Jakarta, Prohealth.id – Hoaks asap rokok masih mampu membunuh virus Covid-19 ternyata masih dipercaya oleh masyarakat karena masifnya disinformasi tersebut di media sosial.
Setelah disebut bahwa asap niktorin mampu mencegah Covid-19, beberapa waktu lalu beredar lagi sebuah unggahan di media sosial Facebook yang menyebutkan asap rokok mampu membunuh virus SARS-CoV-2 karena komposisi rokok terdiri dari tembakau dan cengkeh.
Berikut narasi yang ditulis seorang pengguna akun Facebook:
BERUNTUNGLAH PARA PEROKOK BERAT DI DUNIA.
Mengungkap fakta penelitian yang bilang merokok membunuhmu. Dan mengungkap fakta baru tentang pencegahan Virus Corona dengan asap rokok.
Dilansir dari halaman peneliti paru-paru Dr. Prof. Ali bolgana dari Mesir.
Bahwa kandungan nikotin rokok menempel di paru-paru yang dimana, virus yang masuk ke paru-paru lewat udara dapat terhalang karena adanya nikotin rokok tersebut, makanya saat ini wabah virus corona yang menyerang ke negara-negara besar kebanyakan orang yang terdampak virus tersebut dan meninggal dunia dikarenakan tidak ada nikotin yang menyelimuti paru-paru mereka.
Walau pun kita tahu nikotin tersebut juga merusak paru-paru tetapi dalam jangka waktu lama dan panjang,sedangkan virus corona ini merusak paru-paru kita dalam hanya beberapa hari saja,jadi pernyataan merokok ini sudah di angkat di mesir dan sekarang penduduk mesir sudah melakukan prakteknya dan virus corona di mesir sudah bisa di tanggulangi karena mereka merokok sesuai anjuran Dr. Prof. Ali Bolgana seorang Dr. yang ahli dalam mencegah kerusakan paru-paru.
Pada saat ini yang kita tahu bahwa orang yang terkena virus corona adalah orang yang tidak merokok, mengapa karena di dalam paru-paru mereka tidak ada getah nikotin yang mengikat virus atau kuman yang masuk ke dalam paru-paru mereka, yang menyebabkan virus tersebut bisa menggerogoti paru-paru mereka seperti virus corona ini.
Mari saling berbagi,saling mengingatkan karena 1x kamu share kamu sudah menyelamatkan Masyarakat Indonesia sebanyak 10 orang.
Menanggapi hal itu, Ketua Pokja Masalah Rokok Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Feni Fitriani mengatakan hal tersebut tidak benar. “Seorang perokok lebih mudah menjadi sakit bukan hanya virus corona, namun juga penyakit lainnya seperti kanker paru,” terang Feni seperti dikutip dari Liputan6.com.
Feni heran ketika ada yang memelintir, “Gak apa-apa merokok, virusnya bisa mati karena virusnya tidak tahan panas.”
Menurut Feni, informasi itu tidak benar. Merokok malah tidak melindungi. Bahkan, menjadi perokok sesungguhnya membuat seseorang lebih mudah jatuh sakit. Bukan hanya oleh virus Covid-19, namun juga oleh penyakit lain, seperti kanker paru.
SAAT TEPAT BERHENTI MEROKOK
Feni mengatakan, tanpa Covid-19 saja, seorang perokok sesungguhnya sudah memiliki kerusakan pada saluran napasnya.
“Tapi karena efeknya merokok jangka panjang setelah 20 tahun, 30 tahun, tidak secepat COVID-19, jadi abai,” kata Feni.
Senada dengan itu, praktisi kesehatan dan dosen Warwick Medical School, Dr. James Gill menyatakan merokok adalah faktor risiko yang signifikan terkait risiko terinfeksi Covid-19.
“Ada banyak faktor yang saling terkait mengapa merokok mengurangi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dari kemampuan untuk mendapatkan oksigen dari darah ke jaringan, hingga peningkatan kadar karbon monoksida dalam darah,” jelas Gill, seperti dikutip dari sciencemediacentre.org.
Salah satu alasan terbesar yang memungkinkan risiko infeksi pernapasan pada perokok terus meningkat adalah kerusakan dan kematian yang terjadi pada silia (bulu-bulu halus) di saluran udara dan paru-paru. “Silia bertugas melapisi saluran udara, sehingga memiliki peran yang sangat vital dalam membersihkan lendir dan kotoran serta menyaring partikel-partikel yang dihirup,” katanya.
Dengan begitu, silia berperan dalam mencegah virus dan bakteri masuk ke paru-paru. Gill menjelaskan bahan kimia yang terkandung dalam rokok memiliki dua efek serius pada silia ketika dihirup.
“Pertama adalah mengurangi gerakan silia, yang berarti akan lebih sulit untuk memindahkan lendir dan kotoran agar bisa keluar dari paru-paru,” ujarnya
Seiring waktu, asap yang dihirup dari rokok lama-kelamaan juga dapat membunuh silia, hingga akhirnya meningkatkan risiko infeksi virus secara drastis. Karena itu, dia mengimbau agar perokok segera berhenti merokok untuk memperbaiki fungsi silia yang tersisa.
TINGKATKAN RESEPTOR ACE 2
Kepala Lembaga Biologi dan Pendidikan Tinggi Eijkman Kementerian Ristekdikti Prof. Dr. Amin Soebandrio mengatakan bahwa merokok meningkatkan reseptor ACE 2, yang oleh para peneliti, ditemukan menjadi reseptor bagi virus corona penyebab Covid-19.
Dia mengibaratkan, reseptor tersebut seperti sebuah pelabuhan yang jika menjadi lebih banyak tempat berlabuhnya, maka kapal yang akan datang akan semakin banyak pula.
“Karena ACE 2 ekspresinya meningkat, otomatis dalam data menyebutkan sel paru perokok itu menjadi lebih rentan terhadap infeksi saluran napas. Jadi memfasilitasi masuknya virus,” kata Amin dalam temu media di kantor Ikatan Dokter Indonesia (IDI) beberapa waktu lalu.
Oleh sebab itu, seiring maraknya COVID-19, Amin berharap pandemi akan menjadikan seorang berhenti merokok, karena potensi terpaparnya sangat besar.
“Orang yang masih merokok seharusnya lebih waspada. Jadi punya motivasi dari sisi takut kena COVID-19, buat berhenti, karena mencegah lebih baik daripada mengobati,” tandasnya.
Kesimpulan dari beredarnya informasi yang menyebut merokok dapat mencegah virus corona masuk ke paru-paru tidak benar. Seorang perokok justru lebih berisiko terinfeksi virus corona jika meneruskan kebiasaanya di masa pendemi ini.
Penulis: Jekson Simanjuntak
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post