Jakarta, Prohealth.id – Organisasi Pangan dan Pertanian adalah organisasi internasional yang dibentuk oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) mengeluarkan laporan State of Food Security and Nutrition pada tahun 2022 yang mengatakan pandemi Covid-19 menaikkan angka kelaparan dan stunting di seluruh dunia.
Laporan tersebut juga menyatakan masalah krisis pangan sangat disebabkan bukan hanya keterbatasan sumber daya atau produksi, tetapi juga masalah kebijakan perdagangan, dan masalah fiskal. Masalah ini masih diperparah dengan kondisi kerusakan alam, ketidakmampuan pemerintah meningkatkan kesejahteraan petani, serta gagalnya kebijakan pemerintah untuk mempromosikan makanan bergizi untuk mendorong Kesehatan masyarakat.
Lebih lanjut, laporan ini menyoal subsidi pangan yang dialokasikan hanya kepada makanan yang bersumber dari produk hewani, dan umumnya tersebarr di negara-negara berpendapatan menengah ke atas. Sementara produk beras, gula, dan daging, serta ragam biji-bijian di seluruh dunia termasuk buah dan sayuran relatif mendapatkan subsidi yang lebih rendah terutama di negara-negara berpendapatan rendah.
Ketika dunia sedang menghadapi resesi global, serta implikasi pada pendapatan negara salah satu cara untuk mendorong pulihnya ekonomi adalah dengan melakukan restrukturisasi dalam sistem pertanian dengan mengutamakan makanan-makanan bergizi, utamanya di negara-negara yang tingkat gizinya belum tercapai.
Sejumlah bukti yang ditemukan dalam laporan ini mengimbau para pemerintah di seluruh dunia untuk menjaring sumber daya baru dan memberikan insentif pada produksi, distribusi, dan konsumsi untuk makanan-makanan bergizi. Dengan demikian akan mengurangi beban biaya untuk makanna sehat, serta lebih terjangkau untuk semua kalangan masyarakat.
Dengan demikian, laporan ini bertujuan untuk mendesak pemerintah menurunkan aturan yang memberatkan dalam perdagangan produk makanan sehat, seperti buah-buahan, sayur, dan biji-bijian.
Laporan ini mengatakan antara 702 sampai 828 juta orang di seluruh dunia mengalami kelaparan pada 2021. Angka ini menanjak naik sejak pertama kali kasus Covid-19 ditemukan, dan makin membesar akibat pembatasan aktivitas sosial.
Direktur Jenderal Dongyu mengatakan negara-negara berpendapatan rendah dimana memiliki sumber utama pendapatan negara dari pertanian, harus menjadi prioritas. “FAO berkomitmen untuk mengembangkan terus kerja sama dengan negara-negara tersebut guna meningkatkan layanan publik di semua sektor dalam sistem pertanian,” tuturnya.
Presiden IFAD Gilbert F. Houngbo menambahkan, laporan ini tentu menakutkan bagi semua manusia. Apalagi, laporan ini semakin menjauhkan target seluruh dunia mengeliminasi kelaparan pada 2030. Kondisi ini bahkan diprediksi masih akan parah sampai tahun yang akan datang.
“Kita membutuhkan lebih banyak pendekatan untuk menurunkan angka kelaparan. IFAD berkomitmen mengambil peran dalam proses ini, dan kita perlu saling bekerja sama menuntaskan masalah global ini,” tuturnya.
Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell menegaskan kondisi malnutrisi harus disikapi secara cepat dan tepat. Artinya, seluruh dunia wajib untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap gizi, keamanan pangan, dan makanan sehat yang terjangkau.
“Harus ada layanan yang bersifat preventif untuk mendeteksi kejadian kelaparan, dan pengobatan terhadap malnutrisi. Kondisi ini harus dilihat sebagai ancaman pada masa depan anak-anak di seluruh dunia.”
