Jakarta, Prohealth.id- Musim penghujan dan bencana banjir di beberapa titik menambah potensi penyebaran demam berdarah dengue.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Dr. dr. Soroy Lardo, Sp.PD, K.PTI, FINASIM menyatakan anomali cuaca sangat berpengaruh pada kembang biak nyamuk demam berdarah.
Untuk itu, dr. Soroy menyebut pentingnya Ahli Kesehatan Masyarakat dan BMKG dalam menangani DBD. Hal ini mengingat para orang tua kerap kali kekurangan informasi dalam mengenali gejala demam berdarah pada anak.
Sebut saja misalnya para orang tua, harus memahami bahwa virus dalam nyamuk penyebab demam berdarah bisa menimbulkan kebocoran pada pembuluh darah.
“Kalau terjadi kebocoran pembuluh darah maka dia ada komplikasi pendarahan. Jadi, perlu mewaspadai anak yang demam, karena demam ini ada virus dalam darah yang berefek dalam kesehatan,” kata dr. Soroy dalam konferensi pers IDI, 29 Februari 2024 lalu.
Menurut dr. Soroy, masyarakat tidak boleh menganggap remeh demma berdarah. Apalagi, untuk masyarakat yang mengalami bencana banjir di sekitar tempat tinggalnya. Ia menyebut kelompok anak maupun dewasa yang sudah terjangkit demam berdarah dengue (DBD) untuk kedua kalinya bisa mengalami kondisi yang jauh lebih parah.
Ia mengingatkan hal ini terjadi karena berdasarkan sebuah penelitian, infeksi sekunder akan menimbulkan kompleksitas antibodi. Jadi, antibodi yang terbentuk pada DBD yang pertama kali, akan membentuk kompleks yang menyebabkan replikasi virus lebih tinggi. Oleh karenanya antisipasi 3M sampai fogging harus diperkuat.
Sebagai contoh, tim gabungan penanganan darurat banjir Kabupaten Demak terus melakukan upaya percepatan pemulihan lingkungan salah satunya melalui kegiatan pengasapan atau fogging yang menyasar permukiman warga terdampak banjir.
Sub Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Demak Tri Handayani mengatakan, kegiatan pengasapan ini dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran wabah penyakit pascabanjir yang terjadi. Rencananya, pengasapan akan dilaksanakan di 18 desa terdampak sejak Sabtu (24/2/2024) lalu.
“Kami bagi satu hari itu empat tim untuk melakukan fogging di satu desa. Sejak hari Sabtu kemarin sampai hari ini (26/2) sudah dilakukan fogging di lima desa, targetnya sama dengan dekontaminasi yaitu sebanyak 18 desa,” kata Tri saat dijumpai disela kegiatan pengasapan, di Desa Karanganyar, Kecamatan Karanganyar.
Selain pengasapan, tim juga melakukan kegiatan dekontaminasi dengan penyemprotan desinfektan. Dekontaminasi merupakan upaya mengurangi dan menghilangkan kontaminasi mikroorganisme pada peralatan, bahan, dan ruang, dan lingkungan melalui aktivitas disinfeksi. Ini adalah upaya mengurangi dan menghilangkan jumlah mikroorganisme pathogen penyebab penyakit dengan cara fisik dan kimiawi.
Menurut Tri, dua kegiatan ini sekarang menjadi fokus yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Demak mengingat pascabanjir potensi penularan wabah penyakit menjadi rentan terjadi yang dipicu oleh terkontaminasinya permukiman warga dengan sampah banjir.
“Karena memang semua isi rumah jadi sampah tidak ada yang kepakai, di rumah juga isinya lumpur sehingga dekontaminasi dan pengasapan ini penting. Tahapannya memang idealnya sampah (di lingkungan) dibersihkan dahulu, kemudian kita desinfektan baru fogging untuk saat ini dekontaminasi sudah tinggal fogging kita kejar,” kata Tri.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terus mendorong percepatan pemulihan lingkungan pascabanjir yang menerjang Kabupaten Demak, Jawa Tengah, dan di beberapa pelosok tanah air lainnya.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post