Menurut data dari National Geographic Indonesia (2019), biodiversitas daratan Indonesia menempati posisi kedua setelah Brasil. Jika biodiversitas daratan ini ditambahkan dengan biodiversitas lautan, Indonesia bisa menjadi negara dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia karena merupakan negara maritim yang kaya akan biota laut.
Pada 2021 lalu, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) merilis ada sekitar 15.000 jenis tumbuhan di Indonesia yang berpotensi sebagai obat, namun baru 7.000 spesies yang digunakan sebagai bahan baku obat. Di ekosistem pesisir, Indonesia memiliki 18 persen terumbu karang dunia dan beragam biota laut lainnya yang dapat dimanfaatkan dalam bidang farmakologi untuk bahan obat-obatan alami, kosmetik, dan suplemen.
Membaca potensi tersebut, Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FF UI) bekerja sama dengan Pusat Riset Vaksin dan Obat, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan bahan baku obat dari biodiversitas bahan alam Indonesia. Kolaborasi ini diresmikan dengan penandatanganan perjanjian kerja sama oleh Dekan FF UI, Prof. Dr. apt. Arry Yanuar, M.Si., dan Kepala Pusat Riset Vaksin dan Obat BRIN, Dr. Masteria Yunovilsa Putra, pada Rabu (18/1/2023).
FF UI dan BRIN ke depannya akan melakukan investigasi senyawa bioaktif dari tanaman dan bahan laut dengan metode metabolomik untuk mengidentifikasi senyawa sekunder yang bisa dimanfaatkan dalam pembuatan obat. Senyawa tersebut kemudian dikelompokkan sesuai dengan prospect pengobatan penyakit tertentu, misalnya kanker, diabetes, dan sebagainya.
Dekan FF UI, Prof. Dr. apt. Arry Yanuar, M.Si., menjelaskan, selama ini pemanfaatan bahan untuk obat masih banyak dari tanaman dan herbal. Kali ini, FF UI akan perluas sampai ke biota laut dan mengembangkan basis datanya. Dalam beberapa waktu terakhir, FF UI dan BRIN telah melakukan riset pengembangan obat Covid-19 dari biota laut.
“Dari riset tersebut, kami akan publikasikan dan uji coba lebih lanjut aktivitasnya. Kami berharap ada produk lain yang dihasilkan dan ke depannya dapat bersinergi dengan mitra industri,” kata Prof. Arry melalui siaran pers yang diterima Prohealth.id, Rabu (18/1/2023).
Kerja sama FF UI dan BRIN juga melingkupi pertukaran informasi dan keahlian dalam bidang biologi farmasi (studi metabolomik pemurnian, uji bioaktivitas, dan elusidasi struktur kimia). Keduanya juga bekerja sama dalam peningkatan kompetensi periset, dosen, mahasiswa, dan pranata laboratorium; pemanfaatan sarana dan prasarana masing-masing pihak; penyusunan publikasi dan dokumen kekayaan intelektual hasil kegiatan bersama; pertukaran dan pemanfaatan data dan informasi; serta monitoring, evaluasi, dan pelaporan kegiatan.
Kepala Pusat Riset Vaksin dan Obat BRIN, Dr. Masteria Yunovilsa Putra menilai, kerja bersama ini adalah langkah awal yang bagus bagi kedua instansi. Dia menyebut, ke depannya, tidak hanya untuk Pusat Kolaborasi Riset (PKR), BRIN berharap bisa mengembangkan produk-produk biologi.
“Saat ini, BRIN sedang mengembangkan vaksin tuberkulosis dan monoclonal antibody. Saya dengar UI juga sedang mengembangkan vaksin yang sama. Semoga kita bisa mengembangkan ini bersama-sama,” kata Dr. Masteria.
