Jakarta, Prohealth.id – Guru Besar Ilmu Gizi IPB University, Prof. Hardinsyah, menjelaskan bahwa pola konsumsi manis saat ini cenderung meningkat, terutama di daerah perkotaan.
Terbukti dari maraknya jenis makanan manis yang aksesnya mudah. Jenisnya pun beragam, baik tradisional maupun modern.
“Ditambah banyak orang tua bekerja sehingga anak lebih bergantung pada pangan di luar rumah,” ujar Prof. Hardinsyah dalam salah satu tayangan di kanal YouTube IPB TV.
Menurutnya, anak-anak sering kali mengonsumsi gula tidak hanya dari minuman manis atau bekal, tetapi juga dari makanan sehari-hari dan jajanan sekolah. Bahkan, gula tersembunyi terdapat dalam kecap, saus, sambal, maupun berbagai kudapan seperti wajit, apem, donat, dan kue manis lainnya.
Prof. Hardinsyah menekankan, batas konsumsi gula harian yang dianjurkan Kementerian Kesehatan tidak boleh melebihi 50 gram atau setara 4–5 sendok makan per hari untuk orang dewasa.
“Kalau anak sekolah tentu lebih rendah, sekitar 3–4 sendok makan. Jika berlebihan, risiko obesitas dan diabetes meningkat,” jelasnya.
Ia menjelaskan bahwa konsumsi gula berlebih bisa mengakibatkan kadar gula darah tinggi, yang jika tidak terkendali dapat memicu prediabetes hingga diabetes. Selain itu, kelebihan gula diubah menjadi lemak tubuh sehingga menyebabkan obesitas.
“Gemuk karena lemak, bukan otot, sangat berbahaya karena menumpuk di organ vital seperti jantung, paru hingga ginjal,” tambahnya.
Prof. Hardinsyah juga memaparkan bahwa faktor lingkungan sekolah juga sering kali menyediakan jajanan tinggi gula. Menurutnya, peran keluarga dan sekolah sangat penting dalam mengendalikan pola makan anak. Program pemerintah seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) sebenarnya strategis untuk mengurangi kebiasaan jajan.
“Kalau anak terbiasa membawa bekal sehat bersama-sama, mereka akan lebih termotivasi,” katanya.
Selain keluarga dan sekolah, ia melanjutkan, masyarakat juga perlu meningkatkan literasi gizi dengan membiasakan membaca label kemasan.
“Banyak orang belum memahami bahwa keterangan gizi di label sering ditulis per sajian, bukan per kemasan. Jadi harus teliti agar tidak salah menghitung,” ucapnya.
Lebih lanjut, ia menganjurkan konsumsi sayur, buah, dan makanan bergizi seimbang sebagai alternatif pengganti makanan manis berlebih. Sekalipun tubuh memerlukan guka tetapi pors secukupnya saja.
“Diversifikasi makanan dengan perbanyak sayur dan buah sangat baik untuk menjaga kesehatan sejak dini,” pesannya.
Prof. Hardinsyah juga mengingatkan masyarakat untuk selalu mengingat prinsip GGL (Gula, Garam, Lemak) yang dibatasi sesuai anjuran kesehatan. “Mari biasakan hidup sehat dengan mengendalikan konsumsi gula, karena pola makan baik dimulai dari rumah dan lingkungan terdekat,” tuturnya. (dr)
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post