Jakarta, Prohealth.id — Beberapa waktu lalu di laman media sosial ‘Facebook’ muncul pertanyaan soal kemungkinan tabung selam (scuba tank) diisi oksigen murni.
Banyak yang mempertanyakan hal itu seiring terbatasnya tabung oksigen murni di pasaran, sementara yang membutuhkannya untuk terapi Covid-19 sangat banyak.
Akun Facebook ‘Lautan Berkat Diveshop Bali’, salah satu yang berbagi pertanyaan soal itu. Akun tersebut mencoba menjelaskan dampaknya, ketika memilih menggunakan tabung selam.
“Kalau kompresor untuk isi tabung alat selam, apakah bisa dipake untuk isi tabung oksigen yang 6m3?”
“Apakah bisa buat adaptor stainless steel dari tangki selam DIN ke regulator medical oxygen? Jika kira2 berapa harganya?
“Mas kalau kompresor yang biasa dipakai itu di ubah agar bisa untuk isi 02 apakah bisa? Kalau ada alatnya mungkin?”
Sementara akun Choirul Aminuddin menuliskan:
“Bisakah saya pake utk saudaraku, tabung oksigen di mana² kosong. Sy sdh nyari di beberapa tempat ga dapat,” tanya kawan.
Kawan yang lain usul, “Tabung Bang Choi mending disewain, banyak orang butuh. Lumayan dapet duit daripada tabung oksigen dianggurin.”
Saat ini, kasus COVID-19 di Indonesia terus meningkat. Bahkan untuk ibu kota DKI Jakarta saja, ditemukan sedikitnya 15.173 orang positif COVID -19 dengan pasien meninggal sebanyak 720 orang pada 15 Juli 2020 dan Jumat, 16 Juli 2021 malah mencatat rekor 1.205 angka kematian. Angka ini adalah yang tertinggi selama pandemic.
Jumlah ini diiringi dengan permintaan fasilitas kesehatan (faskes) untuk menunjang pelayanan dan pengobaan pasien yang juga meningkat. Salah satu faskes yang dibutuhkan adalah tabung oksigen yang digunakan agar saturasi oksigen pasien COVID-19 tetap terjaga.
Kebutuhan tabung oksigen yang meningkat, membuat beberapa rumah sakit kewalahan seiring kelangkaannya. Kelangkaan itu kemudian memunculkan ide tentang kemungkinan penggunaan tabung selam sebagai pengganti tabung oksegen.
Perwakilan Divers Alert Network (DAN) Indonesia, Bayu Wardoyo mengatakan pemahaman masyarakat belum merata soal ini. Bahkan, baru-baru ini di Jawa tengah sempat viral penggunaan kompresor tabung selam untuk mengisi tabung oksigen.
“Artinya pemahaman tentang oksigen medis itu harus 100 persen, kemudian kompresor selam yang keluaran oksigennya hanya 21 persen, ini kan tidak dipahami banyak orang,” ujar Bayu saat menjadi narasumber diskusi dengan tajuk “Bisakah Tabung Selam jadi Tabung Oksigen?”
Menurut Bayu, masyarakat perlu mengetahui bahwa tabung selam berisi udara normal yang dipadatkan, seperti yang kita hirup sehari-hari. Adapun kandungan oksigennya hanya 21%.
“Ini sekaligus menjelaskan bagaimana pasien COVID-19 yang membutuhkan kandungan oksigen tinggi, tidak bisa diberikan oksigen yang berasal dari tabung selam” ujarnya.
Untuk memahami perbedaan antara tabung selam dan tabung oksigen medis, Bayu Wardoyo menejelaskan bahwa tabung selam memiliki dua jenis bahan yakni aluminium dan baja. Sementara tabung oksigen medis yang digunakan di Indonesia kebanyakan berbahan baja.
“Kita bisa temukan banyaknya tabung berwarna putih atau biru dan biasanya tinggi. Tabung itu dikhususkan untuk oksigen medis,” katanya.
Selain itu, pembeda lain yang sangat signifikan terletak pada keran (valve) tabungnya. Untuk tabung selam kebanyakan menggunakan valve tipe Yoke atau DIN. Sehingga jika ada pertanyaan, apakan tabung selam bisa digunakan sebagai kontainer oksigen medis, menurut Bayu, hal itu mungkin dilakukan.
“Hanya saja, perlakuan tanki scuba bisa dipakai untuk oksigen 100 persen, itu melibatkan banyak hal dan harus dikerjakan dengan sangat hati-hati,” terang Bayu.
