Jakarta, Prohealth.id – Tenaga kesehatan dan pasien serta keluarga pasien harus memiliki komunikasi yang baik dan transparan untuk mencegah antimicrobial resistance (AMR).
Hal itu diungkapkan oleh dr. Pratista Hendarjana, Sp.An-KIC bahwa hanya dengan komunikasi baik, maka akan mungkin rcepat Proses Pengobatan Pasien di ICU
“Komunikasi yang baik antara pasien dan tenaga kesehatan dapat mempercepat proses pengobatan di ICU,” kata dr. pratista Hendarjana, Sp.An-KIC dalam webinar “Memitigasi Risiko AMR di ICY Melalui Komunikasi yang Optimal antara Nakes dan Keluarga Pasien: Tepat Waktu, Tepat Pasien, Tepat Guna” pada Rabu, 29/11/2023 lalu.
Ia mengatakan bahwa di tengah kondisi pasien yang sangat lemah, tugas dokter dan tenaga kesehatan lainnya adalah untuk memastikan bahwa pesan tentang perawatan dan penggunaan antibiotik yang rasional dapat disampaikan dengan jelas dan dipahami oleh pasien ataupun keluarganya. Hal ini penting untuk mencegah pemakaian antibiotik yang sembarangan, untuk mencegah terjadinya resistensi antibiotik. Adapun kematian sebagai akibat dari resisten ini mencapai 1,27 juta jiwa di seluruh dunia pada tahun 2019.
Oleh karena itu, dokter spesialis anestesi dan konsultan perawatan intensif ini, mengajak para dokter dan nakes untuk memberikan perhatian khusus pada kualitas komunikasi dengan pasien, terutama di lingkungan ICU dimana perawatan seringkali kritis dan kompleks.
“Ini bukan hanya tentang memberikan informasi saja, tetapi juga tentang mendengarkan. Pasien di ICU seringkali dalam kondisi yang memerlukan pemahaman dan kehadiran ekstra dari tim perawatan,” jelasnya.
Melalui komunikasi yang efektif antara pasien dan nakes maka akan berkontribusi pada tindakan medis yang tepat waktu (right time), tepat pasien (the right patient condition), dan tepat guna (the right use) sesuai dengan semangat edukatif “Jitu di ICU.”
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post