Jakarta, Prohealth.id – Dokter dan relawan di Yayasan Alam Sehat Lestari (ASRI) dr. Alvi Muldani mengatakan asupan makanan tidak berimbang ditambah kurangnya aktivitas tubuh akibat pembatasan mobilitas selama pandemi Covid-19 dapat berdampak buruk bagi kesehatan.
Jika kalori lebih besar setelah mengkonsumsi nasi berlebih, namun tidak diiringi aktivitas fisik yang cukup, hal itu berpotensi memunculkan penyakit diabetes.
Dari segi nutrisi, nasi putih merupakan sumber karbohidrat yang juga mengandung zat gizi mikro dan protein. Namun, ketika asupannya berlebih akan meningkatkan risiko penyakit seperti obesitas dan resistensi insulin atau diabetes.
“Mengkonsumsi nasi berlebih bisa berkontribusi pada risiko diabetes. Selain itu, faktor lain yang juga berkontribusi pada diabetes seperti gaya hidup sedentari dan kegemukan,” kata dr. Alvi pada sesi webinar “Menjaga lingkungan alam dengan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari”, Selasa (20/2/2021).
Dari penelitian, menurut dr. Alvi, didapatkan orang yang mengonsumsi nasi 450gram sehari di Bandung dibandingkan dengan yang mengkonsumsi 150gram memiliki risiko 20 persen lebih besar untuk terkena diabetes.
Indeks glikemik tinggi pada nasi menyebabkan kenaikan gula dalam darah lebih cepat, sehingga memicu pengeluaran insulin. Terlalu seringnya kadar insulin tubuh yang tinggi menyebabkan tubuh resisten terhadap insulin, berakibat pada naiknya kadar gula dalam darah dikarenakan gula tidak diserap oleh tubuh.
“Kebutuhan insulin yang semakin tinggi membuat pankreas kelelahan sehingga lebih sedikit memproduksi insulin dan berakibat pada bertambah tingginya kadar gula dalam darah,” terang dr. Alvi.
Dia juga mengatakan, pembatasan kegiatan masyarakat selama pandemi membuat aktivitas fisik masyarakat menurun. Akibatnya bisa meningkatkan risiko obesitas dan berpotensi meningkatkan risiko diabetes.
“Ada data yang menunjukkan bahwa makanan yang indeks glikemiknya tinggi cenderung lebih mudah cepat lelah, karena gula dalam darah cepat naik tinggi. kemudian cepat turun lagi,” ungkapnya.
Sebaliknya, jika mengonsumsi makanan dengan indeks glikemik rendah atau sedang, justru tubuh tidak mudah lelah. “Karena gula diedarkan ke pembuluh darah secara perlahan dan dipakai dengan lebih efisien” jelasnya.
Oleh karena itu, dr. Alvi berpandangan Indonesia memiliki ragam karbohidrat yang lebih minim risiko terhadap diabetes selain nasi putih, yang umumnya dikonsumsi kebanyakan orang Indonesia. “Konsumsi nasi putih sebenarnya bagus saja selama dibatasi dan diselingi dengan jenis karbohidrat lain,” ujarnya.
Seperti misalnya nasi merah dengan serat lebih baik, memiliki indeks glikemik lebih rendah dari nasi putih. Selain jenis beras, beberapa sumber karbohidrat dengan indeks glikemik rendah dan mengandung banyak serat antara lain sagu, kentang utuh, kacang-kacangan, dan sayur-mayur.
Sebelumnya, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menemukan sedikitnya 2 juta kematian manusia di dunia setiap tahun disebabkan karena minimnya aktivitas tubuh. WHO pun mengingatkan, gaya hidup sedentari menjadi salah satu dari 10 penyebab utama kematian dan kecacatan di dunia.
Selain memaksakan tubuh untuk bergerak minimal 30 menit sehari, mengurangi konsumsi karbohidrat juga dianjurkan oleh para pakar kesehatan. Bila dikonsumsi berlebihan, nasi akan menaikkan kadar gula dalam tubuh yang kemudian memicu tubuh menjadi lebih cepat lelah dan terus merasa lapar.
Selain itu, data International Diabetes Federation (IDF) menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-7 dunia sebagai negara dengan kasus diabetes terbanyak.
Penulis: Jekson Simanjuntak
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post