Jakarta, Prohealth.id – Remaja perempuan di dunia masih menghadapi sejumlah kecemasan yang menimbulkan potensi masalah kesehatan mental hingga masalah kesehatan fisik.
Pada tanggal 10 Oktober 2021, dunia memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia, sementara pada hari berikutnya, 11 Oktober 2021 dunia juga merayakan Hari Anak Perempuan Sedunia. Dalam dua momentum tersebut, ada korelasi penting terkait upaya mendorong anak perempuan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kehidupan mereka.
Pasalnya, dengan tantangan akibat pandemi dan kesenjangan digital yang menghadirkan dampak bagi perempuan dan anak perempuan di seluruh dunia. Berdasarkan penelitian terbaru oleh Kotex, salah satu merek dari Kimberly-Clark, menemukan fakta saat ini remaja perempuan di Asia Pasifik tumbuh dengan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, yakni tantangan klasik pubertas yang saat ini terus ditekankan dengan latar belakang masalah tentang perubahan iklim hingga, cyber-bullying, dan harapan masyarakat yang tidak realistis.
Sebagian besar remaja perempuan percaya bahwa keterbatasan sosial membatasi kesempatan yang mereka miliki, tetapi sekitar tiga perempatnya melihat sesama wanita sebagai sekutu. Di seluruh Asia Pasifik, dimana stigma dan stereotip tentang menstruasi masih tersebar luas, perubahan sangat dibutuhkan. Bersamaan dengan Hari Anak Perempuan Sedunia 2021 penting melibatkan komunitas perempuan di seluruh Asia Pasifik dalam kampanye mendukung suara remaja perempuan, melawan stigma menstruasi di masyarakat, dan membangun masa depan melalui pendidikan.
Menurut Beatrix Wijaya, Senior Marketing Manager Kotex Indonesia, Kotex mendorong para remaja perempuan untuk berani menjalani masa remaja mereka dengan caranya sendiri, dan tumbuh dengan lebih banyak ekspresi ‘bisa’ dan sedikit ‘harus’. Dia percaya bahwa masa remaja yang tidak dibatasi adalah masa yang penuh dengan kemungkinan dan gambaran dunia yang lebih bersahabat dimana mereka dapat menjalani setiap petualangan, melihat sebuah kesalahan bukan sebagai kegagalan, tetapi sebagai kemajuan dalam perjalanan pertumbuhan mereka.
“Hal ini sejalan dengan tujuan Kotex untuk menghilangkan hambatan para remaja perempuan untuk maju, baik dari stigma menstruasi ataupun faktor sosial lainnya,” pungkas Beatrix.
Oleh karena itu, dia mendorong dalam semangat Hari Anak Perempuan Internasional, kampanye Kotex bertajuk #GirlUnrestricted berniat mendorong para remaja perempuan untuk merayakan keunikan dan kekurangan mereka, serta mengajak mereka untuk memandang masa remaja sebagai perjalanan yang penuh dengan berbagai kemungkinan, bukan sebagai perjalanan dengan tujuan tanpa pilihan.
Dia menegaskan dari gaya hidup pribadi dan individualitas hingga gaya hidup aktif, tujuan Kotex adalah menginspirasi kepercayaan diri dalam setiap aspek feminitas, menawarkan produk yang tepat untuk memenuhi kebutuhan dan nilai remaja perempuan yang terus berubah.
Oleh karena itu untuk memulai kampanye, video #GirlUnrestricted akan diluncurkan di seluruh Asia Pasifik untuk mendorong para remaja perempuan merangkul keunikan dan pengalaman masa remaja mereka dengan cara mereka sendiri. Berbagai aktivitas seperti pelibatan figur publik, organisasi non pemerintah berbasis remaja perempuan dan peningkatan program jangkuan sekolah yang sedang berlangsung, akan melanjutkan percakapan untuk melawan stigma dan mitos seputar menstruasi.
Rangkaian kegiatan ini merupakan bagian dari program pendidikan kesehatan dan kebersihan menstruasi yang telah didukung oleh Kotex di Asia Pasifik selama 50 tahun. Pada tahun 2020, berbagai program yang telah dilakukan telah menjangkau 1,8 juta orang di Asia Pasifik, termasuk pemuda, orang tua, pendidik, dan tokoh masyarakat. Kotex berencana untuk secara signifikan mempercepat upaya ini dalam beberapa tahun ke depan.
Febrina Herlambang, Head of Communications Kimberly-Clark Softex Indonesia menambahkan, sangat antusias untuk meluncurkan kampanye Kotex #GirlUnrestricted sebagai bentuk perayaan Hari Anak Perempuan Internasional. Setiap remaja perempuan mengalami perubahan di masa pertumbuhan mereka, dan saat menghadapi menstruasi, kami percaya mereka akan memahami apapun yang terjadi dalam perjalanan hidupnya.
“Kami melihat peran kami bukan sebagai pihak yang menyediakan semua jawaban, melainkan sebagai merek yang mereka sukai, kami hadir untuk menciptakan lebih banyak peluang bagi para remaja perempuan agar mereka semakin terdengar, didukung, dan saling merayakan satu sama lain,” ungkap Febrina.
Cara ini diyakini bisa menghilangkan stigma, meningkatkan berbagai akses, serta memperbaiki kualitas edukasi, kesehatan, dan kebugaran secara menyeluruh bagi para wanita dan remaja perempuan.
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post