Jakarta, Prohealth.id – Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI) DKI Jakarta Fery Farhati mengajak masyarakat melakukan deteksi dini terhadap kanker dan membuka kolaborasi membantu pasien kanker.
Melalui kampanye Close the Care Gap – Give to Relief, YKI DKI Jakarta memberikan perhatian lebih kepada pasien kanker kolorektal yang membutuhkan bantuan kantong stoma (stoma bag).
“Semoga gerakan ini menjadi gerakan nasional dan seluruh masyarakat dapat berpartisipasi dalam bentuk donasi uang atau kantong stoma melalui cabang YKI di seluruh Indonesia,” ujarnya.
Kampanye Close the Care Gap – Give to Relief sengaja digagas untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pencegahan kanker.
Selama ini, YKI Jakarta membagikan kantong stoma secara gratis, tetapi untuk jumlah yang terbatas. Sementara itu, YKI Pusat juga sudah memberikan kantong stoma bersubsidi yang bisa diakses dari berbagai daerah.
“Dengan semangat kebersamaan dan kolaborasi, diharapkan ketersediaan kantong stoma bisa lebih merata terpenuhi dengan baik,” kata Farhati.
Saat ini, menurut dia, kanker bukan hanya masalah di Indonesia, namun juga di seluruh dunia, karena angka pesakitan atau kematian cukup tinggi, terutama di negara berkembang.
Data GLOBOCAN 2020, kanker tertinggi di Indonesia didominasi oleh 2 jenis, yaitu kanker payudara dan kanker leher rahim/serviks, lalu diikuti kanker paru. “Dan kanker kolerektum pada laki-laki,” ucapnya.
WAKTUNYA KOLABORASI
Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia Prof. W. Sudoyo mengatakan, sejak pandemi, masyarakat berada dalam keadaan yang sama sekali tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Kemajuan teknologi dan komunikasi telah membantu dan memudahkan para tenaga medis dalam menyebarluaskan informasi kepada pasien kanker.
Melalui tema Close the Care Gap, Sudoyo berharap bisa menutup kesenjangan perawatan kanker, bukan hanya sekadar fasilitas, tetapi juga informasi dan edukasi. Pasalnya, kesadaran deteksi dini oleh masyarakat terhadap kanker masih kurang.
“Mari jadikan momentum Hari Kanker Sedunia untuk bergandeng tangan dan berkolaborasi demi mengurangi kesenjangan dalam perawatan kanker,” tuturnya.
Pada kesempatan yang sama, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, peringatan Hari Kanker Sedunia tahun ini dapat menjadi momentum penting dalam meningkatkan kolaborasi.
Penting untuk memberikan apa yang menjadi prioritas dalam penanganan kanker. Dia menyebut, hal pertama yang dapat dilakukan adalah meningkatkan layanan primer kepada masyarakat dengan memberikan edukasi dan informasi yang benar.
“Selanjutnya, melakukan upaya pencegahan dengan memberikan vaksinasi HPV, dan hal yang ketiga adalah dengan menyiapkan rumah sakit rujukan dengan penguatan fasilitas melalui peralatan dan penangangan yang sesuai standar di seluruh Indonesia,” ungkapnya.
KOMITMEN PEMPROV DKI
Senada dengan itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dwi Oktavia menyampaikan komitmen Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk melihat penyakit kanker sebagai masalah yang penting dan harus diatasi bersama.
Pemprov DKI berupaya melakukan langkah-langkah promotif, preventif dan kuratif dengan menerapkan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat, melakukan deteksi dini, dan memberikan pengobatan melalui rehabilitasi pasien kanker.
“Tatanan ini dapat dilakukan di semua aspek dengan mendapat dukungan dari keluarga, survivor, komunitas dan penyintas yang sudah kami kenal dengan baik,” terangnya.
Sehingga, Pemprov DKI mendapatkan masukan dan ditindaklanjuti sebagai upaya dalam menanggulangi kanker ini bersama-sama.
Sementara itu, Ketua Pelaksana Peringatan Hari Kanker Sedunia YKI 2022 Nadia Ayu Mulansari mengatakan, peringatan Hari Kanker Sedunia tahun ini diselenggarakan oleh YKI Provinsi DKI Jakarta dengan tujuan mengajak seluruh masyarakat meningkatkan kepedulian dan kesadaran untuk mengambil peran dalam mencegah kanker. Di tengah pandemi saat ini, pihaknya terus berupaya menjalankan tata laksana kanker dari hulu sampai hilir.
“Mulai dari aspek edukasi, hingga pelayanan suportif paliatif kami lakukan, dengan membuka layanan hotline dalam memberikan informasi kepada pasien yang takut berobat karena pandemi,” paparnya.
Selama ini, penanganan kanker di Indonesia terjadi ketika pasien datang dengan stadium lanjut. Hal itu tentu berdampak pada efektivitas pengobatan maupun kualitas hidup pasien.
Hal itu seharusnya bisa dicegah dengan melakukan deteksi dini yang akan menyelamatkan nyawa si pasien dengan melakukan tata laksana yang tepat, pada waktu yang lebih cepat. “Sehingga bisa menambah waktu kesembuhan dan hidup lebih berkualitas,” tutupnya.
Penulis: Jekson Simanjuntak
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post