Hal pertama yang harus dilakukan menurut Bayu adalah memastikan tabung yang akan digunakan sebagai wadah oksigen murni adalah baru. Bukan tabung bekas. “Sebaiknya tabung itu belum pernah digunakan untuk hal-hal lain,” katanya.
Kedua, diperlakuan perlakuan khusus agar tabung selam bisa digunakan, yakni harus melewati proses “Oksigen Cleaning”. Oksigen cleaning merupakan proses pembersihan tabung dari kontaminan sehingga bisa diisi oksigen murni dan tidak memunculkan potensi kebakaran.
“Tak banyak orang tahu bahwa kadar oksigen tinggi diatas 95 persen jika berpadu dengan tekanan yang juga tinggi berpotensi ‘fire hazard’. Contoh sederhana bisa kita lihat pada penjual ikan yang menggunakan oksigen, dimana sering kejadian kebakaran karena salah penanganan,” ungkap Bayu.
Ole karena itu, Bayu mengingatkan bahwa oksigen dengan kadar konsentrasi tinggi sangat berbahaya jika penanganannya tidak serius dan hati-hati. “Itu kita baru bicara tabungnya, belum lagi bicara valve-nya”, katanya.
Bayu juga mengingatkan bahwa musuh utama dari oksigen murni adalah kotoran yang sifatnya kontaminan, dihasilkan dari residu yang menempel di dalam tabung. Bahan-bahan itu biasanya bersifat non oksigen grade, miyak atau oli, hingga grease yang non-oxygen compatibel.
“Sehingga masih terbuka kemungkinan untuk valve dimodifikasi. Tapi kalau saya pribadi hanya menggunakan valve khusus yang digunakan untuk oksigen 100 persen,” terangnya.
Menurut Bayu, secara penampilan, keran (valve) tersebut sangat mirip, namun jika diperhatikan secara seksama terdapat banyak perbedaan, mulai dari drat hingga ukuran dan bentuknya.
Karena itu, jika ingin menggunakan tabung selam, menurut Bayu, prosesnya tidak mudah namun rumit. “Bukan tidak bisa, tapi memerlukan seseorang yang certified dalam melakukan oxygen cleaning. Ini tidak bisa sembarangan,” katanya.
Hal lainnya adalah terkait user (pengguna). Bayu mengatakan tidak semua orang memahami perlakuan terhadap oksigen murni. “Bayangin aja, diver yang bukan techincal diver terkadang tidak paham menangani oksigen, apalagi orang awam,” tegasnya.
Bayu lalu menawarkan, jika ingin menggunakan tabung selam berisi oksigen 100 persen, maka piihannya bisa menggunakan tabung produksi DAN berbahan aluminium yang memang didesain khusus untuk pertolongan pertama.
“Dia valvenya beda, karena memang oxyigen grade. Ini yang membuatnya berbeda dengan tabung oksigen biasa. Selain itu tabung ini menggunakan regulator yang juga khusus,” terang Bayu.
Sementara terkait potensi kedaruratan, Bayu mengatakan, apapun harus dilakukan. Namun saat menggunakan tabung selam, maka beberapa hal penting, mulai dari oxyigen cleaning, hingga teknisi yang bersertifikat harus menjadi perhatian.
“ini adalah very-very last resource, namun ketika masih bisa mencari tabung oksigen medis, maka carilah itu, karena saya yakin masih ada” tegasnya.
Saat ini, pemerintah sedang berusaha agar ketersediaan tabung oksigen medis bisa terpenuhi, karena itu Bayu mengingatkan bahwa penggunaan tabung selam tidak direkomendasikan.
“Cari dulu sampai dapat. Jangan karena dia tidak dapat di 1-2 toko terus menggunakan tabung scuba. Jangan! Saya tidak sarankan,” tegas Bayu.
Sementara itu, Rizya Ardiwijaya yang juga instruktur penyelam IPB mengungkapkan, tabung selam 12 liter yang bahannya aluminium, tidak mudah untuk dikonversi menjadi tabung oksigen. “Ada proses pembersihan dan penggantian,” katanya.
Sementara jika tetap ingin mengonversi tabung selam menjadi tabung oksigen, menurut Rizya, berpotensi mengeluarkan modal yang lebih besar.
“Jauh lebih mahal ketimbang membeli tabung oksigen medis Karena itu, penggunaan tabung selam tidak disarankan dilakukan secara umum,” pungkas Rizya.
Penulis: Jekson Simanjuntak
Editor: Gloria Fransisca Katharina
Discussion about this post