Jakarta, Prohealth.id – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Dr. Suharyanto S.Sos., M.M menegaskan pentingnya mempercepat relokasi warga.
Opsi relokasi ini merupakan hasil kajian dari tinjauan Kepala BNPB bersama dengan Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG), Hadi Wijaya. Kajian berlokasi di Desa Klatanlo, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur pada hari sebelumnya.
Desa ini terletak 4 km dari puncak Lewotobi Laki-laki. Berdasarkan jejak lontaran material vulkanik pada erupsi tanggal 4 November 2024, salah satunya menyisakan lubang dengan diameter 13 meter dengan kedalaman empat meter.
Pusat PVMBG memperkirakan lokasi terdampak erupsi akan berjalan lama. Sehingga masyarakat di bawah lingkaran 7 km ini tidak boleh kembali ke tempatnya masing-masing walaupun berada di luar zona bahaya.
Oleh karena itu, Suharyanto mendorong tim penanganan bencana erupsi Gunung api Lewotobi Laki-laki untuk memulai langkah rehabilitasi dan rekonstruksi tanpa menunggu masa tanggap darurat selesai. Pada saat ini tim satgas penanganan erupsi Gunung Api Lewotobi Laki-laki mulai melaksanakan pendataan terhadap masyarakat terdampak. Berjalan pararel dengan upaya pendataan tersebut juga dilakukan survei lokasi relokasi bersama dengan pihak pemerintah daerah setempat.
Kepala BNPB juga menyampaikan, warga terdampak yang saat ini tinggal di pos pengungsian, dapat mengajukan dana tunggu hunian untuk dipakai menyewa hunian sementara di luar pengungsian. Nilainya sebesar 500 ribu rupiah per bulan per keluarga.
“Kami targetkan pengerjaan relokasi ini bisa selesai dalam enam bulan. Sehingga warga menerima dana tunggu hunian sebesar tiga juta rupiah per Kepala Keluarga”, jelas Suharyanto.
Terkait dengan hak aset milik masyarakat di wilayah terdampak kurang dari 7 km, Suharyanto mengatakan bahwa aset tersebut tetap akan menjadi milik masyarakat. Hal ini akan menjadi materi pada rapat tingkat menteri mendatang. Dalam upaya relokasi ini, Suharyanto menekankan yang berpindah adalah tempat tinggal masyarakat. Namun masyarakat masih bisa mengelola aset seperti lahan peternakan dan pertanian.
“Ke depan, yang tidak boleh adalah masyarakat mendirikan lagi tempat tinggal di sana. Untuk kegiatan berkebun atau peternakan, masyarakat dihimbau untuk selalu meng-update informasi kondisi gunung dari PVMBG”, tekan Kepala BNPB.
Hingga hari ke-4 pascaerupsi Gunung Api Lewotobi Laki-laki tercatat sebanyak 5.816 jiwa mengungsi. Sebaran pengungsi antara lain di Kecamatan Wulanggitang, Titehena, Ile Bura, Demon Pagung, Larantuka, Ile Mandiri, Adonara Timur, dan Sikka.
Sehari sebelumnya, Suharyanto meninjau lokasi pengungsian pascaerupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki. Ia menyambangi tiga lokasi pengungsian. Pertama, Pengungsian Desa Bokang yang berisikan 606 jiwa. Kedua, pengungsian Desa Konga yang menampung 1.219 warga. Ketiga, pengungsian Desa Lewolaga yang menjadi tempat berlindung bagi 647 masyarakat. Ia pun menyapa dan berdialog dengan masyarakat terdampak bencana erupsi.
Pemerintah pusat tidak tinggal diam atas bencana yang terjadi di Kabupaten Flores Timur. Meski Bandara Larantuka sempat tak beroperasi, Suharyanto beserta jajaran menggunakan alternatif lain agar tetap dapat tiba di lokasi terdampak.
“Bandara Larantuka kemarin tidak bisa masuk, kami hari ini baru bisa sampai. Kemarin malam berangkat menggunakan pesawat sampai Lombok, dari Lombok pesawat ke Lembata, dari Lembata menggunakan kapal laut ke Larantuka,” imbuhnya.
Suharyanto menegaskan, bahwa masyarakat akan mendapatan semua kebutuhannya selama darurat bencana terjadi. Misalnya kebutuhan dasar seperti makan, minum, air bersih, tempat berlindung, pakaian, susu bayi.
Dalam rangka penanganan darurat erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki yang terjadi terus menerus, sepanjang tahun 2024 ini BNPB telah memberikan dukungan logistik sebanyak enam kali dengan nilai Rp16,4 milliar dan dukungan operasional dana siap pakai (DSP) total Rp1 milliar.
Dalam dialog dengan warga, ia juga mengingatkan pentingnya relokasi. Alhasil, sebagian wargapun menyetujui relokasi. Khususnya, warga yang tingal di radius 7 km dari puncak Gunung Lewetobi Laki-Laki.
“Gunung tidak bisa dipindah jadi kita (masyarakat) yang harus pindah ke tempat aman. Mudah-mudahan kita bekerja sama yang baik, relokasi disiapkan dan tanggungjawab pemerintah dan relokasi mandiri juga boleh, pemerintah yang bangunkan rumahnya,” tambah Suharyanto.
Suharyanto berpesan kepada para masyarakat dan juga perangkat daerah setempat untuk tetap waspada dan bersiaga, mengingat status Gunung Lewotobi Laki-Laki masih berada di Level IV (AWAS). Ia ikut mengingatkan pemangku kebijakan di daerah untuk selalu mentaati arahan dan petunjuk dari pihak berwenang dalam hal ini BNPB, BPBD, PVMBG dan lembaga yang menangani kegunungapian lainnya. Selain itu tidak boleh adanya aktivitas baik itu untuk masyarakat maupun wisatawan dengan cakupan 7 km dari puncak Gunung Lewotobi Laki-Laki.
Selanjutnya masyarakat tetap harus mewaspadai adanya potensi banjir lahar hujan pada sungai-sungai yang berhulu di Gunung Lewotobi Laki-Laki. Khususnya, ketika hujan deras melanda kawasan puncak gunung tersebut, di daerah Dulipali, Padang Pasir dan Nobo. Meskipun di hilir tidak terjadi hujan, banjir lahar hujan dapat terjadi.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post