Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam keterangan resmi menegaskan 84 persen dari kasus Covid-19 yang meninggal dunia rata-rata belum mendapatkan vaksinasi booster. Selain itu, 74 persen kasus Covid-19 yang mendapatkan perawatan di rumah sakit dengan gejala sedang dan berat juga belum mendapatkan vaksinasi penguat.
“Jadi, buat teman-teman, buat masyarakat, tolong diingatkan agar cepat-cepat di-booster. Baru 66 juta dari 234 juta target sasaran kita yang di-booster, cepat di-booster, khususnya untuk tenaga kesehatan dan lansia diatas 60 tahun juga segera lakukan booster yang kedua,” ujar Budi.
Tak hanya itu, Budi menjelaskan agar masyarakat menggunakan vaksin booster dalam negeri dan dia menjamin kualitas buatan Indonesia tak kalah dari buatan luar negeri.
Prof. Tjandra Yoga Aditama, selaku Direktur Pascasarjana Universitas YARSI dan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menjelaskan kasus COVID-19 yang meningkat dengan angka kematian yang amat tinggi memang perlu diwaspadai.
“Jumlah kasus kita pada 9 Oktober 2022 dibawah 1000, yaitu 999 orang. Sekarang kasusnya sudah naik 7,5 kali lipat menjadi lebih dari 7.500 orang pada 22 November 2022 kemarin,” kata Prof. Tjandra Yoga kepada Prohealth.id melalui pesan singkat, Jumat (25/11/2022).
Padahal, puncak kasus tertinggi di Indonesia sebelum merebaknya varian XBB terjadi pada 9 Agustus 2022 dengan pencatatan 6.276 kasus. Angka itu kemudian menurun dan sekarang naik lagi, bahkan sudah lebih tinggi.
“Memang sudah banyak dibicarakan bahwa kasus memang akan masih meningkat, tetapi yang perlu jadi perhatian dan membuat kita prihatin adalah angka kematian,” sambungnya.
Prof. Tjandra Yoga yang pernah menjabat sebagai Dirjen Pengendalian Penyakit Kemenkes serta Kepala Balitbangkes menjelaskan pada 8 Oktober 2022 angka kematian Indonesia dibawah 10 orang, yaitu 6 orang yang wafat. Barulah pada 22 November 2022 lalu, angka pasien meninggal sudah naik delapan kali lipat menjadi 51 orang, dan ini terjadi pada 7.644 kasus. “Jadi perbandingannya cukup tinggi, 51/7644, atau 0.66 persen. Perbandingan seperti ini tidak terjadi di negara lain,” ungkapnya.
Jika dibandingkan dengan Singapura, dengan puncak kasusnya 11.934 orang pada 18 Oktober 2022 dan tertinggi yang meninggal 5 orang, atau 0,04 persen. Artinya, sambung Prof. Tjandra, kasus puncak harian di Indonesia sudah lebih tinggi, tetapi yang puncak jumlah meninggal di Singapura jauh di bawah kita.
Contoh lain adalah Malaysia, yang jumlah kasus puncaknya adalah 4.621 orang pada 6 November 2022, tetapi yang meninggal tertinggi adalah 15 orang, atau 0,32 persen. “Angka persentase kematian Indonesia jelas lebih tinggi,” terangnya.
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara ini menjelaskan, ada juga negara yang kasusnya jauh lebih banyak dari Indonesia, tetapi kematiannya bahkan lebih kecil. Misalnya, Korea Selatan dengan puncak kasus adalah 72.873 pada 21 November 2022 lalu, atau sekitar sepuluh kali dari Indonesia. Meski begitu, angka kematiannya bahkan hanya 45 orang, lebih rendah dari Indonesia.
Jepang pada 16 November 2022 kasus tercatat 107.702 orang, hampir 15 kali lebih tinggi dari Indonesia, tetapi jumlah tertinggi pasien yang meninggal tiga kali dibawah Indonesia kita, yaitu 140 orang, atau 0,12 persen, yang mana juga persentase jauh lebih rendah dari angka Indonesia.
“Jadi jelas persentase kematian di negara kita lebih tinggi dari negara tetangga,” katanya.
Dengan demikian, jumlah pasien meninggal di Indonesia sudah lebih 50 orang, yang mana persentasenya lebih tinggi dari negara tetangga. Padahal, varian XBB ini adalah bagian dari Omicron yang seharusnya tidak terlalu berat gejala dan penanganannya.
“Ya, tetapi entah kenapa di kita menimbulkan angka kematian naik cukup tinggi. Ini harus diantisipasi segera,” tegasnya.
Alhasil pada Kamis, 24 November 2022, Presiden Joko Widodo melakukan vaksinasi booster kedua sesuai rekomendasi Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dengan vaksin IndoVac sebagai jenis vaksin Covid-19 penguat.
Vaksinasi booster kedua dengan vaksin buatan dalam negeri yaitu Indovac ini diproduksi oleh perusahaan farmasi pelat merah, Biofarma dan merupakan bentuk komitmen Indonesia menuntaskan pandemi Covid-19.
Usai divaksin booster kedua, Presiden Jokowi mengajak seluruh elemen masyarakat untuk segera melakukan vaksinasi Covid-19 secara lengkap dengan ditambah dosis tambahan atau booster.
“Pada pagi hari ini saya tadi baru saja divaksin booster, vaksin penguat, dan ini saya ajak seluruh masyarakat utamanya tenaga kesehatan, utamanya lansia, dan juga orang-orang yang interaksinya tinggi antarmasyarakat,” ujar Jokowi di halaman Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat.
Saat ini Indonesia telah menyuntikkan 205 juta dosis vaksin yang pertama, 172 juta dosis vaksin yang kedua, 66 juta dosis vaksin penguat pertama, dan 730 ribu dosis vaksin penguat yang kedua. Jokowi pun menegaskan pentingnya vaksinasi penguat untuk meningkatkan imunitas dan mencegah penularan Covid-19.
“Agar imunitas kita terjaga dan dapat memutus penularan Covid dari orang ke orang, ini yang paling penting,” ungkapnya.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post