Pada (29/5/2024) lalu, dalam rangka menyambut hari lahir Pancasila, komunitas FeminisThemis bersama Unilever meluncurkan sebuah program inklusi. Judulnya adalah program inklusi “FeminisThemis Academy 2024”.
Program ini merupakan sebuah rangkaian acara edukasi mengenai kekerasan seksual dan kesetaraan gender untuk perempuan tuli. Dengan semangat mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh masyarakat, program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan isu keadilan sosial bagi perempuan tuli. Selain itu juga mendukung hak mereka untuk mendapatkan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi.
Membuka acara tersebut, Dr. Dante Rigmalia, M.Pd., Ketua Komisi Nasional Disabilitas RI, menyampaikan apresiasi atas penyelenggaraan acara ini. Dengan demikian program ini bisa membantu memahami penyandang disabilitas dan hak-hak mereka.
“Selain upaya dari kami sebagai lembaga negara non-struktural yang melakukan pemantauan. Tentu kita perlu saling bekerja bersama dalam memenuhi hak mereka. Kolaborasi semua pihak termasuk pihak swasta seperti Unilever yang mendukung FeminisThemis untuk menyelenggarakan kegiatan yang mengarusutamakan gender dan isu disabilitas ini menjadi hal yang sangat penting,” ujar dr Dante.
Halili Hasan Direktur Eksekutif SETARA Institute menyampaikan beberapa fakta terkait pemenuhan hak disabilitas yang masih rendah. Laporan Indeks Hak Asasi Manusia 2023 menunjukkan Hak Sipil termasuk hak memperoleh keadilan, hak atas rasa aman, dan kebebasan berekspresi ataupun berpendapat; serta Hak Sosial antara lain hak atas kesehatan dan pendidikan mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Halili juga menyampaikan beberapa hal menjadi tantangan nyata bagi disabilitas, khususnya teman-teman tuli.
“Ada banyak tantangan untuk penyandang disabilitas. Mereka kerap mengalami ketidakadilan, hingga keterbatasan dalam berekspresi, mendapatkan akses informasi, pendidikan, kesehatan, dan lainnya.” jelas Halili.
Nissi Taruli Felicia, salah satu pendiri FeminisThemis sendiri mengkonfirmasi pemaparan tersebut. Sebagai seorang perempuan tuli, Nissi mengakui bahwa ada banyak tantangan perempuan tuli untuk mendapatkan hak-haknya.
Nissi menyebut beberapa tantangan teman-teman perempuan Tuli antara lain, tidak terpenuhinya hak Bahasa Isyarat. Akibatnya, mereka jadi terbatas untuk berkomunikasi/berekspresi, mengakses informasi, layanan, hingga keadilan. Selain itu, mereka juga memiliki keterbatasan pengetahuan dan akses informasi, terutama yang bersifat pribadi seperti mengenai hak tubuh, hak kesehatan seksual, dan reproduksi.
“Yang tak kalah menantang, ada pula kecenderungan victim blaming. Banyak masyarakat masih menyalahkan pihak penyintas saat mereka melaporkan kekerasan seksual sehingga membuat penyintas lainnya memilih untuk diam.” ungkap Nissi.
Kristy Nelwan, Head of Communication sekaligus Chair of Equity, Diversity & Inclusion (ED&I) Board Unilever Indonesia menjelaskan, kolaborasi Unilever berlandaskan pada misi bersama mewujudkan masyarakat yang lebih adil, beragam, dan inklusif. Kristy menyampaikan acara ini adalah komitmen Unilever untuk mewujudkan masyarakat yang lebih adil dan inklusif. Ia menegaskan kolaborasi Unilever Indonesia dengan FeminisThemis berlandaskan pada misi bersama untuk mewujudkan masyarakat yang lebih adil, beragam, dan inklusif.
“Terlebih lagi, tujuan dari penyelenggaraan program ‘FeminisThemis Academy’ sejalan dengan tiga fokus Equity, Diversity & Inclusion yang kami jalankan, yaitu keadilan gender, keadilan untuk penyandang disabilitas, dan penghapusan diskriminasi dan stigma.” ungkap Kristy.
“FeminisThemis Academy 2024” akan berlangsung selama Juni sampai September 2024. Harapannya, acara berlangsung hybrid ini dan dapat melahirkan lebih banyak fasilitator tuli yang mampu memfasilitasi isu-isu hak kesehatan seksual dan reproduksi di komunitas Tuli.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post