Jakarta, Prohealth.id – Hasil Studi Status Gizi Indonesia (2021) menunjukkan angka prevalensi stunting di Indonesia sebesar 24,4 persen dimana Kalimantan Barat menempati angka stunting ketujuh tertinggi sebesar 29,8 persen.
Adapun Kabupaten Kubu Raya merupakan daerah dengan angka stunting paling tinggi di Kalimantan Barat yaitu 40,3 persen. Angka tersebut masih jauh lebih tinggi dari batas toleransi WHO, yaitu 20 persen untuk stunting.
Padahal pemerintah memiliki target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024 yaitu menurunkan prevalensi stunting pada balita menjadi 14 persen dan persentase perokok penduduk usia 10-18 tahun menjadi 8,7 persen.
Dalam studi ditemukan adalah beberapa hal yang dapat mengakibatkan seorang anak menjadi stunting, salah satunya perilaku merokok. Beberapa hasil riset menunjukkan bahwa anakanak yang tinggal di rumah tangga dengan orang tua perokok kronis serta dengan perokok transien cenderung memiliki pertumbuhan lebih lambat dalam berat dan tinggi badan (stunting).
H. Marijan S.Pd M.Kes selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kubu Raya menyampaikan salah satu strategi yang dapat dilakukan dalam menyampaikan ke masyarakat sekitar diantaranya materi edukasi dapat dibuat menyesuaikan dengan bahasa daerah agar lebih mudah dipahami. Dia menjelaskan bahwa selain edukasi, butuh adanya regulasi yang dapat mendukung dalam implementasi program yang ada, khususnya yang mengatur tentang kawasan tanpa rokok.
“Tahun 2022 ini, Kubu Raya baru mengesahkan Peraturan Bupati (Perbup) mengenai Kawasan Tanpa Rokok. Dengan adanya Perbup ini, menjadi penguatan dalam Dinas Kesehatan dan instansi lainnya di Kabupaten Kubu Raya menjalankan program-program yang terkait dalam menekan konsumsi rokok,” jelas H. Marijan.
Sementara itu, Aryana Satrya, selaku Ketua PKJS-UI menyampaikan bahwa penelitian PKJS-UI tahun 2018 juga telah menunjukkan peningkatan pengeluaran rokok yang dibarengi oleh penurunan pengeluaran makanan sumber protein dan karbohidrat akan memiliki dampak jangka panjang terhadap kondisi stunting anak.
Adanya keterkaitan antara perilaku merokok dan stunting menunjukkan bahwa upaya pengendalian konsumsi rokok melalui kebijakan yang kuat, seperti kenaikan cukai rokok dan penyederhanaan struktur tarif cukai rokok sampai edukasi pada level grassroot, seperti pengelolaan keuangan rumah tangga oleh istri yang harus diutamakan untuk membeli makanan bergizi dibandingkan rokok perlu dilakukan secara beriringan dalam mendukung percepatan penurunan stunting.
Koordinator Bidang KSPK, BKKBN Provinsi Kalimantan Barat, Ir. Aulia Arief, M.Si, menyatakan selama ini Tim Pendamping Keluarga (TPK) turut melakukan pendampingan komunikasi, informasi, dan edukasi selama 3 bulan sebelum menikah kepada calon pengantin laki-laki yang masih merokok karena berisiko stunting untuk anaknya nanti.
“Kedepannya, untuk memperkuat pemahaman TPK di Provinsi Kalimantan Barat, materi perilaku merokok dan stunting hari ini akan dimasukkan ke dalam pelatihan pendampingan TPK. Hal ini sebagai bentuk komitmen BKKBN Provinsi Kalimantan Barat dalam menekan konsumsi rokok untuk percepatan penurunan stunting,” jelas Aulia Arief.
Sekretaris Umum PP Fatayat NU, Hj. Margaret Aliyatul Maimunah menambahkan bahwa Fatayat NU, sebagai organisasi yang peduli mengenai perempuan dan anak, telah banyak upaya yang dilakukan dalam percepatan penurunan stunting.
Dia memerinci peran dan komitmen Fatayat NU dalam pencegahan stunting melalui pengendalian rokok diantaranya kami melakukan pendampingan dan penguatan kepada kader Fatayat NU. Beberapa kader Fatayat NU pun mulai menempelkan stiker rumah bebas rokok.
“Selain itu, hal ini juga perlu didorong dengan regulasi pengendalian konsumsi rokok, seperti kenaikan harga rokok, rokok tidak dijual secara eceran, dan tidak memampang produk rokok di warung/warung atau toko yang menjual rokok,” tutur Hj. Margaret.
H. Muda Mahendrawan, Bupati Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, menambahkan kegiatan ini akan melahirkan banyak dorongan dan praktik terbaik dalam melakukan berbagai langkah. Oleh karena itu, penurunan stunting ini harus menjadi perhatian bersama. Hal ini juga baik untuk mempersiapkan generasi yang berkualitas di masa mendatang.
“Hal ini merupakan salah satu substansi fokus kami dalam perlindungan anak dan perempuan,” ujarnya.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post