Adapun faktor utama penyebab malnutrisi pada penderita PPOK ialah adanya ketidakseimbangan antara input energi (asupan makanan) dan outputnya (penggunaan energi) sehingga terjadi defisit kalori yang kemudian menyebabkan malnutrisi. Hal itu disampaikan oleh ahli gizi, dr. Diana F. Suganda kepada Prohealth.id pada Kamis, 12 Januari 2023.
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan kumpulan penyakit yang menyerang saluran pernapasan, berlangsung secara jangka panjang hingga menyebabkan penyempitan di saluran napas. PPOK terjadi akibat paparan asap seperti asap rokok, knalpot, serta polusi baik di dalam ruang maupun di luar ruang. Hingga saat ini PPOK menduduki peringkat keempat sebagai penyebab kematian di dunia.
Dikutip dari siaran resmi PT. Kalbe Farma Tbk, Medical General Manager Kalbe, dr. Dedyanto Henky Saputra, M. Gizi, AIFO-K mengatakan bahwa PPOK merupakan penyakit yang irreversible, dimana apabila saluran pernapasan rusak maka sulit untuk kembali seperti kondisi normal sebelumnya.
Lebih lanjut, dr. Diana mengatakan bahwa kondisi penderita PPOK yang sudah terinfeksi, inflamasi dan terutama kronis cenderung kehilangan nafsu makan, sedangkan energi yang dikeluarkan akibat meningkatnya kerja pernapasan membutuhkan asupan yang cukup. Oleh karenanya, agar penderita PPOK dapat terjaga asupan nutrisinya, penting bagi penderita PPOK mengonsumsi makanan yang berkalori dengan kadar lemak yang tinggi dan tidak terlalu banyak karbohidrat.
“Karena mungkin pasien tidak bisa makan terlalu banyak sehingga diberi makan sedikit-sedikit namun sering dengan makanan-makanan yang mungkin kadar lemaknya tinggi. Jangan terlalu banyak karbo, karena karbo justru akan membuat produksi Karbon dioksida (CO2) dari paru-paru juga dari tubuh sehingga mungkin dapat memperberat PPOK nya. Jadi kita bisa tambah dari protein secara moderation dan dari lemak baik berupa kacang-kacangan, ikan, biji-bijian, atau yang seperti alpukat juga boleh,” kata dr. Diana.
Sementara itu, Ahli Gizi Ifalibranita Mafi Hidayah, S. Gz. yang akrab disapa dengan Fafa, mengatakan bahwa penderita PPOK disarankan untuk menerima konseling gizi agar dapat mengoptimalkan asupannya. Ia juga mengatakan, terdapat beberapa cara untuk membantu meningkatkan asupan makan penderita PPOK salah satunya dengan beristirahat sebelum makan agar tidak kelelahan.
“Beristirahat sebelum makan untuk mencegah kelelahan, dapat membantu meningkatkan asupan makan. Lalu, pada banyak pasien, penggunaan ekspektoran (obat pengencer dahak dan pelega nafas) di luar waktu makan, menggunakan oksigen ketika waktu makan, makan perlahan, mengunyah makanan dengan baik, dan berinteraksi sosial, semuanya dapat meningkatkan asupan makanan, metabolism zat gizi, dan pengalaman yang menyenangkan,” ungkap Fafa kepada Prohealth.id pada Kamis, 12 Januari 2023.
Diana mengatakan tidak ada pantangan makanan untuk penderita PPOK, karena memang perlu memakan makanan yang cukup. Menurutnya, meski tidak ada pantangan, menu makanan untuk penderita PPOK harus disesuaikan agar tidak merangsang batuk seperti misalnya makanan yang tidak terlalu manis atau asam, tidak berminyak seperti gorengan atau makanan yang mengandung santan, itu perlu dihindari.
Sama halnya dengan dr. Diana, Fafa juga mengatakan bahwa penderita PPOK harus menghindari makanan tinggi kalori karena dapat menyebabkan obesitas dan memperburuk kemampuan seseorang untuk bernapas.
“Makanan seperti junk food yang tinggi garam juga harus dihindari karena dapat menahan cairan. Retensi cairan ini dapat menyebabkan pasien PPOK lebih sulit bernapas. Minuman berkarbonasi juga sebaiknya dihindari karena dapat menyebabkan gas dan kembung. Pasien PPOK diharapkan mencukupi kebutuhan cairan agar tidak dehidrasi, sehingga minuman yang terlalu manis, berkafein dan beralkohol juga harus dihindari karena justru dapat membuat tubuh rentan mengalami dehidrasi,” ujar Fafa.
Nutrisi Cukup sebagai Faktor Utama Pemulihan
Fafa mengatakan, penurunan berat badan karena asupan makanan yang kurang berkorelasi dengan buruknya prognosis PPOK. Hal itu pun berdampak pada masa rawat inap yang lebih lama dan rentan terhadap morbiditas dan mortalitas.
“Dukungan nutrisi dikombinasi dengan latihan fisik dan farmakoterapi anabolik sebagai bagian dari program rehabilitasi telah menunjukkan dampak yang baik pada peningkatan berat badan, massa bebas-lemak, dan kekuatan otot pernafasan pada pasien PPOK stabil. Sehingga pemenuhan kebutuhan nutrisi dan mencapai status gizi normal menjadi hal penting untuk proses penyembuhan PPOK,” ujar Fafa.
Lebih lanjut, Fafa mengatakan untuk memenuhi kebutuhan asupan gizi penderita PPOK, dapat dilakukan dengan rutin sarapan setiap pagi dan memilih menu makanan yang sesuai selera dan bervariasi.
“Penderita PPOK harus memilih menu yang menarik dan bervariasi untuk mencukupi kebutuhan energi, lemak, protein, dan karbohidrat serta vitamin dan mineral yang diperlukan tubuh untuk mempercepat proses penyembuhan,” ujar Fafa.
Fafa juga menyarankan agar penderita PPOK untuk berhenti merokok untuk mencegah perkembangan gejala PPOK dan mencegah timbulnya komplikasi penyakit lain seperti hipertensi, penyakit jantung, stroke, sampai kanker. Ia juga menambahkan rutin latihan fisik sesuai derajat intensitas yang dianjurkan serta rutin berobat juga dapat mempercepat proses penyembuhan PPOK.
Sementara itu, dr. Diana mengatakan agar pemenuhan asupan nutrisi dapat tercukupi, penderita PPOK dapat mengonsumsi Oral Nutritional Support (ONS) sebagai pengganti makanan yang memiliki kandungan lengkap seperti karbohidrat, lemak, dan protein. Dengan bentuknya yang cair, ONS sudah disesuaikan untuk kondisi PPOK.
Dalam memenuhi asupan yang cukup untuk pemulihan PPOK, peran pendamping juga menjadi penting agar pola makan dan aktivitas fisik secara teratur pasien PPOK dapat terjaga. Menurut Fafa, pendamping pasien PPOK juga harus memberikan dukungan fasilitas yang memadai untuk berkunjung ke fasilitas atau petugas kesehatan serta menyediakan kebutuhan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya meningkatkan proses penyembuhan dan peningkatan kualitas hidup pasien PPOK.
“Untuk mencegah aspirasi, pendamping juga harus memberi perhatian khusus terutama pada saat pergantian antara bernafas dan menelan makanan, juga posisi duduk yang sesuai selama makan. Selain itu, pasien dengan keterbatasan fisik dapat dibantu dalam hal belanja makanan dan menyiapkan makanan untuk dapat membantu pemenuhan kebutuhan asupan gizi,” pungkas Fafa.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post