Jakarta, Prohealth.id – Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) berkolaborasi dengan Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK), Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), dan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI–AU) melakukan kegiatan bersama.
Kegiatan di Kabupaten Morotai ini merupakan bentuk pengabdian dokter spesialis jantung dan pembuluh darah guna meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia.
Asal tahu saja, Kabupaten Morotai, yang terletak di salah satu pulau terluar Indonesia, memiliki 77.106 jiwa penduduk. Di kabupaten ini, tenaga kesehatan masih menghadapi banyak tantangan. Hanya ada 17 dokter spesialis dan 47 dokter umum.
Tenaga medis yang mampu melakukan pelatihan layanan kesehatan jantung juga masih sedikit dan mereka terkendala jarak. Untuk menjawab tantangan tersebut, Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI bersama para mitra mengadakan serangkaian kegiatan pengmas bagi warga Morotai yang ditargetkan menjangkau 600 orang dewasa dan 100 anak-anak.
Ketua Pelaksana Pengabdian Masyarakat dan Riset Kardiovaskular Kabupaten Pulau Morotai, dr. Ade Meidian Ambari, SpJP, FIHA, menyebut bahwa kegiatan pengmas ini juga mendapat dukungan dari Pemerintah Kabupaten Morotai, Perhimpunan Dokter Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Yayasan PERKI, dan Yayasan Kardiovaskular Indonesia.
Ia berharap kegiatan ini dapat menumbuhkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat—terutama yang berkaitan dengan faktor risiko penyakit kardiovaskular serta deteksi dini penyakit jantung reumatik dan kongenital, sehingga angka kejadian penyakit kardiovaskular dan stunting di Kabupaten Pulau Morotai dapat menurun.
Dalam pengmas ini, akan dilaksanakan kegiatan pelatihan dan peningkatan kompetensi bagi tenaga medis secara gratis. Pelatihan tersebut meliputi Advanced Cardiac Life Support (ACLS), Basic Cardiac Life Support (BCLS), Bantuan Hidup Dasar (BHD), elektrokardiografi (EKG) dasar, dan kegawatan kardiovaskular. Pelatihan ini sangat penting—khususnya bagi dokter umum dan perawat—karena sebagian besar kasus kegawatdaruratan berkaitan dengan kardiovaskular, seperti henti jantung, serangan jantung, edema paru, serta gangguan irama jantung maligna.
Para pengabdi juga akan memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang hipertensi, penyakit jantung reumatik, dan faktor risiko penyakit kardiovaskular. Penyuluhan yang akan diberikan kepada warga sipil, pegawai pemerintahan, personil TNI, kader masyarakat, pelajar, dan mahasiswa ini dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mereka dalam hal kesehatan.
Selanjutnya, para pengabdi akan menghadirkan modalitas ekokardiografi sebagai pemeriksaan penunjang deteksi dini dari berbagai jenis kelainan kardiovaskular. Ekokardiografi merupakan alat diagnostik non-invasif yang menggunakan modalitas gelombang suara (ultrasound) untuk menghasilkan gambaran struktur dan informasi fungsi jantung dan kondisi pembuluh darah. Adanya metode pemeriksaan ini diharapkan dapat membantu masyarakat mendeteksi secara dini adanya kelainan kardiovaskular pada kelompok populasi berisiko.
Ketua Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI, dr. Renan Sukmawan, S.T., Ph.D., SpJP(K), MARS, berharap kegiatan ini dapat menjadi pionir yang menunjukkan bahwa dokter jantung tidak hanya berperan dalam deteksi dini dan penanganan penyakit kardiovaskular, tetapi juga membantu mengatasi permasalahan stunting.
“Kami berharap pemerataan pelayanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat di seluruh pelosok Indonesia dapat terwujud, sehingga masyarakat mampu mencegah munculnya penyakit kardiovaskular dan juga kejadian stunting,” ujar dr. Renan.
Sementara itu, Dokter Spesialis Jantung RSJPDHK sekaligus Koordinator Tim Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, dr. Bambang Widyantoro, SpJP(K), Ph.D., menjelaskan bahwa hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung, stroke, dan gangguan pembuluh darah lainnya. Dengan pergeseran pola gaya hidup yang kerap ditemukan di berbagai kelompok masyarakat, penting untuk memahami pola gaya hidup yang baik, serta pemantauan tekanan darah secara rutin.
Ia mengatakan, bahwa penyakit jantung dapat ditemui pada populasi anak-anak, khususnya penyakit jantung reumatik dan kongenital yang sangat berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang. Pencegahan dan deteksi dini yang baik diharapkan dapat mengoptimalkan potensi generasi muda di Kabupaten Kepulauan Morotai.
“Dengan mendeteksi hipertensi dan penyakit jantung secara dini, kita dapat mencegah komplikasi serius, serta mempromosikan kesehatan jantung yang optimal dan berkelanjutan.”
Penyakit Jantung Bawaan (PJB) merupakan kelainan bawaan yang paling banyak ditemukan pada bayi baru lahir dan diidentifikasi sebagai salah satu penyebab kematian tersering dalam satu tahun pertama kehidupan.
Dokter Spesialis Jantung RSJPDHK, dr. Sisca Natalia Siagian, SpJP(K), menyebut bahwa PJB dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta meningkatkan resiko terjadinya stunting. Hal ini dapat dicegah dengan deteksi dini dan pengelolaan yang tepat terhadap PJB untuk mencegah stunting, serta memastikan pertumbuhan dan perkembangan yang optimal pada anak-anak.
“Pelayanan skrining penyakit jantung bawaan di Kabupaten Kepulauan Morotai diharapkan mampu menjangkau masyarakat yang mengalami kesulitan akses pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan jantung,” kata dr. Sisca yang juga merupakan Tim Penelitian dan Pengabdian Masyarakat.
Selain kegiatan pelatihan, penyuluhan, dan pemeriksaan di bidang kesehatan, pada pengmas kali ini, Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI dan para mitra juga akan membangun sistem pompa dan penampungan air bersih di Desa Waringin yang ada di Kabupaten Morotai.
Pembangunan ini dilakukan sebagai upaya untuk menghadirkan ketersediaan air besih dalam jangka panjang bagi warga Pulau Morotai yang mengalami kesulitan mendapat air bersih.
Discussion about this post