Jakarta, Prohealth.id – Seiring dengan penurunan kasus Covid-19, pemerintah secara bertahap mulai mengumumkan dibukanya sejumlah tempat dan pelonggaran syarat pejalanan domestik di Indonesia.
Melalui siaran pers yang diterima Prohealth.id, dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) selaku Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan, kondisi ini tentunya akan diikuti dengan meningkatnya mobilitas masyarakat menuju tatanan hidup baru (new normal). Meski demikian, pemerintah diyakini tetap menekankan pentingnya penerapan protokol Kesehatan dalam setiap aktivitas masyarakat.
Lebih lanjut, kata dr. Piprim, meningkatnya mobilitas masyarakat ini tentu juga akan disertai dengan meningkatnya aktivitas anak-anak di luar rumah.
Para orang tua harus mengawasi dengan ketat penerapan protokol Kesehatan pada anak dan mengajarkan anak-anak mereka untuk mengenali tanda dan gejala awal sakit serta melapor kepada guru apabila diri sendiri atau teman ada tanda gejala sakit.
Oleh karena itu, IDAI menyarankan sejumlah protokol kesehatan bagi anak di bawah 6 tahun.
Pertama, sekolah dengan mekanisme tatap muka belum dianjurkan sampai dinyatakan tidak ada kasus baru Covid-19 atau tidak ada peningkatan kasus baru.
Kedua, sekolah dapat memberikan pembelajaran dengan metode daring dan mengaktifkan keterlibatan orang tua di rumah dalam kegiatan outdoor.
Ketiga, sekolah dan orangtua menciptakan kegiatan yang kreatif untuk anak.
Sementara untuk anak usia 6-11 tahun, IDAI merumuskan rekomendasi khusus yang sedikit berbeda.
Pertama, mekanisme embelajaran tatap muka dapat dilakukan metode hybrid alias 50 persen luring, dan 50 persen daring dengan kondisi tidak ada peningkatan kasus Covid-19, dan tidak adanya transmisi lokal Omicron di daerah tersebut.
Kedua, pembelajaran tatap muka dapat dilakukan metode hybrid meski dalam kondisi masih ditemukan kasus Covid-19 namun positivity rate dibawah 8 persen, ditemukan transmisi lokal Omicron yang masih dapat dikendalikan, fasilitas outdoor yang dianjurkan adalah halaman sekolah, taman, pusat olahraga, ruang publik terpadu ramah anak.
Khusus untuk anak usia 12-18 tahun, IDAI juga merumuskan standar protokol yang berbeda.
Pertama, pembelajaran tatap muka dapat dilakukan 100 persen jika tidak ada peningkatan kasus Covid-19 dan tidak adanya transmisi lokal Omicron di daerah tersebut.
Kedua, pembelajaran metode hybrid masih bisa dilakukan jika ditemukan kasus Covid-19 namun positivity rate di bawah 8 persen, ditemukan transmisi lokal Omicron, yang masih dapat dikendalikan, anak, guru, dan petugas sekolah sudah mendapatkan vaksinasi Covid-19 dan booster 100 persen.
Selain itu, perilaku disiplin menjalankan protokol kesehatan harus dicontohkan oleh staf pengajar dan perangkat sekolah kepada murid-muridnya. Varian apa pun yang beredar, protokol kesehatan yang dilakukan adalah sama, yang penting dikerjakan secara disiplin dan simultan, seperti Penggunaan masker wajib untuk semua orang yang ada di lingkungan sekolah, mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer, tidak makan bersamaan, menjaga jarak, serta memastikan sirkulasi udara terjaga dengan baik.
Ketua Satgas Covid IDAI, dr Yogi Prawira, SpA(K) menjelaskan IDAI menganjurkan penggunaan masker dan faceshield pada anak usia 2 tahun keatas, kecuali terdapat masalah medis yang menghalangi anak-anak tersebut untuk menggunakan masker.
Jenis masker yang digunakan adalah masker kain 3 lapis atau masker medis. Masker akan mencegah penularan kuman dari 1 individu ke individu lainnya dengan menahan partikel virus supaya tidak menyebar di udara. Dalam penggunaan masker pada anak harus diperhatikan ukuran dan cara penggunaan yang tepat, sehingga fungsi masker menjadi efektif.
Dia juga meminta agar para orang-tua mengajarkan anak untuk berganti baju, mandi, dan membersihkan perlengkapannya setiap pulang dari sekolah, sebagaimana orang dewasa yang beraktivitas di luar rumah. Selain itu, sebaiknya anak tidak dianjurkan jajan makanan instan dan junkfood.
Menurut dr. Yogi, orang tua bisa memilihkan asupan makanan yang mengandung nutrisi lengkap, termasuk vitamin dan mineral sehingga kekurangan mikronutrien dalam tubuh anak bisa dicegah. Kekebalan terhadap penularan berbagai penyakit infeksi diperoleh dari nutrisi lengkap seimbang, istirahat yang cukup, aktivitas fisik sesuai usia, penerapan perilaku hidup bersih dan sehat, serta usaha pencegahan penularan infeksi melalui protokol Kesehatan dan vaksinasi.
Lebih lanjut, dr. Yogi juga menyampaikan secara khusus rekomendasi Satgas Covid IDAI bagi para orang tua sebelum mempersiapkan anaknya masuk sekolah.
Pertama, para orang tua sebaiknya proaktif mengikuti perkembangan transmisi lokal Covid-19. Salah satu pedoman yang bisa digunakan untuk menyatakan kalau kasus terkendali adalah positivity rate kurang dari 8 persen.
Kedua, orang tua dapat meminta sekolah menunjukkan protokol secara tertulis atau meminta pihak sekolah melakukan diseminasi protokol kesehatan melalui webinar.
Ketiga, orang tua dapat mengajukan beberapa pertanyaan untuk melihat kesiapan pihak sekolah memulai pembelajaran tatap muka.
Keempat, orang tua dapat menanyakan status imunisasi guru dan petugas sekolah. Hal ini sangat dianjurkan sudah mendapatkan vaksinasi Covid-19.
Kelima, anak yang dapat masuk sekolah adalah anak yang sudah diimunisasi Covid-19 lengkap sebanyak 2 kali dan tanpa komorbid.
Keenam, anak dengan komorbiditas dapat berkonsultasi dahulu dengan dokter spesialis anak sebelum mendapat izin mengikuti pembelajaran tatap muka.
Ketujuh, orang tua harus segera melengkapi imunisasi rutin anak.
Kedelapan, orang tua harus mempersiapkan kebutuhan penunjangnya seperti rencana transportasi, bekal makanan, dan air minum, masker, pembersih tangan, serta persiapan tindak lanjut apabila mendapat kabar dari sekolah bahwa anak sakit.
Kesembilan, orang tua perlu mengajarkan anak untuk mengenali tanda dan gejala awal sakit serta melapor kepada guru apabila diri sendiri atau teman ada tanda gejala sakit.
Adapun dr. Yogi mengingatkan, meski sebagian anak yang terinfeksi Covid-19 dapat tanpa gejala atau pun bergejala ringan, sebagian lainnya berpotensi mengalami gejala berat atau kritis bahkan komplikasi pasca infeksi hingga Long Covid-19, sehingga pencegahan adalah yang utama.
Penulis: Jekson Simanjuntak
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post