Jakarta, Prohealth.id – Setiap satu jam, satu perempuan di Indonesia meninggal akibat komplikasi selama kehamilan, persalinan, atau pascapersalinan.
Angka kematian ibu di Indonesia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang mendesak. Pasalnya, Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 189 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan Sensus Penduduk Long Form tahun 2020. Akses layanan kesehatan maternal yang berkualitas menjadi kunci untuk mengakhiri kematian ibu.
Untuk itu, pemerintah Inggris dan UNFPA, bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, serta para pemangku kepentingan kebidanan, meluncurkan proyek ‘Midwifery Capacity Advancement for Equitable Sexual and Reproductive Health and Reproductive Rights’ atau MARCH pada 10 Maret 2025 di Jakarta.
Proyek ini bertujuan untuk memberdayakan bidan sebagai agen utama dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia. Investasi dalam peningkatan kompetensi bidan sangat penting untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi baru lahir serta memperkuat layanan Kesehatan Seksual dan Reproduksi serta Hak Reproduksi.
Peluncuran proyek MARCH bertepatan dengan Program Pelatihan Pengembangan Fakultas. Program in mempertemukan 48 dosen kebidanan dari berbagai institusi pendidikan kebidanan terpilih, termasuk politeknik kesehatan, universitas, dan sekolah swasta.
Pelatihan ini membekali para dosen dengan keterampilan untuk mengajarkan kurikulum berbasis kompetensi berstandar internasional. Ini guna mencetak tenaga kesehatan yang kompeten dan terampil dalam memberikan layanan berkualitas tinggi berbasis bukti. Kementerian Kesehatan dan UNFPA akan memperluas pelatihan ini ke 37 politeknik kesehatan yang memiliki program studi kebidanan di bawah Kementerian Kesehatan.
Untuk memperkuat kerangka regulasi, proyek MARCH juga akan mendukung pengembangan kerangka Pengembangan Profesi Berkelanjutan atau Continuing Professional Development (CPD) dan program pelatihan bagi bidan yang sudah bekerja. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan bidan serta kesejahteraan mereka. Sehingga, para bidan lebih siap dalam memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat yang terus berkembang di seluruh Indonesia.
Yuli Farianti selaku Direktur Jenderal Tenaga Kesehatan, Kementerian Kesehatan, mengatakan bidan adalah tenaga kesehatan utama yang menjadi ujung tombak dalam layanan kesehatan ibu. Ada ratusan ribu bidan terdaftar di Indonesia, tetapi angka kematian ibu masih tinggi. Oleh karena itu, Indonesia perlu memperkuat kapasitas bidan.
Pemerintah Indonesia juga akan memastikan keberlanjutan pengembangan kapasitas ini dari tahun ke tahun. Selain itu juga harus menyesuaikan kurikulum kita dengan standar internasional.
“Saya mengapresiasi dukungan UNFPA, dan saya berharap proyek MARCH ini akan membawa manfaat bagi kita semua. Saya juga berharap bahwa di luar proyek ini, kita akan terus bekerja untuk mencapai tujuan mengurangi angka penyakit dan kematian ibu dan bayi.”
Mitra Kadarsih, anggota Indonesian College of Midwifery (ICoM), mengatakan pelatihan merefleksikan dan mengidentifikasi beberapa kesenjangan untuk mencari solusi bersama. Misalnya; rasio antara mahasiswa dan dosen, standarisasi calon mahasiswa, serta kesempatan pengembangan kapasitas bagi dosen.
“Kami berkomitmen untuk bekerja sama dalam mengatasi tantangan ini karena kami membutuhkan kerja tim. Selama pelatihan, kami selalu bekerja dalam tim,” ujarnya melalui siaran pers, Jumat (14/3/2025).
Metode pelatihannya sangat fleksibel, sehingga memungkinkan untuk mengadaptasi ke dalam konteks Indonesia. Ia berharap ini dapat membantu ICoM menjadi lebih percaya diri dan mampu meneruskan serta menjaga kualitas pendidikan kebidanan.
“Kami akan terus bekerja sama untuk meningkatkan kualitas pendidikan kebidanan di Indonesia agar dapat mencapai impian untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu dan anak di Indonesia.”
Wakil Duta Besar Kedutaan Besar Inggris, Matthew Downing, mengatakan pemerintah Inggris memiliki komitmen jangka panjang dalam memperjuangkan Kesehatan Seksual dan Reproduksi serta Hak Reproduksi (SRH & RR). Matthew memastikan bahwa setiap individu dapat menjalankan hak fundamental tersebut dalam semua aspek kehidupan. Ia mengaku bangga dapat berkolaborasi dengan UNFPA dan Pemerintah Indonesia melalui proyek MARCH, memperkuat kapasitas bidan sebagai salah satu garda terdepan layanan kesehatan.
“Dengan membangun kerangka regulasi yang kuat, pengembangan profesional yang berkelanjutan serta pendidikan berkualitas, adalah elemen penting untuk menghasilkan tenaga kebidanan yang memberikan layanan berbasis bukti sesuai standar internasional, sehingga dapat meningkatkan kondisi kesehatan perempuan dan masyarakat.”
Dalam rangka perayaan Hari Perempuan Internasional 2025, Pemerintah Inggris tetap berkomitmen untuk bekerja sama dengan mitra di seluruh dunia. Terutama untuk memberdayakan perempuan dari berbagai lapisan masyarakat serta memastikan mereka mendapatkan perlakuan yang setara. Termasuk dalam hak kesehatan reproduksi perempuan.
Hassan Mohtashami, Perwakilan UNFPA Indonesia, mengatakan kehamilan adalah momen paling membahagiakan dalam hidup seorang perempuan dan keluarganya. Kematian seorang ibu akibat kehamilan adalah sebuah tragedi.
Satu kematian saja sudah terlalu banyak. Perempuan tidak seharusnya kehilangan nyawa saat melahirkan kehidupan. Itulah alasan mengapa kita harus menangani masalah kematian ibu.”
Ia menyebut, ada tiga intervensi utama untuk menurunkan angka kematian ibu. Pertana, keluarga berencana. Kedua, tenaga kesehatan terlatih dalam persalinan. Ketiga, layanan kegawatdaruratan obstetri.
“Kita membutuhkan bidan yang kompeten, percaya diri, dan berkualitas untuk membantu persalinan. Kami di sini untuk mendukung, dan kami berterima kasih kepada mitra kami,” tuturnya.
Proyek MARCH ini mendapat dukungan dana dari Pemerintah Inggris untuk meningkatkan pengembangan profesi berkelanjutan dan regulasi kebidanan.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post