Jakarta, Prohealth.id – Dalam debat capres kelima, 4 Februari 2024 lalu, calon presiden (capres) nomor urut 3, Ganjar Pranowo menyebutkan bahwa sebagian besar remaja Indonesia menderita penyakit anemia atau kekurangan zat besi.
Ganjar menyampaikan hal itu saat menjawab pertanyaan capres nomor urut 2 Prabowo Subianto soal langkah mencegah stuting dalam debat kelima capres di Jakarta Convention Center (JCC).
“Pak, kalau bapak mau mencegah stunting, Pak, perhatikan proses menikah, Pak. Mulai dari mereka remaja, kemudian, Bapak mesti lihat, Pak. Perempuan Indonesia, remaja Indonesia itu sebagian besar anemia, Pak,” kata Ganjar kepada Prabowo.
Ganjar menilai, kesehatan remaja menjadi bagian penting untuk diperhatikan dalam mencegah anak lahir dalam kondisi stunting.
“Perhatikan itu dulu kalau itu, sudah dia menikah maka perhatikan usianya, menjadi ukuran mereka akan sehat secara mental dan fisik,” ucap mantan Gubernur Jawa Tengah itu.
Apakah benar sebagian besar anak Indonesia alami anemia? Melansir situs ayosehat.kemkes.go.id, kelompok balita, remaja, ibu hamil bahkan usia lanjut berpotensi mengalami anemia. Anemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah atau sel darah merah yang tidak berfungsi.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2018, tercatat sebesar 26,8 persen anak usia 5-14 tahun menderita anemia. Selain itu, ada 32 persen pengidap anemia pada usia 15-24 tahun. Dikutip dari situs Cekfakta.com, maka sekitar tiga hingga empat dari 10 orang Indonesia menderita anemia.
Kasus anemia yang masih tinggi ini erat kaitannya dengan kepatuhan dalam mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD). Pasalnya 8,3 juta dari 12,1 juta remaja putri Indonesia tidak mengonsumsi TTD yang membuat mereka berisiko anemia. Bahkan dari situs Kementerian Kesehatan (Kemenkes), data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan sebanyak 26,8 persen anak usia 5-14 tahun menderita anemia dan 32 persen mengalami anemia pada usia 15-24 tahun.
Kasus perempuan
Melalui situs Universitas Indonesia, data dari Riskesdas 2018 mengatakan bahwa tiga sampai empat dari sepuluh remaja puteri di Indonesia menderita anemia.
Kasus anemia yang tinggi erat kaitannya dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD). Pasalnya sebanyak 8,3 juta dari 12,1 juta remaja putri tidak mengkonsumsi TTD yang membuat mereka berisiko anemia.
Pedoman Penatalaksanaan Pemberian TTD Kemenkes pada Riskesdas 2013 menunjukkan, anemia pada ibu hamil mencapai 37,1 persen. Sementara pada perempuan usia 15 tahun sebesar 22,7 persen.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post