Jakarta, Prohealth.id – Dengan menandai 93 tahun peringatan Hari Ibu Nasional, Smile Train Indonesia membeberkan teladan dan kuatnya tekad seorang Ibu mengambil peran penting dalam penanganan pasien bibir sumbing.
Berdasarkan data Smile Train, diperkirakan setiap tahunnya lebih dari 9.000 bayi di dunia terlahir dengan bibir sumbing dan/atau celah langit. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi secara fisik seperti kesulitan untuk makan, bernapas, mendengar, dan berbicara dan tidak jarang pula menyasar psikis anak. Comprehensive Cleft Care (CCC) atau perawatan sumbing komprehensif yang dimiliki Smile Train menekankan pada urgensi penanganan sumbing sejak dini, dan dalam prakteknya memerlukan dukungan penuh dari keluarga pasien terutama sang ibu. Salah satu sosok ibu luar bisa tersebut adalah Ibu Siti, dari Bandung Jawa Barat.
Deasy Larasati, Country Manager Smile Train Indonesia menjelaskan, tidak semua ibu mampu mengelola emosi dan hati ketika memiliki seorang anak yang keadaan fisiknya berbeda dengan kebanyakan orang. Ibu Siti tak hanya memiliki satu, namun 3 anak yang terlahir dengan kondisi bibir sumbing.
“Kami melihat langsung bagaimana kesabaran, ketelatenan dan kekuatan mentalnya benar-benar layak dijadikan panutan perempuan di manapun berada, terutama kaum ibu. Operasi gratis dan perawatan komprehensif dari Smile Train didukung oleh ibu yang hebat, membuat anak-anaknya kini tumbuh percaya diri bahkan aktif di masyarakat,” ujarnya melalui siaran pers, Kamis (23/12/2021).
Raja Pahlepi atau lebih akrab dipanggil Levi (18 tahun) serta adiknya Wangsa Sahid Saputra (14 tahun) dan Nazwa Sacha Zeira Hajiji (9 tahun), anak dari Ibu Siti Hotimah mendapatkan operasi sumbing melalui mitra Smile Train Indonesia di Bandung yakni Yayasan Pembina Penderita Celah Bibir dan Langit-langit (YPPCBL) sejak tahun 2003.
Perawatan komprehensif yang diberikan juga mencakup konseling usai operasi, pelatihan dan wadah kreativitas yang membuat Levi dan saudaranya kini kerap tampil berkesenian di depan umum dengan sangat percaya diri. Perbincangan dengan Ibu Siti di bawah ini semoga bisa jadi penguat para ibu bahwa perjuangan adalah keharusan dan betapa besarnya peran seorang ibu dalam membentuk pribadi anak-anaknya.
Bagaimana reaksi Ibu ketika mendapati anak-anak terlahir dengan kondisi bibir sumbing?
Siti tak menampik, dia kaget dan bingung namun tetap ikhlas dan percaya bahwa semua ini adalah titipan Tuhan. Walaupun ada rintangan berat terutama secara finansial, Siti tetap yakin akan ada jalan untuk memperbaiki kondisi anak-anaknya. “Saya harus kuat dan tidak boleh menyerah, apalagi saya membesarkan anak-anak sendirian karena Ayahnya sudah ngga ada,” ujar Siti.
Beban ini makin berat mengingat Siti merupakan single parent sempat mengalami stres tentang kondisi ekonomi saya terutama dalam penyembuhan anak-anaknya. terutama Wangsa yang memiliki kondisi celah langit yang kompleks sehingga membutuhkan perhatian dan terapi khusus. “Dia sempat tidak percaya diri dan hampir saja menutup diri dari sekitar, namun saya terus menguatkan hati anak-anak bahwa semua ini pasti ada hikmahnya,” sambung Siti.
Siti mengaku mendapatkan informasi tentang Smile Train Indonesia ini dari tetangga. Dia pun bisa bertemu dengan tim Smile Train melalui Yayasan Pembina Penderita Celah Bibir dan Langit Langit. Pertemuan ini membuat seluruh biaya operasi ditanggung, anak-anak dan Siti pun mendapat konseling yang menumbuhkan semangat dan kepercayaan diri lagi.
Metode perawatan Comprehensive Cleft Care (CCC) dari Smile Train Indonesia akhirnya mengubah hidup Siti. Tantangan sebagai seorang Ibu dari anak-anak istimewa kini makin teringankan dengan bantuan perawatan sumbing dari CC. “Saya sangat sayang dan bangga terhadap ketiga anak saya. Levi bisa tumbuh menjadi laki-laki dewasa yang lebih mandiri dan percaya diri di sekitar masyarakat, Wangsa maupun Nazwa dapat bersosialisasi bersama kawan-kawannya.”
Pengalaman hidup ini membuat Siti berpesan kepada semua orang tua dengan anak bibir sumbing agar bisa menjalankan dengan ikhlas dan penuh senyuman. “Tantangan setiap orang pasti berbeda, janganlah saling membandingkan atau merasa lebih baik dari Ibu lain. Kita semua sama, sama-sama perempuan yang ingin memberikan apapun yang terbaik bagi anak-anak, bahkan jiwa raga pun pasti akan diserahkan oleh seorang Ibu demi kebahagiaan anaknya.”
Dia juga mengimbau masyarakat agar tidak mengucilkan anak-anak berbibir sumbing. “Jangan dikucilkan apalagi dijadikan bahan lelucon. Rangkul dan kalau bisa kenalkan mereka dengan pihak-pihak yang bisa membantu, sebab bibir sumbing itu bisa diperbaiki, dan harus ditangani secepatnya,” tuturnya.
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post