Fokus preventif untuk ibu hamil dan anak
Di Indonesia, PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) melalui anak usaha PT Sanghiang Perkasa (Kalbe Nutritionals) dan Universitas YARSI melakukan kerja sama intervensi gizi pada ibu hamil untuk percepatan penurunan stunting.
Program kerja sama ini akan dilaksanakan di Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang Banten mulai Juli 2022 sampai dengan Desember 2022. Pasalnya, Kalbe melalui anak perusahaan Kalbe Nutritionals memberikan solusi nutrisi terbaik di setiap tahap kehidupan manusia termasuk ibu hamil dan anak-anak.
“Melalui kerja sama ini kami dapat terus mendukung nutrisi terbaik dalam upaya penurunan stunting untuk bersama- sama sehatkan bangsa,” papar Director of Quality, Sustainability, and Support Kalbe Nutritionals, Andy Chendra.
“Selain kegiatan berupa pemberian makanan tambahan berupa susu pada ibu hamil, kami juga akan melakukan edukasi tentang penurunan stunting,“ katanya lagi.
Menurut Andy, kerja sama dengan Universitas Yarsi dan pemerintah terutama Kecamatan Kresek, merupakan sinergi yang baik antara pemerintah, akademisi, dan bisnis. Hal ini dalam rangka membantu pemerintah mempercepat penurunan stunting.
Rektor Unversitas YARSI, Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D mengatakan, sangat mendukung dan berterima kasih atas kolaborasi dengan Kalbe Nutritionals. Dia menilai ini merupakan bentuk sinergi peran multipihak, baik pemerintah, akademisi, dunia usaha, dan dunia industri, dalam menyukseskan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia.
Menurut Fasli, Kabupaten Tangerang terpilih berdasarkan keputusan Pemerintah, yaitu Provinsi Banten termasuk ke dalam 12 provinsi prioritas nasional dalam program nasional percepatan penurunan stunting. Lokasi ini juga sudah menjadi mitra Universitas YARSI dalam pelaksanaan Tridharma perguruan tinggi, terutama bidang Pendidikan mahasiswa kedokteran Fakultas Kedokteran YARSI.
Ketua Tim Stunting Universitas YARSI, dr. Yusnita, M.Kes., Sp.KKLP. menambahkan, Kalbe dan YARSI ingin membantu pemerintah dalam meningkatkan mutu gizi perseorangan, keluarga, dan masyarakat. Dalam hal ini, stunting dapat dicegah dan gangguannya tidak muncul lagi. Salah satunya, dengan mengonsumsi nutrisi yang tepat.
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang ditandai dengan tubuh pendek. Penderita stunting umumnya rentan terhadap penyakit, hingga memiliki tingkat kecerdasan di bawah normal serta produktivitas rendah. Ibu hamil merupakan salah satu sasaran prioritas
dalam program percepatan penurunan stunting dengan pendekatan keluarga. Seluruh anggota keluarga yang berisiko stunting mulai dari remaja puteri, pasangan baru menikah, ibu hamil, ibu menyusui, dan balita harus diintervensi. Lantaran demikian, pemberian susu pada ibu hamil dilakukan dalam upaya menaikkan berat badan, memenuhi kecukupan kebutuhan protein hewani, serta menurunkan anemia pada ibu hamil. Hal tersebut akhirnya mencegah anak lahir dengan stunting atau panjang badan sewaktu lahir di bawah 48 cm.
Bagi ibu hamil, ada sejumlah indikator suksesnya program stunting ini. Di antaranya, kepatuhan meminum susu, peningkatan pengetahuan tentang stunting, menu gizi seimbang dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), serta adanya evaluasi terukur membandingkan indikator gizi ibu hamil sebelum dan setelah program.
Sebelumnya, Universitas YARSI telah menjalankan program tersebut sejak tahun 2019 di beberapa daerah. Di antaranya, Kabupaten Pandeglang, Kota Jakarta Pusat, hingga Desa Bantar Sari Kabupaten Bogor.
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post