang, jika pengeluaran untuk rokok satu tahun sebesar Rp4,5 juta dan merokok sudah dari usia 17 tahun, kalau dia sampai umur 30 tahun merokok, jika uang rokoknya diinvestasikan, dipastikan sudah bisa beli rumah subsidi.
Andhika Sudarman sebagai Founder & CEO Sejutacita pun sepakat bahwa harga rokok di Indonesia sangat murah dibandingkan dengan negara lain. Rokok menjadi sesuatu yang buruk, namun dibungkus dengan keren, ditambah dijual dimana-mana sehingga dapat dengan mudah diakses.
Ketiga influencer muda, Rinaldi, Felicia, dan Andhika sangat mendukung harga rokok dinaikkan sehingga mengurangi keterjangkauan masyarakat dalam membeli rokok.
Gerakan ini pun didukung oleh organisasi-organisasi pemuda yang juga turut berdonasi, di antaranya; Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISMKMI), Aksi Kebaikan, Pemuda Penggerak Solo, TenD for youth, Tata Muda, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, North Sumatera Youth Tobacco Control Movement, 9CM, Smoke Free Agents (SFA), Ikatan Lembaga Mahasiswa Kebidanan Indonesia (IKAMABI), Forum Indonesia Muda Regional Bogor (FIM Bogor), dan Forum Anak Banjarmasin. Sebagai perwakilan anak muda, mereka mengajak untuk saat ini baik perokok dan non-perokok harus satu suara dan saling mengalokasikan uangnya. Selain itu, organisasi pemuda juga mendorong agar pemerintah dapat membuat kebijakan pengendalian konsumsi rokok yang lebih kuat.
Donasi ini juga diikuti oleh Ibu PKK di RW 6, Kelurahan Sewu, Jebres, dan TP PKK Kecamatan Jebres, Solo. Para ibu ini menyampaikan bahwa jika suami berhenti merokok, uang rokoknya dapat menjadi uang tambahan dapur mereka, bahkan bisa mengalokasikan pada donasi ini untuk mereka yang terdampak akibat Covid-19.
Penulis: Jekson Simanjuntak
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post