Jakarta, Prohealth.id – Kanker payudara masih menjadi momok terbesar bagi perempuan di seluruh dunia.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hingga akhir 2020 diperkirakan terdapat 7,8 juta perempuan hidup didiagnosis menderita kanker payudara dalam 5 tahun terakhir. Hal ini menunjukkan kanker payudara merupakan kanker paling banyak diderita di dunia.
WHO juga mencatat pada 2020, terdapat 2,3 juta perempuan yang terdiagnosis kanker payudara dan terjadi 685.000 kematian secara global. Kondisi itu, melahirkan komitmen global terkini untuk mengurangi angka kematian akibat kanker payudara global sebesar 2,5 persen per tahun hingga 2040 dan meningkatkan survival rate para penderita kanker payudara.
Menurut dr. Farida Briani Sobri, SpB(K)Onk, spesialis bedah onkologi dalam paparannya tentang “Mitos dan Fakta tentang Biopsi dan Operasi Kanker Payudara”, berdasarkan data WHO ada 65.858 perempuan Indonesia terdiagnosis kanker payudara pada tahun 2020, sementara kematian perempuan di Indonesia akibat kanker payudara mencapai 22.430. Dia mengutip berdasarkan analisis data di RS Sardjito tahun 2017 sebanyak 70,9 persen, pasien kanker payudara berada pada stadium lanjut. Angka kesintasan 5-tahun kanker payudara dari analisis yang sama
adalah 51,07 persen. Dari data yang sama, risiko kematian pasien kanker payudara kelompok stadium dini 84 persen lebih kecil dibandingkan kelompok stadium lanjut.
“Meski berbagai inisiatif telah dilakukan untuk mengedukasi masyarakat, namun masih banyak kami temui pasien yang belum memahami pentingnya melakukan pemeriksaan sesegera mungkin terhadap kecurigaan kanker payudara,” katanya.
Umumnya karena kurang pemahaman maka pasien cenderung takut untuk melakukan biopsi. Padahal biopsi tidak membuat sifat keganasan kanker
berubah dan menyebabkan kanker menyebar. Biopsi justru sangat penting dilakukan untuk memperoleh diagnosis yang jelas.
“Dengan hasil biopsi yang lengkap, misalnya dengan biopsi jarum inti (core biopsy), memungkinkan dokter bersama-sama dengan pasien membuat rencana pengobatan yang tepat untuk pasien sebelum terapi dilakukan,” jelasnya.
Oleh karena itu, untuk penanganan kanker payudara, tidak benar jika terdapat benjolan harus langsung dioperasi. Justru harus ditegakkan dulu diagnosis patologinya. Cara yang disepakati dalam konsensus internasional adalah tindakan dengan invasi minimal namun berakurasi tinggi, yaitu core biopsy dengan panduan USG. Metode ini dapat digunakan pada sekitar 90 persen kasus yang dicurigai keganasan payudara.
“Dengan mengetahui diagnosis pasti sebelum memulai terapi, maka hasil akan lebih baik. Di lain pihak, tindakan langsung mengoperasi pasien tanpa tahu diagnosis patologi sebelumnya, dapat berakibat pada penanganan yang kurang tepat atau operasi yang harus diulang,” tuturnya.
Pengobatan bagi setiap kanker payudara sangat bervariasi tergantung pada karakteristik kanker dan kebutuhan pasien, dan bisa sangat efektif hingga mencapai probabilitas harapan hidup hingga 90 persen atau lebih tinggi ketika penyakit ini diidentifikasi lebih awal. Pengobatan utama kanker
payudara yang ditemukan dalam stadium dini alias stadium awal adalah pembedahan atau operasi.
Menurut dr. Farida, banyak pasien yang datang pada dokter dengan kekhawatiran payudaranya akan diambil seluruhnya. Dia menegaskan, yang perlu diketahui pasien pengobatan untuk kanker payudara terus berkembang, menawarkan pilihan yang lebih banyak kepada pasien dan hasil yang lebih baik.
“Mendapatkan tumor di payudara tidak berarti harus mengangkat payudara seluruhnya,” tuturnya.
Operasi kanker payudara terdiri dari mastektomi yaitu pengangkatan keseluruhan payudara, atau lumpektomi disebut juga breast conserving surgery yaitu pengangkatan sebagian payudara dan/atau jaringan di sekitar payudara. Banyak kasus kanker payudara dapat diobati dengan terapi sistemik neoadjuvan sebelum operasi, kemudian operasi dilakukan dengan mengangkat tumor itu sendiri dan beberapa jaringan di sekitarnya.
“Hal ini bisa menjadi salah satu pilihan pengobatan bagi pasien di stadium dini yang memenuhi kriterianya dari hasil diagnosis,” tambah dr. Farida.
Selain operasi, terdapat berbagai metode pengobatan kanker payudara lainnya, yaitu radiasi dan terapi sistemik. Dia menjelaskan, terapi sistemik merupakan obat yang bekerja dan menyebar di dalam tubuh untuk mengobati sel kanker. Terapi sistemik dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil pengobatan, baik sebelum operasi atau disebut juga neoadjuvan, dan setelah operasi atau disebut adjuvan.
Sementara itu, Lestari Moerdijat, selaku Wakil Ketua MPR Republik Indonesia yang merupakan seorang penyintas kanker payudara menambahkan, mengingat angka kasus baru maupun kematian akibat kanker payudara setiap tahunnya semakin meningkat, oleh karena itu penanggulangan kanker payudara adalah tantangan yang harus dihadapi bersama oleh semua pihak dan diatasi secara berkesinambungan.
“Harus mulai dari upaya promotif, preventif, kuratif, supportif dan paliatif sesuai penatalaksanaan kanker payudara,” tegasnya.
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post