Penandatanganan kerja sama yang diadakan di Gedung A Rumpun Ilmu Kesehatan, UI Kampus Depok, ini juga dihadiri Ketua dan Tim Pusat Kolaborasi Riset Metabolomik Nasional FF UI, Prof. Dr. Abdul Mun’im, M.Si., Apt.; Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan, Dr. apt. Fadlina Chany Saputri, M.Si.; Wakil Dekan Bidang Sumber Daya, Ventura, dan Administrasi Umum, Dr. apt. Sutriyo, M.Si.; Manajer Kerjasama, Ventura dan Hubungan Alumni, apt. Rani Sauriasari, M.Med.Sci., Ph.D.; Kepala Biro Humas dan KIP, Dra. Amelita Lusia, M.Si.; serta jajaran dari BRIN.
Sementara itu, selain biota laut, jenis tanaman yang sudah lama menjadi obat adalah jahe. Sehari-hari, jahe pun sudah sering dimanfaatkan untuk penyedap rasa dalam masalah. Untuk itu, PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) mengedukasi masyarakat terkait masalah masuk angin sebagai gangguan kesehatan yang kerap kali dialami masyarakat Indonesia.
Sayangnya secara medis, ternyata masuk angin tidak ada. Menurut Medical Officer of PT Bintang Toedjoe, dr. Christian I. Elim, dalam Instagram Live @ptkalbefarmatbk masalah kesehatan masuk angin itu sebenarnya dari kacamata medis tidak ada.
“Masuk angin itu yang kita artikan adalah suatu kumpulan gejala yang mirip dengan common cold kalau dibilang diagnosisnya, itu bisa disebabkan oleh virus atau pun bakteri. Gejalanya dapat berupa multisymptomatic, bisa pusing, bisa pegal, bahkan bisa sampai demam dan mual,” ujarnya.
Ia mengatakan, cara penyakit masuk ke tubuh tergantung dari imun tubuh masing-masing orang. Adapun kondisi cuaca juga mempengaruhi pertumbuhan mikroba dan virus. Jika imun tubuh rendah, dengan kurangnya berolahraga, asupan nutrisi menjadi kurang, dan gaya hidup tidak sehat, maka memudahkan virus masuk menyerang tubuh.
“Kalau kita biarkan istirahat saja, tidak dikasih apa-apa, mungkin bisa sembuh. Tapi kalau lagi rentan, maka bisa masuk penyakit atau patogen yang lebih berbahaya. Jadi lebih baik jangan dibiarkan, lebih baik diperbaiki,” jelas dr. Christian.
Gejala yang kerap kali disebut masuk angin itu dapat dicegah. Di antaranya, menjaga stamina tubuh agar selalu fit, jangan terlalu lelah, istirahat yang cukup, mengonsumsi makanan yang bergizi, dan perlu asupan vitamin. Selain itu, mengonsumsi jahe merah juga menjadi salah satu solusi.
Dikutip dari Hellosehat, rempah yang satu ini sebenarnya sudah digunakan sejak ribuan tahun lalu sebagai obat tradisional di Indonesia, Cina dan Malaysia. Beberapa manfaat jahe merah; mencegah masalah pencernaan, mengurangi nyeri otot dan sendi, meningkatkan kesuburan bagi pria, dan menurunkan asam urat.
Menurut dr. Christian, jahe merah itu terdapat kandungan juga yang tidak dimiliki oleh jahe lain yaitu beta karoten. Padahal, beta karoten merupakan salah satu senyawa yang bersifat sebagai antioksidan atau penangkal radikal bebas.
Saat ini jahe merah sudah banyak diolah menjadi obat dalam kemasan. Salah satunya dikelola oleh PT Bintang Toejoeh melalui produk Si Bejo.
Line of Business – 3 Group Manager PT Bintang Toedjoe, Febrian Adiputra menjelaskan, Bejo ini produk masuk angin pertama yang ada jahe merahnya di pasaran. “Kami memilih jahe merah karena immunomodulator itu untuk menjaga daya tahan tubuh, kemudian ada anti-bacterial, ada anti-inflamasi,” tuturnya.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post