“Antusiasmenya banyak banget, karena memang kita ambil waktunya Sabtu Minggu, karena Sabtu Minggu tuh paling ramai di taman ini,” ungkap Gita Kusnadi, Project Lead Food Policy Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) kepada Prohealth.id, pada Selasa, 15 November 2022 lalu.
Tim Prohealth.id menjadi salah satu pengunjung pameran di Taman Literasi Martha Tiahahu tentang edukasi dan sosialisasi bahaya Minuman Berpemanis Dalam Kemasan (MBDK). Sosialisasi itu mengambil jalan ‘ninja’ melalui medium seni instalasi seni.
Tim Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) pun memutuskan berkolaborasi dengan Fransiskus. S.M. Sitanggang seniman instalasi yang aktif di Instagram @duniafrans. Terbukti, hasil karya Frans cukup mengundang perhatian pengunjung sepanjang masa pameran dari 12-15 November 2022.
“Kalau nggak salah dari pengurus tamannya juga bilang, kalau Sabtu Minggu itu bisa sampai ribuan gitu yang datang ke sini,” sambung Ardiani Hanifa, Communication Officer CISDI kepada tim Prohealth.id di sela-sela pameran.
Sang seniman, Fransiskus S.M. Sitanggang mengatakan dibuatnya instalasi seni MBDK yang bekerja sama dengan CISDI bertujuan memperingati Hari Diabetes Sedunia yang jatuh pada 14 November 2022 lalu. Terdapat tiga panel dalam instalasi seni MBDK yang menjelaskan seputar bahaya MBDK, data-data mengenai MBDK, dan serba-serbi MBDK.
“Panel pertama itu ada activity yang di mana pengunjung bisa menjawab pertanyaan yang sudah disediakan kami. Semisal, bagaimana hidup sehat dan mengenai Minuman Berpemanis Dalam Kemasan (MBDK) dan lain-lain. Kemudian nanti digantung di dinding tersebut,“ kata Frans.
Kemudian, ada panel ilustrasi yang menceritakan bagaimana seseorang harus bisa mengatur konsumsi MBDK.
“Terdapat juga pop–up monster gula yang cocok untuk difoto bersama diri. Lalu ada dummy kaleng berisikan monster-monster gula gitu. Menggambarkan banyaknya kandungan gula dalam MBDK.”
Pada panel ketiga ada infografis mengenai kandungan MDBK, penyebab diabetes, mengenai cukai, dan lainnya yang menjadi fokus utama dari CISDI mengkampanyekan tujuan akhir mengendalikan konsumsi minuman berpemanis dalam kemasan.
Uniknya lagi, proses pembuatan instalasi seni yang sangat menarik ini ternyata memakan waktu yang sangat cepat, yakni hanya 1 minggu. “Proses pembuatannya sebenernya terbilang mepet, ya, 1 minggu dalam prosesnya. Dari proses membuat monster gula, mencari vendor, kemudian juga pembuatan infografisnya dan lain-lain,” ungkap Fransiskus kepada Prohealth.id melalui pesan singkat, Senin, 21 November 2022.
“Aku senangnya adalah orang-orang tuh memang suka. Jadi begitu ada form kayak gini terus dikasih tempat untuk menulis dikasih untuk digantungin orang-orang kaya senang gitu loh mereka menulis ini. Kalau nggak salah di belakang ada 200-an lebih ditambahin ini mungkin udah sampai 250 kali ya, sekitar segitu,” ungkap Gita.
Berdasarkan pantauan tim Prohealth.id, pameran instalasi seni ini ramai karena salah satu karya yang tampaknya sangat menarik perhatian pengunjung. Hal itu sebagaimana yang diungkapkan Reni, salah satu pengunjung yang tidak hanya menikmati sajian informasi dalam instalasi seni tetapi juga berswafoto dengan anak-anaknya.
“Diadakannya pamerannya ini menurut saya bagus juga untuk anak-anak, buat biar ada pengalamannya, ada pengetahuannya. Aku juga sih baru kali ini juga sih kesini,” ungkap Reni pengunjung instalasi Seni MBDK kepada, Prohealth.id.
Lebih lanjut, Reni juga mengungkapkan instalasi Seni MBDK cukup informatif dan menarik sebagai media untuk mengedukasi pengunjung sehingga dapat mengurangi jumlah konsumsi MBDK.
“Dan biar orang pada tahu ya, kalau minuman berpemanis ini dibilangnya nggak bagus juga. Jadi bagus juga dibuat semacam pemeran ini biar (pengunjung) jadi tahu. Karena saya juga begitu, memang minuman pemanis [perlu] di kurang-kurangin juga,” sambung Reni.
Sama halnya dengan Reni, antusiasme terhadap instalasi seni juga diungkapkan oleh Adlika sebagai anak muda yang menyukai MBDK.
“Sebagai remaja saya sangat menikmati minuman-minuman yang manis-manis. Apalagi dengan kemasan dan segala macam sering ya kayak lagi tren itu pasti coba. Nah, kalau aku yang suka ke tempat-tempat umum kayak gini ada informasi yang sangat berpengaruh sama diri kita, itu aku suka banget baca-bacain. Soalnya dia itu nggak cuma dari tulisan tapi juga ada dari visualnya yang diwakili dengan informasi-informasi gitu jadi kita nggak bosen melihatnya,” ungkap Adlika kepada Prohealth.id.
Komentar lain juga datang dari pengunjung bernama Andha Putra. Dia menyatakan puas atas informasi yang didapat saat mengunjungi instalasi seni MBDK. Menurut Andha, detail yang ditampilkan sangat mengedukasi dirinya sebagai anak muda yang juga senang minuman berpemanies.
“Pameran ini pertama saya lihat bagus ya, gambar juga terus juga sangat informatif dia detail tapi nggak ngebosenin itu. Jadi poin yang ini adalah poin kelebihan dari stand ini untuk edukasi kita,” tutur Andha kepada Prohealth.id.
Tidak hanya mereka, beberapa pengunjung pameran jujur sebagai penikmat minuman manis. Artinya, setelah masyarakat melihat instalasi tersebut beberapa dari mereka terinspirasi tidak akan sering membeli dan mengurangi konsumsi MBDK.
Kondisi ini dapat disimpulkan bahwa informasi pemanis yang terkandung dalam MBDK ternyata tidak banyak diketahui masyarakat khususnya anak muda yang cenderung menjadi penikmat utama minuman manis. Sebagaimana yang diungkapkan Adlika, ia pun baru memahami detail tentang zat berbahaya yang terkandung dalam MBDK dan dapat berdampak buruk pada seluruh tubuh.
“Sebelumnya memang aku tahu ya, tapi secara awam aja kalau misalkan dengan kemasan itu memang bahaya buat kesehatan kita. Tapi setelah lihat ini ternyata banyak banget zat-zat yang bisa menyerang ke seluruh tubuh gitu. Jadi, aku sangat sangat termotivasi buat mengurangi minuman kemasan tersebut yang membahayakan tubuh setelah melihat ini karena sudah tahu kadar gula yang secukupnya harus kita minum itu berapa. Ini bermanfaat banget karena yang dikasih informasi juga itu buat orang awam,” pungkas Adlika.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post