Jakarta, Prohealth.id — Asian Development Bank (ADB) telah menyetujui pinjaman investasi sebesar $650 juta untuk meningkatkan dan memperbaiki fasilitas perawatan kesehatan primer.
Selain itu, dana pinjaman ini juga dimanfaatkan peningkatan kualitas laboratorium kesehatan masyarakat di seluruh Indonesia guna meningkatkan pencegahan, deteksi, dan pengobatan penyakit menular, penyakit tidak menular, dan kondisi kesehatan lainnya.
Proyek Peningkatan dan Penguatan Perawatan Kesehatan Primer dan Laboratorium Kesehatan Masyarakat Primary Healthcare and Public Health Laboratories Upgrading and Strengthening (PLUS) secara langsung mendukung dua proyek pemerintah di bawah Agenda Transformasi Kesehatan Indonesia: Penguatan Perawatan Kesehatan Primer di Indonesia Strengthening of Primary Healthcare in Indonesia (SOPHI); dan Penguatan Sistem Laboratorium Kesehatan Publik di Indonesia yakni Indonesia-Public Health Laboratory System Strengthening (InPULS).
Karin Schelzig, Direktur Pengembangan Manusia dan Sosial (Human and Social Development Director) ADB menyatakan, pinjaman ini adalah yang ketiga dari rangkaian dukungan ADB kepada Pemerintah Indonesia dalam mengembangkan dan melaksanakan Agenda Transformasi Kesehatan Indonesia pasca-pandemi. Ia menjelaskan, proyek yang sangat penting ini, dengan investasi total hampir US$4 miliar dan dibiayai bersama dengan tiga bank pembangunan multilateral lainnya yakni; Bank Investasi Infrastruktur Asia, Bank Pembangunan Islam, dan Bank Dunia.
“Ini akan mengatasi sejumlah kesenjangan dan disparitas kritis dalam kesiapan pelayanan fasilitas perawatan kesehatan primer, laboratorium kesehatan masyarakat, dan rumah sakit rujukan di Indonesia dalam upaya mencapai akses universal terhadap layanan kesehatan berkualitas, serta meningkatkan ketangguhan dan kekokohan sistem kesehatan,” ungkap Karin melalui siaran pers yang diterima Prohealth.id, Rabu (13/12/2023).
Proyek PLUS akan memperlengkapi lebih dari 10.000 fasilitas perawatan kesehatan primer dan lebih dari 500 laboratorium kesehatan masyarakat di seluruh Indonesia agar benar-benar dapat memenuhi standar layanan minimum yang ditetapkan pemerintah. Dukungan ini akan termasuk pengadaan peralatan, pengirimannya, pemasangan, pelatihan bagi pengguna, layanan pengoperasian dan pemeliharaan (O&M), serta peningkatan kapasitas dalam O&M.
Jiro Tominaga, Direktur ADB untuk Indonesia menjelaskan, investasi tersebut akan menjadi pondasi bagi standardisasi layanan perawatan kesehatan primer dan pengurangan kesenjangan akses ke layanan terstandar, terutama bagi kelompok miskin, penduduk di perdesaan, dan di daerah terpencil.
“ADB senang dapat berkolaborasi dengan pemerintah untuk mengatasi kesenjangan kritis tersebut,” tuturnya.
Proyek ini akan berkontribusi signifikan terhadap mitigasi perubahan iklim di sektor kesehatan melalui peningkatan fasilitas dengan peralatan yang hemat energi. Penguatan jaringan laboratorium kesehatan masyarakat juga akan memperkuat ketangguhan dan kesiapsiagaan kesehatan guna menanggulangi ancaman pandemi di masa mendatang, termasuk yang berkaitan dengan perubahan iklim.
ADB berkomitmen mencapai Asia dan Pasifik yang makmur, inklusif, tangguh, dan berkelanjutan, serta terus melanjutkan upayanya memberantas kemiskinan ekstrem. Didirikan pada 1966, ADB dimiliki oleh 68 anggota—49 di antaranya berada di kawasan Asia dan Pasifik.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post